Deretan KSAD yang Pernah Jabat Pangdam V/Brawijaya, Nomor 1 Jenderal Pemrakarsa NRP Prajurit TNI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beberapa Kepala Staf TNI Angkatan Darat ( KSAD ) pernah menduduki jabatan Panglima Kodam ( Pangdam) V/Brawijaya . Salah satunya merupakan pemrakarsa pencatatan setiap prajurit TNI atau Nomor Registrasi Pusat (NRP).
KSAD merupakan jabatan tertinggi di TNI AD yang diduduki oleh perwira tinggi berpangkat Jenderal TNI. Mereka adalah adalah orang-orang terpilih dengan catatan karier militer mengagumkan. Sebelum menjadi KSAD beberapa di antara mereka menjabat sebagai Pangdam V/Brawijaya.
Kodam V/Brawijaya merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi Provinsi Jawa Timur. Terdiri atas empat satuan wilayah, yakni Korem 081/Dhirotsaha Jaya (membawahi wilayah Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Nganjuk, Blitar, Tulungagung); Korem 082/Citra Panca Yudha Jaya (Kediri, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Jombang, Mojokerto); Korem 083/Baladhika Jaya (Malang-Batu, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Jember, Banyuwangi, Kota Malang); dan Korem 084/Bhaskara Jaya (Sidoarjo, Gresik, Pamekasan, Sumenep, Sampang, Bangkalan, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan).
Dalam sejarahnya, Kodam V/Brawijaya berasal dari gabungan dari tiga divisi militer di awal kemerdekaan Republik Indonesia, yakni Divisi V Ronggolawe, Divisi VI Narotama, dan Divisi VII Soeropati. Ketiga divisi itu digabung menjadi TNI Divisi I Jawa Timur berdasarkan SK Menteri Pertahanan Nomor: A/532/48 tanggal 25 Oktober 1948.
Pada 17 Desember 1951, tepatnya pada hari ulang tahun ke-3, TNI Divisi I Jawa Timur berganti nama menjadi Divisi I/Brawijaya. Namun belum genap sebulan, KSAD menerbitkan instruksi nomor 2/KS/Instr/52 tanggal 5 Januari 1952, yang mengubah nama Divisi I/Brawijaya menjadi Tentara Teritorium V/Brawijaya (TT V/Brawijaya).
Setelah 7 tahun, berdasarkan SK KSAD Nomor: Kpts/952/10/1959, sebutan TT V/Brawijaya diganti Komando Daerah Militer (Kodam VIII/Brawijaya). Lalu KSAD menerbitkan kembali SK Nomor: Kep/4/1985 tanggal 12 Januari 1985, Kodam VIII/Brawijaya diubah menjadi Kodam V/Brawijaya.
Lalu siapa saja KSAD yang pernah menduduki jabatan Pangdam V/Brawijaya? Berikut ini nama-namanya:
FOTO/MABES TNI
KSAD yang pernah duduk sebagai Pangdam V/Brawijaya salah satunya adalah Letjen TNI (Purn) Bambang Soegeng. Serdadu kelahiran Megelang, Jawa Tengah, 31 Oktober 1913 itu mulai mengemban jabatan tersebut ketika masih bernama TNI Divisi I Jawa Timur hingga berubah menjadi Tentara Teritorium (TT) V/Brawijaya.
Bambang Soegeng adalah sulung dari 6 bersaudara, anak pasangan Slamet dan Zahro. Bambang termasuk beruntung karena bisa mengenyam bangku pendidikan di masa pendudukan Belanda. Ia menempuh pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Tegalrejo, Magelang, kemudian lanjut ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Purwokerto, serta Algemeene Middelbare School (AMS) bagian A di Yogyakarta. Bambang sempat menempuh pendidikan tinggi di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS) Jakarta tapi tidak selesai karena ditutup oleh Jepang ketika berkuasa di Indonesia.
Sempat bekerja sebagai pegawai negeri di pemerintahan Kabupaten Temanggung sebagai juru tulis, pada 1943 Bambang akhirnya memilih melanjutkan pendidikan perwira PETA di Bogor. Setelah lulus, ia ditempatkan di Magelang sebagai Komandan Kompi. Bambang kemudian dipromosikan sebagai Komandan Peleton di Gombong, Kebumen.
