Perbandingan KSAD Dudung dan Agus Subiyanto, dari Pendidikan, Karier, hingga Penghargaan

Sabtu, 04 November 2023 - 06:04 WIB
loading...
Perbandingan KSAD Dudung...
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono bersama KSAD Jenderal TNI Agus Subiyanto (kiri) dan pejabat lama KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman (kanan) saat upacara sertijab di Mabes TNI AD, Jakarta, Jumat (27/10/2023). FOTO/ANTARA/RAKSA DWIPANGGA
A A A
JAKARTA - Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan Jenderal TNI Agus Subiyanto merupakan perwira tinggi (pati) TNI AD yang memiliki karier cemerlang. Keduanya sama-sama menjadi pucuk pimpinan tertinggi TNI AD sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat ( KSAD ).

Dudung Abdurachman dilantik sebagai KSAD di Istana Negara pada 17 November 2021. Waktu itu, abituren Akademi Militer (Akmil) 1988-B dari Kecabangan Infanteri tersebut menggantikan Jenderal TNI Andika Perkasa yang ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Panglima TNI. Pelantikan Dudung sebagai KSAD didasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107 TNI Tahun 2021 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Staf Angkatan Darat.

Setelah hampir dua tahun menjabat, Dudung harus melepaskan jabatan KSAD. Presiden Jokowi memilih Agus Subiyanto yang menjabat sebagai Wakil KSAD sebagai pengganti Dudung. Abituren Akmil 1991 dari Kecabangan Infanteri (Kopassus) itu dilantik menjadi KSAD di Istana Negara pada Rabu pekan lalu, 25 Oktober 2023, berdasarkan Keppres Nomor 89/TNI/2023 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Staf Angkatan Darat.



Sama-sama berkarier cemerlang, Dudung Abdurachman dan Agus Subiyanto memiliki jalan kehidupan yang berbeda. Lalu seperti apa perbedaan keduanya?

Berikut ini perbandingan Dudung dan Agus dari segi pendidikan, karier, brevet dan penghargaan:

1. Jenderal TNI Dr Dudung Abdurachman, SE, MM

Perbandingan KSAD Dudung dan Agus Subiyanto, dari Pendidikan, Karier, hingga Penghargaan

FOTO/TNI AD

Dudung memiliki keinginan menjadi seorang tentara sejak kecil. Keinginan itu didorong lingkungan tempat tinggalnya di barak tentara karena ayahnya, Nasuha merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi.

Menjadi anggota TNI adalah harapan Dudung untuk membantu meringankan orang tua membiayai pendidikan 8 anak. Beragam pekerjaan juga pernah dilakoni tentara kelahiran Bandung, 19 November 1965 tersebut. Dari mulai berjualan kue hingga loper koran. Semua itu semata-mata dilakukan untuk membantu orang tua.

Di usia belia, Dudung sadar bahwa hidup berisi kerja keras, tekad, dan upaya yang tanggap untuk mengejar mimpi. Apa yang tampak sebagai keberhasilan saat ini, menurut dia, sebetulnya hasil jatuh bangun yang lama dan dalam, yang orang lain tak pernah melihatnya.

a. Pendidikan

Dudung menyelesaikan pendidikan dari SD sampai SMA di Kota Bandung. Ia bersekolah di SDN Patrakomala Kota Bandung (1972–1979), kemudian SMP Kartika XIX-1 Kota Bandung (1979–1982), dan SMA Negeri 9 Bandung (1982–1985).

Setelah lulus SMA pada 1985, Dudung mendaftar Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Darat. Ia lulus pada 1988 dari kecabangan infanteri. Untuk meningkatkan kapasitas diri, Dudung juga menjalani pendidikan militer lain, yakni Sesarcabif, Diklapa-I, Dik PARA, Diklapa-II, Seskoad, Susdanyon
Susdandim, Sesko TNI, dan Lemhannas PPRA 52.

Selain pendidikan militer, Dudung membekali diri dengan keilmuan umum. Ia meraih gelar Sarjana Fakultas Ekonomi UnKris Jakarta (2010), S-2 Fakultas Ekonomi STIE Makassar (2013), dan S-3 Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (2022).

b. Karier

Setelah lulus dari Akabri, Dudung Abdurachman mengawali karier sebagai Danton III Kompi B Yonif 744/Satya Yudha Bakti (1989–1992). Kemudian dimutasi menjadi Danton II Kompi B Yonif 744/Satya Yudha Bakti (1992–1993), Danton I Kompi B Yonif 744/Satya Yudha Bakti (1993–1994), dan Kasi 2 Yonif 741/Satya Bhakti Wirottama (1994–1995).

Pangkat Dudung naik menjadi Kapten saat dipromosikan menjadi Dankipan A Yonif 741/Satya Bhakti Wirottama (1995). Selanjutnya dimutasi menjadi Dan Kelas Satdik Sarcab PK Pusdikif Pussenif (1995–1998).

