Pangdam III/Siliwangi yang Kariernya Melejit Jadi KSAD, Nomor 1 Calon Panglima TNI yang Jago Menembak
loading...
A
A
A
Jenderal (Purn) Edi Sudradjat meninggal dunia sekitar pukul 13.15, Jumat 1 Desember 2006 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Dia sudah lama menderita sakit dan terakhir dirawat di RSPAD sejak 19 November 2006. Sudrajat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Sabtu 2 Desember pukul 10.00 WIB.
Melihat dari riwayatnya, Jenderal Besar TNI (Purn) AH Nasution lahir di Desa Hutapungkut, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Tepatnya pada 3 Desember 1918 dari pasangan HA Halim Nasution dan H Zahra Lubis.
Setelah lulus jenjang pendidikan menengah atas, Nasution diketahui sempat menjadi guru di Bengkulu dan Palembang. Tak berselang lama, dia tertarik untuk masuk ke dunia militer.
Semua berawal sekitar tahun 1940, kala itu Nasution menjadi siswa Corps Opleiding Reserve Officien (CORO) di Bandung. Beberapa saat setelahnya, dia diangkat sebagai Cadet Vaandrig.
Pada era pendudukan Jepang, Nasution bekerja sebagai pegawai di Kota Praja Bandung. Tak lama, dia berhenti dan memilih bergabung bersama Angkatan Muda Bandung.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam hal ini, Nasution menjabat sebagai penasihat di BKR Bandung.
Saat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk pada 5 Oktober 1945, dia ditunjuk sebagai Kepala Staf Komandemen TKR I/Jawa Barat. Lalu pada tahun 1946, AH Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi Siliwangi.
Pada 17 Februari 1948, muncul Perpres Nomor 9 yang berisi keputusan pengangkatan Nasution menjadi Wakil Panglima Besar. Kariernya semakin cemerlang setelah pengkuan kedaulatan penuh RI pada 1949.
Saat itu, AH Nasution diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Setelah Presiden Soekarno menerbitkan Dekrit Presiden 4 Juli 1959, Nasution ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata, tepatnya pada 1962.
Beberapa tahun berselang, Jenderal AH Nasution menjadi salah satu target penculikan jenderal TNI AD yang dilakukan PKI pada 30 September 1965. Adapun peristiwa kelam tersebut dikenal sebagai G30S/PKI.
6. Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution
Abdul Haris Nasution merupakan sosok pertama yang menjabat Pangdam Siliwangi. Dia merupakan salah satu jenderal bintang 5 di Indonesia. Bukan tanpa alasan, penyematan tersebut sesuai dengan jasa dan berbagai perjuangan yang turut dilakukannya untuk Indonesia.Melihat dari riwayatnya, Jenderal Besar TNI (Purn) AH Nasution lahir di Desa Hutapungkut, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Tepatnya pada 3 Desember 1918 dari pasangan HA Halim Nasution dan H Zahra Lubis.
Setelah lulus jenjang pendidikan menengah atas, Nasution diketahui sempat menjadi guru di Bengkulu dan Palembang. Tak berselang lama, dia tertarik untuk masuk ke dunia militer.
Semua berawal sekitar tahun 1940, kala itu Nasution menjadi siswa Corps Opleiding Reserve Officien (CORO) di Bandung. Beberapa saat setelahnya, dia diangkat sebagai Cadet Vaandrig.
Pada era pendudukan Jepang, Nasution bekerja sebagai pegawai di Kota Praja Bandung. Tak lama, dia berhenti dan memilih bergabung bersama Angkatan Muda Bandung.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam hal ini, Nasution menjabat sebagai penasihat di BKR Bandung.
Saat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk pada 5 Oktober 1945, dia ditunjuk sebagai Kepala Staf Komandemen TKR I/Jawa Barat. Lalu pada tahun 1946, AH Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi Siliwangi.
Pada 17 Februari 1948, muncul Perpres Nomor 9 yang berisi keputusan pengangkatan Nasution menjadi Wakil Panglima Besar. Kariernya semakin cemerlang setelah pengkuan kedaulatan penuh RI pada 1949.
Saat itu, AH Nasution diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Setelah Presiden Soekarno menerbitkan Dekrit Presiden 4 Juli 1959, Nasution ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata, tepatnya pada 1962.
Beberapa tahun berselang, Jenderal AH Nasution menjadi salah satu target penculikan jenderal TNI AD yang dilakukan PKI pada 30 September 1965. Adapun peristiwa kelam tersebut dikenal sebagai G30S/PKI.