Bambang diangkat menjadi Komandan Resimen TKR di Wonosobo setelah Proklamasi Kemerdekaan RI. Tiga tahun kemudian diangkat menjadi Komandan Divisi III TKR yang meliputi Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Yogyakarta. Sebagai penguasa teritori, ia terlibat dalam perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949. Salah satunya adalah Perintah Siasat dan Instruksi Rahasia soal perang propaganda terhadap Belanda.
Melihat pengalaman yang mumpuni, pemerintah kemudian menunjuk Bambang Soegeng sebagai Panglima Divisi I Jawa Timur pada Juni 1950. Ia mengemban jabatan itu hingga Desember 1952 atau ketika sudah berganti nama Divisi I TT V/Brawijaya.
Presiden Soekarno kemudian mengangkat Bambang Soegeng menjadi KSAD pada Desember 1952 setelah mencopot AH Nasution. Jabatan KSAD diemban Bambang hingga 1955 sebelum akhirnya ia mengundurkan diri militer.
Saat menjabat KSAD, Bambang memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau yang kini dikenal dengan Nomor Registrasi Pusat (NRP). Pencatatan ini kemudian ditiru oleh organisasi sipil dengan Nomor Induk Pegawai (NIP).
Setelah mundur dari militer, Bambang ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Duta Besar Indonesia untuk Vatikan (1956-1960), Dubes RI untuk Jepang (1960-1964), dan Dubes RI untuk Brasil (1964-1966).
Bambang meninggal dunia pada 22 Juni 1977 dan dimakamkan di Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah. Atas didedikasinya, pada 1997 Presiden Soeharto memberikan kenaikan paangkat kehormatan satu tingkat lebih tinggi kepada Bambang Soegeng, menjadi Letjen TNI Kehormatan.
FOTO/DOK.TNI AD
KSAD selanjutnya yang pernah menduduki jabatan Pangdam V/Brawijaya adalah Jenderal TNI (Purn) R Hartono. Tentara kelahiran Pamekasan, Madura, 10 Juni 1941 itu mengemban jabatan itu di era Presiden Soeharto dari 1990-1993.
R Hartono mengawali karier militernya sebagai Danton-II Yonkav 1/I Kostrad setelah lulus dari Akademi Militer Nasional (AMN) 1962. Setelah malang melintang di satuan, lulusan Sussarcab Kavaleri 19963 itu akhirnya dipercaya memimpin teritori sebagai Dandim 0614/Cirebon pada 1977.
Karier R Hartono terus menanjak. Pada 1984, ia dipercaya menjadi Danrem 041/Garuda Emas Kodam IV/Sriwijaya. Setahun kemudian dimutasi menjadi Wasdanpussenkav dan Pamen Pussenkav Dik Lemhannas.
Hartono pecah bintang ketika diangkat menjadi Kasdam V/Brawijaya pada 1989. Selanjutnya ia dimutasi menjadi Kases Bakorstanasda Jawa Timur. Pangkat naik menjadi Mayor Jenderal ketika dilantik menjadi Pangdam V/Brawijaya pada 1990.
Tiga tahun menjabat Pangdam V/Brawijaya, R Hartono kemudian ditarik menjadi Dansesko ABRI, lalu Gubernur Lemhannas, dan Kassospol ABRI. Hartono meraih pangkat jenderal penuh (bintang 4) ketika dipilih Presiden Soeharto menjadi KSAD pada 1995.
Setelah pensiun pada 1997, R Hartono pernah mencoba peruntungan mendirikan partai politik bersama Siti Hardijanti Hastuti Soeharto atau Tutut Soeharto, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). Pada Pemilu 2004, PKPB memperoleh 2,11% suara secara nasional dan 2 kursi di DPR. Namun perolehan suara PKPB melorot di pemilu 2009, hanya mendapatkan 1.461.182 suara atau setara 1,40%. Setelah itu, PKPB tidak lagi menjadi peserta pemilu hingga saat ini.
FOTO/TNI AD
Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu juga termasuk dalam daftar KSAD yang pernah menduduki jabatan Pangdam V/Brawijaya. Abituren Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) 1974 ini mengemban jabatan itu sangat singkat dari 14 Januari hingga 4 November 1999.
