Dilarang Sembarangan Membeli Kapal Selam
loading...
A
A
A
KABAR duka datang dari Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA-N). Kapal selam Type 093 andalannya hilang pada 22 Agustus lalu saat melakukan misi di Laut Kuning. Walaupun belum ada laporan resmi tentang kondisi sesungguhnya kapal selam bertenaga nuklir tersebut, namun mustahil sebanyak 55 pelaut yang berada di dalamnya bisa selamat.
baca juga: Kapal Selam Titanic Meledak, Kanada Lakukan Investigasi
Para awak – terdiri dari 22 perwira, 7 perwira taruna, 9 perwira kecil, 17 pelaut- dikhawatirkan mati lemas setelah “kegagalan besar” pada sistem oksigen kapal selam 107 meter. Sistem oksigen di dalam kapal meracuni kru setelah terjadi masalah dimaksud.
Kecelakaan kapal selam dengan komandannya Kolonel Xue Yong-Peng diungkap intelijen Inggris. Bagaimana bisa terjadi? Ternyata, kapal selam paman Panda itu terperangkap rantai dan jangkar yang sengaja dipasang untuk menjerat kapal-kapal Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Di tengah insinden yang menimpa kapal selam milik Negeri Tirai Bambu tersebut, KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali tengah mengunjungi galangan produsen Kapal Selam ThyssenKrupp Marine System (tk MS), di Kiel, Jerman (25/09). Kontan saja kedatangan mantan komandan KRI Nanggala (402) ke salah satu pabrikan kapal selam terkemuka dunia itu memancing bisik-bisik bahwa TNI AL akan memborong kapal selam jenis itu.
Spekulasi yang banyak dimunculkan fans dunia militer Tanah Air tidaklah berlebihan. Pasalnya, pasca-karamnya KRI Nanggala (402), Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sudah mewacanakan penambahan 3 kapal selam baru. Apalagi akuisisi alutsista strategis ini urgen dilakukan mengingat pentingnya kekuatan untuk mengamankan bawah laut Indonesia.
Pasca-tenggelamnya KRI Nanggala (402), TNI AL hanya memilik total 4 kapal selam. Saudara KRI Nanggala (402), yakni KRI Cakra (401) sudah terbilang uzur karena sudah berusia lebih dai 40 tahun. Kian memprihatinkan karena 3 kapal kelas Chang Bogo dari Korea Selatan yang terbilang baru tidak bisa beroperasi secara maksimal karena sejak awal disebut banyak masalah. Dalam rencana strategi, Indonesia idealnya punya 12 kapal selam.
baca juga: 7 Tantangan Penyelamatan Kapal Selam Wisata Titanic
Keputusan pembelian kapal selam dilarang sembarangan. Musibah kapal selam Type 093 dan KRI Nanggala (402) harus menjadi pelajaran betapa tingginya risiko yang pasti akan dibayar bila kapal selam mengalami kecelakaan. Bukan hanya aspek strategis tidak bisa berjalan maksimal, tapi ada dampak lain yang sangat fatal seperti terjadi pada kasus Type 093 dan KRI Nanggala (402).
Pertanyaannya kemudian, kapal selam seperti apa atau dari negara mana yang layak diambil? Militer negara manapun pasti ingin pemerintahnya membelikan kapal tercanggih agar bisa melaksanakan tugas dengan optimal selaras dengan beratnya tanggung jawab yang diemban, dan memberi jaminan safety maksimal hingga para awak tenang menjalankan tugasnya.
Aspek Strategis
"Wira Ananta Rudhiro" merupakan penggalan pidato Presiden RI pertama Soekarno di atas kapal selam KRI Tjandrasa yang tengah berlabuh di dermaga Tanjung Priok, Jakarta pada 6 Oktober 1966. Istilah berbahasa Sansekerta yang diarahkan untuk membakar semangat perjuangan jajaran TNI AL, khususnya para awak kapal selam, memiliki arti "Sekali menyelam, maju terus - tiada jalan untuk timbul, sebelum menang. Tabah sampai akhir".
Secara tersirat maupun tersurat, kalimat yang kemudian dijadikan semboyan kapal selam Indonesia ini menjelaskan tentang betapa pentingnya peran kapal selam dalam strategi militer. Keberadaannya menjadi game changer untuk mewujudkan kemenangan vis a vis musuh, terutama kapal perang permukaan.
Saking unggulnya, kapal selam juga dianggap sebagai apex predator atau predator puncak ekosistem laut, bahkan disebut mampu melumpuhkan keunggulan kapal induk. Dengan demikian, kapal selam sekaligus menghadirkan deterrence effect bagi armada laut musuh yang akan mengekspansi kedaulatan di wilayah perairan laut.
KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali pada acara sarasehan nasional pembangunan kekuatan kapal selam di Ujung Surabaya (12/6) mengungkapkan bahwa kapal selam adalah alutsista strategis armada angkatan laut suatu negara. Keunggulannya terletak pada aspek kerahasiaan dan daya hancur tinggi. Selain itu, dia menyebut kapal selam sebagai pengganda kekuatan tempur signifikan, sehingga memilikistrategic deterrencesangat tinggi.
