Anti-Semit dan Islamofobia (Belajar dari Kasus Gaza)
loading...
A
A
A
"Uni Eropa (EU) dan komunitas internasional harus mengakui keberadaan negara Palestina - kalau tidak - Itu namanya Apartheid. Tapi yang pertama yang terpenting - konflik harus kita hentikan - karena apa yang terjadi sebetulnya itu bukanlah perang - tapi itu adalah pembunuhan," kata aktivis mereka.
Sementara di London tercatat ada 100.000 demonstran dengan rata rata tuntutan serupa - hentikan pembantaian. Beberapa peningkatan demo juga terjadi di kota-kota di Jerman pada akhir pekan lalu dengan tujuan yang sama untuk mendukung Palestina. Menurut Deutsche Welle, seperti di Düsseldorf sekitar 7.000 orang turun ke jalan. Di Berlin, demo pro-Palestina tetap dilaksanakan walaupun ada larangan hingga tanggal 30 Oktober karena takut akan dampak slogan "anti-Semit dan anti-Israel".
Ibu kota Jerman kali ini menjadi tuan rumah yang mengesankan orang lain, karena kali ini demo diizinkan untuk “mendukung Israel dan mengecam anti-Semitisme”. Prosesi dan demo yang melibatkan 10.000 hingga 20.000 orang adalah yang terheboh karena turut melibatkan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier.
Lain di Jerman lain pula di London. Di Jerman topik demo menolak anti-Semit dan anti-Israel, di London tekanan pendemo akhir pekan ini adalah yang paling masif adalah mendukung Palestina. Polisi memperkirakan 100.000 orang turun ke jalan pada Sabtu 4 November 2023. Dalam "Pawai Nasional untuk Palestina" mereka mengecam pengeboman Israel termasuk blokade total terhadap Gaza."
Mereka berjalan menuju Downing Street, kantor pejabat resmi dan kantor Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak. Saat itu, seperti dirilis berbagai media - Perdana Menteri menjelaskan tentang pentingnya peningkatan dana keamanan di sekitar tempat ibadah Yahudi sebesar €3.5 juta termasuk di sekolah-sekolah Yahudi yang harus dipatroli oleh polisi. Di London, beberapa perusahaan juga harus menutup pintunya untuk sementara waktu takut terkena imbas demonstrasi.
Dalam Demonstrasi pro-Palestina di London sebelumnya, tanggal 28 Oktober 2023, terlihat seorang berdoa dan berteriak dalam bahasa Arab, "Tuhan mengutuk orang-orang Yahudi". Karena pernyataannya itu, dia akhirnya ditangkap akhir pekan lalu.
Slogan demo lain yang juga melahirkan kontroversi adalah slogan “Dari sungai ke laut, Palestina akan merdeka”, yang diteriakkan oleh para demonstran. Menteri Dalam Negeri Suella Braverman menggambarkan bahwa demonstrasi pro-Palestina adalah “Pawai Kebencian”, ini adalah " Nyanyian anti-Semit agar Israel dihapuskan dari peta".
Downing Street pada bagiannya mengatakan bahwa ini adalah kata-kata yang sangat menyinggung. Pemerintah sementara membiarkan polisi untuk memutuskan bagaimana cara menanggapi demo tersebut.
Di Jerman, Direktur Intelijen Dalam Negeri Thomas Haldenwang mengatakan, dia sangat prihatin dengan meningkatnya tindakan anti-Semit di negara itu, yang dilatarbelakangi oleh perang Hamas-Israel, yang mengingatkan kita pada "kisah paling kelam dalam dalam sejarah nasional". "Sejak serangan berdarah Hamas pada tanggal 7 Oktober awal bulan lalu sekitar 1.800 kejahatan anti-Semit telah tercatat di Jerman," tegasnya kepada majalah Spiegel pada tanggal 27 Oktober lalu.
Di tempat dan waktu yang berbeda, petugas polisi yang ditempatkan di pintu masuk sinagoga komunitas Yahudi Kahal Adass Jisroel di Berlin, pernah menjadi sasaran bom molotov tanggal 18 Oktober 2023 lalu. Peningkatan tindakan anti-Semit yang “mengkhawatirkan” juga terjadi di Amerika Serikat. Mereka menduga akan terjadi insiden anti-Semit di sekolah dan di kampus universitas. Dan benar saja - ketegangan telah terjadi di kampus paling bergengsi di Amerika - di Harvard University - saat 30-an Organaisasi kemahasiswaan membuat pernyataan "Hamas Bertanggung Jawab atas Kekerasan yang memicu kemarahan Israel".