Ryamizard Ryacudu mengawali karier jabatan militer di Kodam XII/Tanjungpura. Antara lain menjadi Danton, Komandan Kompi Pelajar dan Secaba, serta Danyonif 641 dan 642. Ryamizard kemudian ditarik ke Kostrad untuk menjadi Kasi Operasi Brigif Linud 17/Kujang I, Wadan Yonif Linud 305/Tengkorak, Danyonif Linud 305/Tengkorak, dan Kepala Staf Brigif Linud 17/Kujang I.
Ryamizard sempat bertugas ke luar negeri menjadi Komandan Kontingen Garuda XII-B dan Komandan Sektor 5 Barat di Kamboja. Pulang dari luar negeri, ia dipercaya menjadi Komandan Korem 044/Garuda Dempo Kodam II/Sriwijaya, Kepala Staf Divif 2/Kostrad, Kepala Staf Kodam II/Sriwijaya, Panglima Divif 2/Kostrad, dan Kepala Staf Kostrad.
Kariernya terus menanjak. Ryamizard dipromosikan menjadi Pangdam V/Brawijaya, Pangdam Jaya/Jayakarta, Pangkostrad, dan KSAD. Setelah pensiun, orang dekat Megawati Soekarnoputri tersebut dipercaya menjabat Menhan oleh Presiden Jokowi di periode pertama kepemimpinannya.
Menantu Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno itu sempat dicalonkan sebagai Panglima TNI di akhir masa jabatan Presiden Megawati Soekarnoputri. Namun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terpilih menggantikan Megawati menganulir pencalonan Ryamizard Ryacudu dan memilih memperpanjang jabatan Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto.
FOTO/MABES TNI
KSAD yang pernah duduk sebagai Pangdam V/Brawijaya selanjutnya adalah Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo. Lulusan Akademi Militer (Akmil) 1982 tersebut menjabat dari mulai 2010 hingga 2011.
Gatot Nurmantyo merupakan tentara kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 13 Maret 1960. Nama yang disematkan oleh ayahnya terinspirasi dari pahlawan kemerdekaan RI Jenderal Gatot Subroto. Usai lulus sekolah menengah, Gatot melanjutkan ke Akmil dan lulus pada 1982.
Ia memulai kariernya di militer sebagai Danton MO 81 Kompi Yonif 315/Garuda. Kemudian dimutasi menjadi Komandan Kompi Senapan B Yonif 320/Badak Putih, Komandan Kompi Senapan C Yonif 310/Kidang Kencana.
Gatot mulai dipercaya memimpin teritori ketika diangkat menjadi Dandim 1707/Merauke lalu dipindah menjadi Dandim 1701/Jayapura. Teritori yang dipimpin Gatot semakin luas ketika ditunjuk menjadi Danrem 061/Suryakencana pada 2006. Setelah itu, ia ditarik sebagai Kepala Staf Divisi Infanteri 2/Kostrad, lalu Direktur Latihan Kodiklatad.
Selanjutnya, Gatot diangkat menjadi Gubernur Akmil pada 2009. Setahun menjadi Gubernur Akmil, Gatot pun diangkat menjadi Pangdam Brawijaya menggantikan Mayor Jenderal TNI Suwarno. Tak sampai setahun, dirinya kembali ditugaskan sebagai Dankodiklat TNI AD. Pada 2013, Gatot pun diangkat menjadi Pangkostrad menggantikan Letnan Jenderal TNI Muhammad Munir.
Pada 2014, pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gatot pun diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30. Pada 2015, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Gatot dilantik menjadi Panglima TNI ke-16 menggantikan Jenderal TNI Moeldoko.
Gatot bersama tokoh pemerintahan lainnya beserta para aktivis sosial bergabung dalam aksi untuk mendukung toleransi beragama selama periode unjuk rasa di Jakarta pada November 2016. Gatot dikenal sebagai sosok purnawirawan yang religius dan dekat kepada para ulama di Indonesia.
Setelah sempat "menghilang" dan beberapa kali namanya muncul di pemberitaan, akhirnya pada pada 18 Agustus 2020 di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Gatot bergabung dan menjadi salah satu deklarator KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) bersama Din Syamsuddin dan para tokoh-tokoh nasional lainnya. KAMI sendiri merupakan gerakan moral yang bertujuan menegakkan kebenaran dan menciptakan keadilan bagi masyarakat.