Dudung kemudian meraih pangkat Mayor saat dimutasi menjadi Wadanyonif 410/Alugoro (1998–1999). Kemudian dipindah menjadi Wadanyonif 401/Banteng Raider (1999–2000), Kasdim 0733/BS Semarang (2000–2002), dan
Pabandyaops Kodam II/Sriwijaya (2002).

Pangkat Letnan Kolonel (Letkol) diberikan kepada Dudung ketika diangkat menjadi Danyonif 143/Tri Wira Eka Jaya (2002–2004). Kemudian ia dimutasi menjadi Dandim 0406/Musi Rawas (2004–2006), Dandim 0418/Palembang (2006–2008), Pabandya 2/Lurjahril Mabesad (2008–2009), Pabandya 3/Diaga Mabesad (2009–2010).

Karier Dudung terus menanjak. Ia meraih pangkat Kolonel saat ditunjuk menjadi Aspers Kasdam VII/Wirabuana (2010–2011). Selanjutnya dimutasi menjadi Danrindam II/Sriwijaya (2011–2012), Paban I/Ren Spersad (2012–2013), Paban I/Ren Spers TNI (2013–2014), Pamen Denma Mabes TNI (2014–2015), Dandenma Mabes TNI (2015).

Dudung akhirnya pecah bintang atau meraih pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) saat diangkat menjadi Wagub Akmil (2015–2016). Kemudian dimutasi menjadi Staf Khusus Kasad (2016–2017) dan Waaster KSAD (2017–2018).

Pangkatnya naik menjadi Mayor Jenderal (Mayjen) ketika dipromosikan menjadi Gubernur Akmil (2018–2020). Selanjutnya Dudung ditarik ke Jakarta menjadi Pangdam Jayakarta (2020–2021).

Sukse menjabat sebagai Pangdam Jaya, Dudung dipromosikan menjadi Pangkostrad pada 2021. Pangkatnya pun naik menjadi Letnan Jenderal (Letjen). Masih di tahun yang sama, Dudung akhirnya meraih pangkat jenderal penuh (bintang empat) saat diangkat Presiden Jokowi menjadi KSAD (2021–2023). Menjelang pensiun, kini Dudung dimutasi menjadi Pati Mabes TNI-AD.

c. Brevet dan Penghargaan

Selama berkarier di militer, Dudung meraih banyak brevet dan penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Berikut ini beberapa di antaranya:

- Brevet Kualifikasi Komando Kopassus
- Brevet Kualifikasi Para Raider
- Brevet Kualifikasi Cakra Kostrad
- Brevet Para Utama
- Brevet Kualifikasi Penanggulangan Teror (Gultor)
- Brevet Kualifikasi Intai Tempur (Taipur)
- Bintang Darma
- Bintang Kartika Eka Paksi Utama
- Bintang Bhayangkara Utama
- Bintang Yudha Dharma Pratama
- Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
- Bintang Yudha Dharma Nararya
- Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
- Satyalancana Kesetiaan 32 Tahun
- Satyalancana Dharma Bantala
- Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun
- Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun
- Satyalancana Kesetiaan 8 Tahun
- Satyalancana Seroja
- Satyalancana Dharma Nusa
- Satyalancana Dwidya Sistha
- Satyalancana Santi Dharma

Selain itu, Dudung juga mengoleksi empat brevet di dada kanan:
- Brevet Junior Officer Combat - Instructor Training – Indonesia (JOCIT-I)
- Master Parachutist Badge (US Army)
- Air Assault Badge (US Army)
- Wing Penerbang TNI AD Kelas I (2022)

Dudung juga mendapatkan tujuh brevet kehormatan dalam dua tahun terakhir:
- Brevet Astros (2022)
- Wing Penerbang TNI AU Kelas I (2022)
- Armed Forces of the Philippines (2022)
- Master Parachutist Badge - Singapore Army (2022)
- Brevet Hiu Kencana (2022)
- Brevet Intai Amfibi Korps Marinir (2023)
- Brevet Anti-Teror Aspek Laut (2023)

2. Jenderal TNI Agus Subiyanto

Perbandingan KSAD Dudung dan Agus Subiyanto, dari Pendidikan, Karier, hingga Penghargaan

FOTO/TNI AD

Agus Subiyanto lahir di Cimahi, Jawa Barat, 5 Agustus 1967. Ayahnya, Dedi Unadi merupakan anggota TNI yang berpangkat terakhir Sersan Kepala (Serka).

Masa kecil Agus diwarnai kehidupan pahit dan getir. Ibunya pergi meninggalkan keluarga saat usianya belum genap 5 tahun. Ia pun terpaksa tumbuh bersama ayah, adik, dan ibu tiri dalam hubungan yang kurang harmonis.