Sementara di London tercatat ada 100.000 demonstran dengan rata rata tuntutan serupa - hentikan pembantaian. Beberapa peningkatan demo juga terjadi di kota-kota di Jerman pada akhir pekan lalu dengan tujuan yang sama untuk mendukung Palestina. Menurut Deutsche Welle, seperti di Düsseldorf sekitar 7.000 orang turun ke jalan. Di Berlin, demo pro-Palestina tetap dilaksanakan walaupun ada larangan hingga tanggal 30 Oktober karena takut akan dampak slogan "anti-Semit dan anti-Israel".
Ibu kota Jerman kali ini menjadi tuan rumah yang mengesankan orang lain, karena kali ini demo diizinkan untuk “mendukung Israel dan mengecam anti-Semitisme”. Prosesi dan demo yang melibatkan 10.000 hingga 20.000 orang adalah yang terheboh karena turut melibatkan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier.
Lain di Jerman lain pula di London. Di Jerman topik demo menolak anti-Semit dan anti-Israel, di London tekanan pendemo akhir pekan ini adalah yang paling masif adalah mendukung Palestina. Polisi memperkirakan 100.000 orang turun ke jalan pada Sabtu 4 November 2023. Dalam "Pawai Nasional untuk Palestina" mereka mengecam pengeboman Israel termasuk blokade total terhadap Gaza."
Mereka berjalan menuju Downing Street, kantor pejabat resmi dan kantor Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak. Saat itu, seperti dirilis berbagai media - Perdana Menteri menjelaskan tentang pentingnya peningkatan dana keamanan di sekitar tempat ibadah Yahudi sebesar €3.5 juta termasuk di sekolah-sekolah Yahudi yang harus dipatroli oleh polisi. Di London, beberapa perusahaan juga harus menutup pintunya untuk sementara waktu takut terkena imbas demonstrasi.
Dalam Demonstrasi pro-Palestina di London sebelumnya, tanggal 28 Oktober 2023, terlihat seorang berdoa dan berteriak dalam bahasa Arab, "Tuhan mengutuk orang-orang Yahudi". Karena pernyataannya itu, dia akhirnya ditangkap akhir pekan lalu.
Slogan demo lain yang juga melahirkan kontroversi adalah slogan “Dari sungai ke laut, Palestina akan merdeka”, yang diteriakkan oleh para demonstran. Menteri Dalam Negeri Suella Braverman menggambarkan bahwa demonstrasi pro-Palestina adalah “Pawai Kebencian”, ini adalah " Nyanyian anti-Semit agar Israel dihapuskan dari peta".
Downing Street pada bagiannya mengatakan bahwa ini adalah kata-kata yang sangat menyinggung. Pemerintah sementara membiarkan polisi untuk memutuskan bagaimana cara menanggapi demo tersebut.
Di Jerman, Direktur Intelijen Dalam Negeri Thomas Haldenwang mengatakan, dia sangat prihatin dengan meningkatnya tindakan anti-Semit di negara itu, yang dilatarbelakangi oleh perang Hamas-Israel, yang mengingatkan kita pada "kisah paling kelam dalam dalam sejarah nasional". "Sejak serangan berdarah Hamas pada tanggal 7 Oktober awal bulan lalu sekitar 1.800 kejahatan anti-Semit telah tercatat di Jerman," tegasnya kepada majalah Spiegel pada tanggal 27 Oktober lalu.
Di tempat dan waktu yang berbeda, petugas polisi yang ditempatkan di pintu masuk sinagoga komunitas Yahudi Kahal Adass Jisroel di Berlin, pernah menjadi sasaran bom molotov tanggal 18 Oktober 2023 lalu. Peningkatan tindakan anti-Semit yang “mengkhawatirkan” juga terjadi di Amerika Serikat. Mereka menduga akan terjadi insiden anti-Semit di sekolah dan di kampus universitas. Dan benar saja - ketegangan telah terjadi di kampus paling bergengsi di Amerika - di Harvard University - saat 30-an Organaisasi kemahasiswaan membuat pernyataan "Hamas Bertanggung Jawab atas Kekerasan yang memicu kemarahan Israel".