Demikian beberapa KSAD yang pernah menduduki jabatan Pangdam V/Brawijaya.
KSAD merupakan jabatan tertinggi di TNI AD yang diduduki oleh perwira tinggi berpangkat Jenderal TNI. Mereka adalah adalah orang-orang terpilih dengan catatan karier militer mengagumkan. Sebelum menjadi KSAD beberapa di antara mereka menjabat sebagai Pangdam V/Brawijaya.
Kodam V/Brawijaya merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi Provinsi Jawa Timur. Terdiri atas empat satuan wilayah, yakni Korem 081/Dhirotsaha Jaya (membawahi wilayah Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Nganjuk, Blitar, Tulungagung); Korem 082/Citra Panca Yudha Jaya (Kediri, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Jombang, Mojokerto); Korem 083/Baladhika Jaya (Malang-Batu, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Jember, Banyuwangi, Kota Malang); dan Korem 084/Bhaskara Jaya (Sidoarjo, Gresik, Pamekasan, Sumenep, Sampang, Bangkalan, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan).
Dalam sejarahnya, Kodam V/Brawijaya berasal dari gabungan dari tiga divisi militer di awal kemerdekaan Republik Indonesia, yakni Divisi V Ronggolawe, Divisi VI Narotama, dan Divisi VII Soeropati. Ketiga divisi itu digabung menjadi TNI Divisi I Jawa Timur berdasarkan SK Menteri Pertahanan Nomor: A/532/48 tanggal 25 Oktober 1948.
Pada 17 Desember 1951, tepatnya pada hari ulang tahun ke-3, TNI Divisi I Jawa Timur berganti nama menjadi Divisi I/Brawijaya. Namun belum genap sebulan, KSAD menerbitkan instruksi nomor 2/KS/Instr/52 tanggal 5 Januari 1952, yang mengubah nama Divisi I/Brawijaya menjadi Tentara Teritorium V/Brawijaya (TT V/Brawijaya).
Setelah 7 tahun, berdasarkan SK KSAD Nomor: Kpts/952/10/1959, sebutan TT V/Brawijaya diganti Komando Daerah Militer (Kodam VIII/Brawijaya). Lalu KSAD menerbitkan kembali SK Nomor: Kep/4/1985 tanggal 12 Januari 1985, Kodam VIII/Brawijaya diubah menjadi Kodam V/Brawijaya.
Lalu siapa saja KSAD yang pernah menduduki jabatan Pangdam V/Brawijaya? Berikut ini nama-namanya:
1. Letjen TNI (Purn) Bambang Soegeng
FOTO/MABES TNI
KSAD yang pernah duduk sebagai Pangdam V/Brawijaya salah satunya adalah Letjen TNI (Purn) Bambang Soegeng. Serdadu kelahiran Megelang, Jawa Tengah, 31 Oktober 1913 itu mulai mengemban jabatan tersebut ketika masih bernama TNI Divisi I Jawa Timur hingga berubah menjadi Tentara Teritorium (TT) V/Brawijaya.
Bambang Soegeng adalah sulung dari 6 bersaudara, anak pasangan Slamet dan Zahro. Bambang termasuk beruntung karena bisa mengenyam bangku pendidikan di masa pendudukan Belanda. Ia menempuh pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Tegalrejo, Magelang, kemudian lanjut ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Purwokerto, serta Algemeene Middelbare School (AMS) bagian A di Yogyakarta. Bambang sempat menempuh pendidikan tinggi di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS) Jakarta tapi tidak selesai karena ditutup oleh Jepang ketika berkuasa di Indonesia.
Sempat bekerja sebagai pegawai negeri di pemerintahan Kabupaten Temanggung sebagai juru tulis, pada 1943 Bambang akhirnya memilih melanjutkan pendidikan perwira PETA di Bogor. Setelah lulus, ia ditempatkan di Magelang sebagai Komandan Kompi. Bambang kemudian dipromosikan sebagai Komandan Peleton di Gombong, Kebumen.
Bambang diangkat menjadi Komandan Resimen TKR di Wonosobo setelah Proklamasi Kemerdekaan RI. Tiga tahun kemudian diangkat menjadi Komandan Divisi III TKR yang meliputi Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Yogyakarta. Sebagai penguasa teritori, ia terlibat dalam perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949. Salah satunya adalah Perintah Siasat dan Instruksi Rahasia soal perang propaganda terhadap Belanda.
