Mutasi TNI, Anak Pasar Jadi Kaskostrad
loading...
A
A
A
Padahal ketika itu dia belum punya ijazah S1. “Saya dinilai memenuhi syarat untuk langsung masuk program master. Tanpa gelar S1,” ujarnya dikutip dari laman resmi TNI AD pada Jumat (1/12/2023).
Sejak itu, karier pria kelahiran 6 Juli 1969, Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu di militer mulai meroket. Kariernya diawali menjabat sebagai Danbrigif 13 Galuh.
Farid menjadi koordinator banyak pejabat tinggi di sana meski jabatannya Danbrigif. Lalu, ketika menjabat Danrem 162/Wira Bhakti di Mataram, Farid mampu menyelesaikan urusan rumit melebihi jabatannya, yaitu pembebasan tanah lokasi Mandalika.
Sebab, jika tanah seluas lebih 100 hektare itu tidak terbebaskan balap motor Motor GP yang mendunia itu tidak bisa terselenggara di sana. Sebenarnya itu bukan urusan Danrem.
Akan tetapi, sudah lebih 30 tahun soal tanah Mandalika tidak terselesaikan. Awalnya, tanah itu sudah menjadi milik perusahaan Siti Hardijanti Hastuti Rukmana atau Mbak Tutut.
Putri Presiden ke-2 RI Soeharto alias Pak Harto itu pun sudah menjualnya ke perusahaan Kuwait. Kemudian, terjadi krisis moneter 1998. Soeharto lengser. Rakyat menguasai kembali tanah tersebut.
Situasi menjadi ruwet, banyak sekali yang ikut bermain, pun aparat dan instansi, tak ketinggalan para preman. Ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Motor GP tetap di Mandalika, Danrem melapor ke Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dia minta izin untuk ikut menyelesaikannya. Kapolda dengan senang hati memberikan lampu hijau. Barulah dirinya mendalami masalah tersebut. Farid mengaku tidak bekerja sendiri, tapi ada Dandim yang turut serta bekerja keras dalam menyelesaikan masalah tersebut. “Dandim saya yang luar biasa. Ia hebat sekali,” tuturnya.
Farid juga pernah menjabat sebagai Danrem 132/Tadulako di Sulawesi Tengah sekaligus promosi naik jadi bintang satu. Dia selama menjabat sebagai Danrem 132/Tadulako juga pernah membuat mengajukan telaah staf ke komando atas sebagai bahan masukan untuk mengatasi kelompok teroris yang masih sangat aktif (MIT, Mujahidin Indonesia Timur) di wilayah tersebut.
Usai berpetualang di Poso, Farid kemudian mendapat promosi menjadi Direktur Pendidikan dan Latihan (Dirdiklat) Pusat Teritorial Angkatan Darat (Pusterad) pada 2021-2022. Selanjutnya, Farid dipromosikan lagi menjadi Wairjen TNI pada 2022.
Sejak itu, karier pria kelahiran 6 Juli 1969, Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu di militer mulai meroket. Kariernya diawali menjabat sebagai Danbrigif 13 Galuh.
Farid menjadi koordinator banyak pejabat tinggi di sana meski jabatannya Danbrigif. Lalu, ketika menjabat Danrem 162/Wira Bhakti di Mataram, Farid mampu menyelesaikan urusan rumit melebihi jabatannya, yaitu pembebasan tanah lokasi Mandalika.
Sebab, jika tanah seluas lebih 100 hektare itu tidak terbebaskan balap motor Motor GP yang mendunia itu tidak bisa terselenggara di sana. Sebenarnya itu bukan urusan Danrem.
Akan tetapi, sudah lebih 30 tahun soal tanah Mandalika tidak terselesaikan. Awalnya, tanah itu sudah menjadi milik perusahaan Siti Hardijanti Hastuti Rukmana atau Mbak Tutut.
Putri Presiden ke-2 RI Soeharto alias Pak Harto itu pun sudah menjualnya ke perusahaan Kuwait. Kemudian, terjadi krisis moneter 1998. Soeharto lengser. Rakyat menguasai kembali tanah tersebut.
Situasi menjadi ruwet, banyak sekali yang ikut bermain, pun aparat dan instansi, tak ketinggalan para preman. Ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Motor GP tetap di Mandalika, Danrem melapor ke Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dia minta izin untuk ikut menyelesaikannya. Kapolda dengan senang hati memberikan lampu hijau. Barulah dirinya mendalami masalah tersebut. Farid mengaku tidak bekerja sendiri, tapi ada Dandim yang turut serta bekerja keras dalam menyelesaikan masalah tersebut. “Dandim saya yang luar biasa. Ia hebat sekali,” tuturnya.
Farid juga pernah menjabat sebagai Danrem 132/Tadulako di Sulawesi Tengah sekaligus promosi naik jadi bintang satu. Dia selama menjabat sebagai Danrem 132/Tadulako juga pernah membuat mengajukan telaah staf ke komando atas sebagai bahan masukan untuk mengatasi kelompok teroris yang masih sangat aktif (MIT, Mujahidin Indonesia Timur) di wilayah tersebut.
Usai berpetualang di Poso, Farid kemudian mendapat promosi menjadi Direktur Pendidikan dan Latihan (Dirdiklat) Pusat Teritorial Angkatan Darat (Pusterad) pada 2021-2022. Selanjutnya, Farid dipromosikan lagi menjadi Wairjen TNI pada 2022.