Fakta Rais Abin, Sosok Jenderal yang Sukses Jadi Juru Lobi Perang Mesir-Israel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rais Abin, adalah sosok jenderal yang dinilai sukses menjadi juri lobi ketika terjadi perang antara Mesir dan Israel. Kala itu terjadi perang Yom Kipur atau yang disebut juga Perang Arab-Israel, menjadi pertempuran paling bersejarah baik di kubu Mesir maupun Israel.
Perang yang terjadi pada 6 Oktober 1973 itu diprakarsai oleh Mesir dan Suriah yang menyerang Israel demi merebut wilayah yang sebelumnya diambil kubu Zionis.
Dilansir dari Britannica, perang yang terjadi pada 6 Oktober itu bertepatan dengan hari suci Yahudi; Yom Kippur. Pada hari itu juga bertepatan di bulan suci Ramadhan.
Pada saat militer Israel melemah karena kebanyakan dari mereka tengah merayakan hari suci Yom Kippur, Mesir dan Suriah mulai menyerang dan membuat pasukan Israel terpukul mundur. Pasukan Mesir berhasil menyeberangi Terusan Suez, sedangkan pasukan Suriah mampu menerobos ke Dataran Tinggi Golan.
Menurut History, walaupun Mesir kembali mengalami kekalahan, hal ini justru meningkatkan prestise Sadat, (Anwar Sadat, Presiden Mesir periode 1969-1970) di Timur Tengah dan memberinya kesempatan untuk kembali membuat perjanjian perdamaian.
Sampai pada tahun 1974, akhirnya perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir dibentuk. Membuat sebagian wilayah Sinai yang sebelumnya dikuasai Zionis dikembalikan pada Mesir.
Dalam kondisi demikian, seperti dikutip dari situs menpan.go.id, Minggu (22/10/2023), Rais Abin menjadi Panglima United Nations Emergency Forces (UNEF) II pada tahun 1976-1979, yang merupakan pasukan perdamaian di Timur Tengah setelah Perang Yom Kippur.
UNEF II bertugas menjaga perdamaian antara Mesir dan Israel setelah perang Yom Kippur (Oktober 1973). Berkat lobi dan diplomasinya, Rais Abin berhasil mempertemukan Presiden Mesir, Anwar Sadat, dengan PM Israel, Menachem Begin.
Kemudian dilanjutkan dengan perundingan perjanjian damai di Camp David, dan diakhiri dengan penandatanganan perjanjian damai antara Mesir dan Israel yang dilakukan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, yang disaksikan Presiden AS, Jimmy Carter, pada tahun 1979. Rais Abin menjadi satu-satunya jenderal Indonesia yang memimpin ribuan tentara dari seluruh dunia tersebut.
Usai tugas pasukan perdamaian UNEF II berakhir, Rais Abin yang kala itu sudah berpangkat Mayjen, diperintahkan kembali ke Tanah Air. Setelah Rais menjalani penugasan di Markas Besar ABRI, Presiden Soeharto mengirimnya ke Malaysia sebagai duta besar.
Pangkatnya pun dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal. Meski pun Indonesia dan Israel tidak pernah memiliki hubungan diplomatik, Rais memperoleh persetujuan dari Perdana Menteri Israel saat itu Shimon Peres dan Knesset untuk menjadi komandan UNEF II yang diakui.
Rais Abin meninggal di Jakarta pada Kamis, 25 Maret 2021, dalam usia 95 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Keesokan harinya, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dengan upacara yang dipimpin oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Bakti Agus Fadjari.
Lihat Juga: 8 Mayjen TNI Bersiap Pensiun usai Mutasi Akhir Oktober 2024, Nomor Terakhir Eks Pangdam XVIII/Kasuari
Perang yang terjadi pada 6 Oktober 1973 itu diprakarsai oleh Mesir dan Suriah yang menyerang Israel demi merebut wilayah yang sebelumnya diambil kubu Zionis.
Dilansir dari Britannica, perang yang terjadi pada 6 Oktober itu bertepatan dengan hari suci Yahudi; Yom Kippur. Pada hari itu juga bertepatan di bulan suci Ramadhan.
Pada saat militer Israel melemah karena kebanyakan dari mereka tengah merayakan hari suci Yom Kippur, Mesir dan Suriah mulai menyerang dan membuat pasukan Israel terpukul mundur. Pasukan Mesir berhasil menyeberangi Terusan Suez, sedangkan pasukan Suriah mampu menerobos ke Dataran Tinggi Golan.
Menurut History, walaupun Mesir kembali mengalami kekalahan, hal ini justru meningkatkan prestise Sadat, (Anwar Sadat, Presiden Mesir periode 1969-1970) di Timur Tengah dan memberinya kesempatan untuk kembali membuat perjanjian perdamaian.
Sampai pada tahun 1974, akhirnya perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir dibentuk. Membuat sebagian wilayah Sinai yang sebelumnya dikuasai Zionis dikembalikan pada Mesir.
Dalam kondisi demikian, seperti dikutip dari situs menpan.go.id, Minggu (22/10/2023), Rais Abin menjadi Panglima United Nations Emergency Forces (UNEF) II pada tahun 1976-1979, yang merupakan pasukan perdamaian di Timur Tengah setelah Perang Yom Kippur.
UNEF II bertugas menjaga perdamaian antara Mesir dan Israel setelah perang Yom Kippur (Oktober 1973). Berkat lobi dan diplomasinya, Rais Abin berhasil mempertemukan Presiden Mesir, Anwar Sadat, dengan PM Israel, Menachem Begin.
Kemudian dilanjutkan dengan perundingan perjanjian damai di Camp David, dan diakhiri dengan penandatanganan perjanjian damai antara Mesir dan Israel yang dilakukan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, yang disaksikan Presiden AS, Jimmy Carter, pada tahun 1979. Rais Abin menjadi satu-satunya jenderal Indonesia yang memimpin ribuan tentara dari seluruh dunia tersebut.
Usai tugas pasukan perdamaian UNEF II berakhir, Rais Abin yang kala itu sudah berpangkat Mayjen, diperintahkan kembali ke Tanah Air. Setelah Rais menjalani penugasan di Markas Besar ABRI, Presiden Soeharto mengirimnya ke Malaysia sebagai duta besar.
Pangkatnya pun dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal. Meski pun Indonesia dan Israel tidak pernah memiliki hubungan diplomatik, Rais memperoleh persetujuan dari Perdana Menteri Israel saat itu Shimon Peres dan Knesset untuk menjadi komandan UNEF II yang diakui.
Rais Abin meninggal di Jakarta pada Kamis, 25 Maret 2021, dalam usia 95 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Keesokan harinya, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dengan upacara yang dipimpin oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Bakti Agus Fadjari.
Lihat Juga: 8 Mayjen TNI Bersiap Pensiun usai Mutasi Akhir Oktober 2024, Nomor Terakhir Eks Pangdam XVIII/Kasuari
(maf)