Melihat pengalaman yang mumpuni, pemerintah kemudian menunjuk Bambang Soegeng sebagai Panglima Divisi I Jawa Timur pada Juni 1950. Ia mengemban jabatan itu hingga Desember 1952 atau ketika sudah berganti nama Divisi I TT V/Brawijaya.
Presiden Soekarno kemudian mengangkat Bambang Soegeng menjadi KSAD pada Desember 1952 setelah mencopot AH Nasution. Jabatan KSAD diemban Bambang hingga 1955 sebelum akhirnya ia mengundurkan diri militer.
Saat menjabat KSAD, Bambang memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau yang kini dikenal dengan Nomor Registrasi Pusat (NRP). Pencatatan ini kemudian ditiru oleh organisasi sipil dengan Nomor Induk Pegawai (NIP).
Setelah mundur dari militer, Bambang ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Duta Besar Indonesia untuk Vatikan (1956-1960), Dubes RI untuk Jepang (1960-1964), dan Dubes RI untuk Brasil (1964-1966).
Bambang meninggal dunia pada 22 Juni 1977 dan dimakamkan di Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah. Atas didedikasinya, pada 1997 Presiden Soeharto memberikan kenaikan paangkat kehormatan satu tingkat lebih tinggi kepada Bambang Soegeng, menjadi Letjen TNI Kehormatan.
2. Jenderal TNI (Purn) R Hartono
FOTO/DOK.TNI AD
KSAD selanjutnya yang pernah menduduki jabatan Pangdam V/Brawijaya adalah Jenderal TNI (Purn) R Hartono. Tentara kelahiran Pamekasan, Madura, 10 Juni 1941 itu mengemban jabatan itu di era Presiden Soeharto dari 1990-1993.
R Hartono mengawali karier militernya sebagai Danton-II Yonkav 1/I Kostrad setelah lulus dari Akademi Militer Nasional (AMN) 1962. Setelah malang melintang di satuan, lulusan Sussarcab Kavaleri 19963 itu akhirnya dipercaya memimpin teritori sebagai Dandim 0614/Cirebon pada 1977.
Karier R Hartono terus menanjak. Pada 1984, ia dipercaya menjadi Danrem 041/Garuda Emas Kodam IV/Sriwijaya. Setahun kemudian dimutasi menjadi Wasdanpussenkav dan Pamen Pussenkav Dik Lemhannas.
Hartono pecah bintang ketika diangkat menjadi Kasdam V/Brawijaya pada 1989. Selanjutnya ia dimutasi menjadi Kases Bakorstanasda Jawa Timur. Pangkat naik menjadi Mayor Jenderal ketika dilantik menjadi Pangdam V/Brawijaya pada 1990.
Tiga tahun menjabat Pangdam V/Brawijaya, R Hartono kemudian ditarik menjadi Dansesko ABRI, lalu Gubernur Lemhannas, dan Kassospol ABRI. Hartono meraih pangkat jenderal penuh (bintang 4) ketika dipilih Presiden Soeharto menjadi KSAD pada 1995.
Setelah pensiun pada 1997, R Hartono pernah mencoba peruntungan mendirikan partai politik bersama Siti Hardijanti Hastuti Soeharto atau Tutut Soeharto, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). Pada Pemilu 2004, PKPB memperoleh 2,11% suara secara nasional dan 2 kursi di DPR. Namun perolehan suara PKPB melorot di pemilu 2009, hanya mendapatkan 1.461.182 suara atau setara 1,40%. Setelah itu, PKPB tidak lagi menjadi peserta pemilu hingga saat ini.
3. Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu
FOTO/TNI AD
Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu juga termasuk dalam daftar KSAD yang pernah menduduki jabatan Pangdam V/Brawijaya. Abituren Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) 1974 ini mengemban jabatan itu sangat singkat dari 14 Januari hingga 4 November 1999.
