Dosen UII Bisa Deteksi Dini Anak Autis lewat Otak dengan EEG

Selasa, 12 Desember 2017 - 15:58 WIB
Dosen UII Bisa Deteksi Dini Anak Autis lewat Otak dengan EEG
Dosen UII Bisa Deteksi Dini Anak Autis lewat Otak dengan EEG
A A A
SLEMAN - Dosen Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Alvin Sahroni berhasil mendeteksi anak autis melalui otak, yaitu melalui analisa mengunakan sinyal elektris dengan memanfaatkan elektro ensofalo gram (EEG).

Ini tentunya bisa menjadi terobosan baru untuk penanganan autis. Sebab biasanya, autis baru diketahui setelah anak itu besar. Hal ini yang menyebabkan penanganan autis sering terlambat.

"Padahal jika dapat diketahui sejak dini penangganannya akan lebih cepat termasuk penyembuhannya. Namun dengan pemanfaatan EEG tersebut bisa mendeteksi autis lebih awal," kata Alvin di kampus UII, Yogyakarta, Selasa (12/12/2017).

Sehingga menurut Alvin, tidak perlu lagi menunggu anak itu sampai besar untuk mengetahui autis atau tidak. Temuan ini, bukan hanya membantu untuk penanganan anak autis sejak dini, namun juga mengantarkan Alvin Sahroni meraih gelar Doctor of Philosophy (PhD) dari Computer Science and Electrical Engineering Department, Kumamoto University, Jepang.

Alvin menjelaskan, untuk kepentingan tersebut, dia meneliti 20 anak, terdiri dari 10 anak normal dan 10 anak autis saat mereka tidur. Yaitu denagn mengunakan elektroensefalogram (EEG) dan sedasi chloral hydrate untuk merekam data. Untuk perekaman sendiri dengan menempelkan EEG di bagian otak anak selama 10-15 menit.

"Rekam data itu kemudian dianalisa menggunakan teknik sinyal yang ada di bidang engineering atau memprosesnya dengan sinyal elektris," ucap Alvin di kampus UII.

Menurut Alvin berdasarkan analisa sinyal EEG, ditemukan kenyataan yang cukup mencengangkan. Jika aktivitas otak saat tertidur pada anak normal mengalami penurunan, berbeda dengan aktivitas otak anak autis.

Pada saat tertidur anak autus tampak adanya aktivitas yang berlebihan di bagian otak depan anak autis. Bahkan sangat tampak adanya sel syarat yang bekerja sporadis, serta cenderung sangat aktif.

"Dari penelitian, saya pun mengetahui otak anak autis mengalami perkembangan yang tidak normal. Jika otak anak normal berkembang secara terstruktur, otak anak autis berkembang tanpa ada pola," terangnya.

Alvin menambahkan aktivitas yang tinggi pada otak depan sangat berkaitan dengan faktor kognitif. Hal ini yang menyebabkan kelainan otak anak autis, yakni masih dapat terdeteksi walaupun dalam keadaan tertidur. Sehingga dengan cara analisa sinyal EEG ini dapat melakukan deteksi awal autisme.

"Dengan deteksi dini, diharapkan pengobatan bisa semakin cepat dan tepat. Pada akhirnya peluang sembuh anak autis semakin besar," ungkap lulusan S-1 di Teknik Elektro UII tersebut.

Penelitian itu terus akan dikembangkan untuk memahami sifat anak tersebut, terutama potensi, bakat dan kekurangan serta terapi pada anak autis dapat terencana.

Dekan FTI UII Yogyakarta, Imam Djati Widodo mengatakan akan terus mendukung dan memfasilitasi civitas akademi UII dalam berinovasi. Untuk Alvin diharapkan ke depan dapat membuat aplikasi khusus dari hasil penelitiannya sehingga dapat diintegrasikan dengan peralatan di rumah sakit.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3275 seconds (0.1#10.140)