Kapal Selam Mini Efektif Jaga Perairan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia
A
A
A
JAKARTA - Rencana Kementerian Pertahanan (Kemhan) membangun kapal selam mini dianggap efektif dan memiliki nilai strategis dalam menjaga kedaulatan perairan dari ancaman kapal-kapal asing dan mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
”Iya, nilai strategisnya sangat tinggi. Kapal selam mini memiliki fungsi asasi sebagai kapal pengintai yang sulit dideteksi oleh kapal permukaan. Kita membutuhkan kapal selam mini untuk pengintaian jauh di luar Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) untuk memantau gerakan kapal-kapal permukaan asing atau pangkalan Angkatan Laut negara lain.
Jadi, filosofis kapal selam berbeda dengan kapal permukaan. Kapal selam selalu untuk intai taktis dan intai strategis, sedangkan kapal permukaan salah satu tugasnya menjaga perairan,” ujar Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan (FMP) Universitas Pertahanan (Unhan) Laksda TNI DR Amarulla Octavian, Senin (31/7/2017).
Menurut Octavian, Poros Maritim Dunia merupakan visi pemerintah Indonesia yang mendapat apresiasi dunia. Visi tersebut bahkan disejajarkan dengan inisiatif pemerintah Cina dengan One Belt One Road. Inti dari Poros Maritim Dunia yaitu menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sebagai jalur perdagangan laut internasional.
”Untuk mewujudkannya, maka pemerintah telah membangun konektivitas internal, yaitu membangun enam pelabuhan internasional yang berada di perairan internal mulai dari Belawan, Jakarta, Surabaya, Makassar, Bitung dan Sorong,” ucapnya.
Selanjutnya, yang perlu dibangun pemerintah Indonesia adalah konektivitas eksternal yakni, membangun pelabuhan internasional yang berbatasan dengan Samudera Hindia dan Samudera Pasific, yakni pelabuhan di Sabang, Padang, Bengkulu, Cilacap, Kupang, Tarakan, Biak dan Merauke.
”Yang harus dilakukan oleh Kemhan dan TNI AL adalah mendukung program pemerintah membangun berbagai fasilitas pangkalan-pangkalan TNI AL yang bertanggung jawab atas keamanan laut semua perairan di pelabuhan-pelabuhan internasional konektivitas internal dan konektivitas eksternal yang tadi sudah dibahas,” ucapnya.
”Iya, nilai strategisnya sangat tinggi. Kapal selam mini memiliki fungsi asasi sebagai kapal pengintai yang sulit dideteksi oleh kapal permukaan. Kita membutuhkan kapal selam mini untuk pengintaian jauh di luar Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) untuk memantau gerakan kapal-kapal permukaan asing atau pangkalan Angkatan Laut negara lain.
Jadi, filosofis kapal selam berbeda dengan kapal permukaan. Kapal selam selalu untuk intai taktis dan intai strategis, sedangkan kapal permukaan salah satu tugasnya menjaga perairan,” ujar Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan (FMP) Universitas Pertahanan (Unhan) Laksda TNI DR Amarulla Octavian, Senin (31/7/2017).
Menurut Octavian, Poros Maritim Dunia merupakan visi pemerintah Indonesia yang mendapat apresiasi dunia. Visi tersebut bahkan disejajarkan dengan inisiatif pemerintah Cina dengan One Belt One Road. Inti dari Poros Maritim Dunia yaitu menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sebagai jalur perdagangan laut internasional.
”Untuk mewujudkannya, maka pemerintah telah membangun konektivitas internal, yaitu membangun enam pelabuhan internasional yang berada di perairan internal mulai dari Belawan, Jakarta, Surabaya, Makassar, Bitung dan Sorong,” ucapnya.
Selanjutnya, yang perlu dibangun pemerintah Indonesia adalah konektivitas eksternal yakni, membangun pelabuhan internasional yang berbatasan dengan Samudera Hindia dan Samudera Pasific, yakni pelabuhan di Sabang, Padang, Bengkulu, Cilacap, Kupang, Tarakan, Biak dan Merauke.
”Yang harus dilakukan oleh Kemhan dan TNI AL adalah mendukung program pemerintah membangun berbagai fasilitas pangkalan-pangkalan TNI AL yang bertanggung jawab atas keamanan laut semua perairan di pelabuhan-pelabuhan internasional konektivitas internal dan konektivitas eksternal yang tadi sudah dibahas,” ucapnya.
(pur)