Ketika menginjak remaja, tepatnya ketika kelas 2 SMA, masa yang sangat membutuhkan pendampingan orang tua, Agus harus kehilangan ayah yang sangat dicintainya. Ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas.

Setamat SMA, Agus mengalami kejadian yang menguatkan keinginan menjadi seorang tentara. Ia bersama teman-temannya digelandang ke Kantor Denpom di Jalan Gatot Subroto Cimahi gara-gara berboncengan sepeda motor tanpa mengenakan helm. Di tempat itu, Agus menerima tendangan di perut, pinggang, dan tulang kering.

Situasi itu membuat Agus teringat pesan yang kerap disampaikan ayahnya. "Kamu nanti masuk Akabri saja, Gus," ungkap Agus.

a. Pendidikan

Agus Subiyanto mengawali pendidikannya di SDN Baros Mandiri 4 Cimahi (1974-1980). Ia kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Cimahi (1980-1983) dan SMA 13 Bandung (1983-1986).

Selepas SMA, Agus Subiyanto mengikuti jejak ayahnya menjadi tentara. Agus Subiyanto melanjutkan pendidikan di Akademi Militer (Akmil) pada 1991. Agus kemudian mengikuti Kursus Dasar Kecabangan (Sussarcab) Infanteri Kopassus.

Agus terus mengembangkan diri dengan mengikuti beragam pendidikan militer. Antara lain Komando, Dik Free Fall, Dik PARA Madya, Diklapa I, Suslapa Infanteri (2000), Seskoad (2006), Susdanyon, Susdandim, Sesko TNI (2015), dan Lemhannas (2019).

b. Karier

Agus Subiyanto mengawali karier di militer sebagai Pama Pussenif setelah lulus dari Akmil. Ia kemudian dipindah menjadi Pama Kopassus, Kasi Ops Sektor A di Timor Timur, Danyon 22 Grup 2 Kopassus, dan Kapen Kopassus.

Suami Evi Sophia Indra itu pertama kali dipercaya memimpin teritori saat diangkat menjadi Dandim 0735/Surakarta pada 2009. Agus Subiyanto kemudian dimutasi menjadi Waasops Kasdivif 2/Kostrad (2011–2014), Asops Kasdam I/Bukit Barisan (2014–2015), Dosen Madya Seskoad (2015), Pamen Denma Mabesad (2015–2016), dan Danrindam II/Sriwijaya (2016–2017).

Agus kemudian dipindah ke Palu, Sulawesi Tengah menjadi Danrem 132/Tadulako (2017–2018). Namun tak lama ditarik ke Jakarta menjadi Pamen Denma Mabesad (2018–2019), Wadanpussenif Kodiklatad (2019–2020), dan Danrem 061/Surya Kencana (2020).

Karier Agus terus menanjak. Ia dipercaya menjadi perisai hidup Presiden Jokowi dengan menjabat sebagai Danpaspampres 2020-2021. Selepas tugas di lingkaran Istana, Agus mendapat jabatan strategis menjadi Pangdam III/Siliwangi hingga Wakil KSAD. Puncaknya, Agus Subiyanto diangkat menjadi KSAD menggantikan Dudung Abdurachman.

c. Brevet dan Penghargaan

Sama seperti pendahulunya, Dudung Abdurachman, selama meniti karier militer, Agus juga mengoleksi banyak brevet dan penghargaan. Berikut ini di antaranya:

- Brevet Kualifikasi Komando Kopassus
- Brevet Free Fall
- Brevet Para Utama
- Pin Alumni Lemhannas
- Brevet Selam Kopassus
- Pin Setia Waspada Paspampres
- Basic Parachutist Badge (Royal Thai Army)
- Master Parachutist Badge (US Army)
- Master Parachutist Badge (Singapore Army)
- Bintang Dharma
- Bintang Yudha Dharma Pratama
- Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
- Bintang Yudha Dharma Nararya
- Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
- Satyalancana Dharma Bantala
- Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun
- Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun
- Satyalancana Kesetiaan 8 Tahun
- Satyalancana Wira Nusa
- Satyalancana Wira Dharma
- Satyalancana Wira Siaga
- Satyalancana Ksatria Yudha
- Satyalancana Seroja (Ulangan I)
- Satyalancana Dwidya Sistha

Agus Subiyanto pernah mengikuti Novelty Shot Exhibition. Dia keluar sebagai juara pada Novelty Shot Exhibition pada lomba khusus yang digelar pada pembukaan AARM ke-30 pada 2022 di National Military Training Center, Hanoi, Vietnam. Tidak hanya itu, dia juga pernah diterjunkan ke medan operasi saat Operasi Seroja dan Operasi Tinombala.

Demikian perbandingan Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan Jenderal TNI Agus Subiyanto dari segi pendidikan, karier, brevet, dan penghargaan.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1235 seconds (0.1#10.140)