Ryamizard Ryacudu mengawali karier jabatan militer di Kodam XII/Tanjungpura. Antara lain menjadi Danton, Komandan Kompi Pelajar dan Secaba, serta Danyonif 641 dan 642. Ryamizard kemudian ditarik ke Kostrad untuk menjadi Kasi Operasi Brigif Linud 17/Kujang I, Wadan Yonif Linud 305/Tengkorak, Danyonif Linud 305/Tengkorak, dan Kepala Staf Brigif Linud 17/Kujang I.
Ryamizard sempat bertugas ke luar negeri menjadi Komandan Kontingen Garuda XII-B dan Komandan Sektor 5 Barat di Kamboja. Pulang dari luar negeri, ia dipercaya menjadi Komandan Korem 044/Garuda Dempo Kodam II/Sriwijaya, Kepala Staf Divif 2/Kostrad, Kepala Staf Kodam II/Sriwijaya, Panglima Divif 2/Kostrad, dan Kepala Staf Kostrad.
Kariernya terus menanjak. Ryamizard dipromosikan menjadi Pangdam V/Brawijaya, Pangdam Jaya/Jayakarta, Pangkostrad, dan KSAD. Setelah pensiun, orang dekat Megawati Soekarnoputri tersebut dipercaya menjabat Menhan oleh Presiden Jokowi di periode pertama kepemimpinannya.
Menantu Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno itu sempat dicalonkan sebagai Panglima TNI di akhir masa jabatan Presiden Megawati Soekarnoputri. Namun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terpilih menggantikan Megawati menganulir pencalonan Ryamizard Ryacudu dan memilih memperpanjang jabatan Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto.
4. Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo
FOTO/MABES TNI
KSAD yang pernah duduk sebagai Pangdam V/Brawijaya selanjutnya adalah Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo. Lulusan Akademi Militer (Akmil) 1982 tersebut menjabat dari mulai 2010 hingga 2011.
Gatot Nurmantyo merupakan tentara kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 13 Maret 1960. Nama yang disematkan oleh ayahnya terinspirasi dari pahlawan kemerdekaan RI Jenderal Gatot Subroto. Usai lulus sekolah menengah, Gatot melanjutkan ke Akmil dan lulus pada 1982.
Ia memulai kariernya di militer sebagai Danton MO 81 Kompi Yonif 315/Garuda. Kemudian dimutasi menjadi Komandan Kompi Senapan B Yonif 320/Badak Putih, Komandan Kompi Senapan C Yonif 310/Kidang Kencana.
Gatot mulai dipercaya memimpin teritori ketika diangkat menjadi Dandim 1707/Merauke lalu dipindah menjadi Dandim 1701/Jayapura. Teritori yang dipimpin Gatot semakin luas ketika ditunjuk menjadi Danrem 061/Suryakencana pada 2006. Setelah itu, ia ditarik sebagai Kepala Staf Divisi Infanteri 2/Kostrad, lalu Direktur Latihan Kodiklatad.
Selanjutnya, Gatot diangkat menjadi Gubernur Akmil pada 2009. Setahun menjadi Gubernur Akmil, Gatot pun diangkat menjadi Pangdam Brawijaya menggantikan Mayor Jenderal TNI Suwarno. Tak sampai setahun, dirinya kembali ditugaskan sebagai Dankodiklat TNI AD. Pada 2013, Gatot pun diangkat menjadi Pangkostrad menggantikan Letnan Jenderal TNI Muhammad Munir.
Pada 2014, pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gatot pun diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30. Pada 2015, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Gatot dilantik menjadi Panglima TNI ke-16 menggantikan Jenderal TNI Moeldoko.
Gatot bersama tokoh pemerintahan lainnya beserta para aktivis sosial bergabung dalam aksi untuk mendukung toleransi beragama selama periode unjuk rasa di Jakarta pada November 2016. Gatot dikenal sebagai sosok purnawirawan yang religius dan dekat kepada para ulama di Indonesia.
Setelah sempat "menghilang" dan beberapa kali namanya muncul di pemberitaan, akhirnya pada pada 18 Agustus 2020 di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Gatot bergabung dan menjadi salah satu deklarator KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) bersama Din Syamsuddin dan para tokoh-tokoh nasional lainnya. KAMI sendiri merupakan gerakan moral yang bertujuan menegakkan kebenaran dan menciptakan keadilan bagi masyarakat.
Demikian beberapa KSAD yang pernah menduduki jabatan Pangdam V/Brawijaya.
(abd)