Keterbatasan kapal selam yang dimiliki, apalagi kemampuannya masih dipertanyakan, menjadi persoalan besar bagi pertahanan Indonesia. Apalagi wilayah negeri ini 70% di antaranya berupa lautan - di dalamya terdapat terdapat tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), dan berada di persimpangan lalu lintas laut internasional teramai di dunia- tentu membutuhkan alutsista yang mencukupi, baik secara kwantitas maupun kwalitas, termasuk kapal selam.
Belum lagi memanasnya dinamika kawasan Indo-Pasifik yang mendorong konsolidasi kekuatan China versus Amerika Serikat bersama sekutunya- terutama yang tergabung dalam AUKUS. Karena itulah, pembangunan kekuatan kapal selam adalah isu krusial yang harus dicarikan jalan keluar.
baca juga: Kemhan Boyong Kapal Selam Penyelamat dari Inggris
Namun, perlu digarisbawahi pembelian kapal selam harus memerhatikan persaingan di kawasan agar pembelian tidak sia-sia karena tidak mampu mengimbangi kapabilitas kapal selam milik negara tetangga, juga kapal selam negara-negara adidaya yang berlalu-lalang di perairan Indonesia dan kawasan sekitar.
Beberapa kapal selam yang memasuki layanan negara tetangga antara lain Singapura yang memiliki empat kapal selam tipe kelas 218SG buatan tk MS Jerman dan Australia yang berencana mengakuisisi lima kapal selam kelas Virginia dari Amerika Serikat, yang merupakan kapal selam bertenaga nuklir termutakhir setelah bergabung dengan AUKUS.
Belum lagi Indonesia berpotensi berhadapan dengan China seperti disebut Global Fire Power memiliki 74 kapal selam pada 2020 lalu, termasuk di antara kapal selam tipe 094 bertenaga nuklir yang dilengkapi rudal balistik.
Pilihan Optimum
Indonesia memiliki sejumlah pilihan untuk menentukan kapal selam yang bakal diakuisisi. Di antara pabrikan yang mengajukan proposal, galangan kapal Hanwha Ocean terbilang progresif. Perusahaan asal Korea Selatan itu pada status menagih komitmen pembuatan tiga kapal selam batch II Chang Bogo Class kepada Pemerintah Indonesia.
Pabrikan tersebut memang telah memenangkan lelang pengadaan tiga unit kapal selam Chang Bogo Class tahap II sejak 2019. Kendati demikian, perusahaan metamorfosis Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) itu belum menerima pembayaran letter of credit (L/C) sepeserpun. Terlebih, dia terlanjur melakukan pre-order komponen tiga kapal selam.
Tetapi, kerja sama yang terbangun hingga implementasi transfer of technology (ToT) di galangan PT PAL Surabaya sulit dilanjutkan karena sejumlah masalah yang muncul. Beberapa problem yang sempat mendapat perhatian publik adalah baterai kapal Chang Bogo Class pertama yang dianggap tak sesuai spesifikasi.
baca juga: Rusia Pensiunkan Kapal Selam Nuklir Terbesar di Dunia
Selain itu, seperti pernah dibeber anggota Komisi VI DPR RI Nusron Wahidyang mengungkap kekecewaan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tentang kemampuan menyelam kapal tersebut yang hanya 30 hari, jauh dibanding made in Jerman yang bisa mencapai 90 hari.
Karena itulah, Indonesia terpaksa harus mencari kapal selam lain dengan kemampuan bisa diandalkan. Beberapa spesifikasi yang dianggap dibutuhkan kapal selam mutakhir antara lain bertenaga diesel electrik, yang dilengkapi teknologi AIP alias air independent propulsion. Dengan fitur ini, kapal selam menjadi lebih senyap dan menyelam lebih lama. Bahkan kapal selam termodern sudah ada yang menggunakan sistem baterai Lithium-ion.
Kapal selam juga harus memiliki combat management system (CMS) canggih yang mampu mendeteksi lawan secara akurat dan terkoneksi dengan sistem komando. Juga memiliki sistem senjata yang mampu meluncurkan torpedo dan rudal secara vertikal atau vertical multi-purpose airlock–hingga memiliki daya gebuk mematikan.
Kapal selam apakah yang secanggih itu? Bila Indonesia memiliki anggaran tak terbatas untuk pertahanan, tentu akuisisi langsung diarahkan ke beberapa kapal terbaik di dunia seperti Proyek 941 Akula Class (Rusia), Virginia Class (AS), Pelopor Class (Inggris), Triomphant Class (Prancis), dan beberapa jenis lainnya.
Namun, selain variabel anggaran, pembelian kapal selam juga mempertimbangkan geografis lautan Indonesia yang sebagian besar berupa laut dangkal, level hubungan diplomasi atau kemitraan dengan negara produsen, serta UU No 20 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Selain itu, kecanggihan teknologi dan battle proven selalu menjadi pertimbangan mutlak dalam dunia militer. Karena itulah, pembelian kapal selam yang merupakan alutsista strategis tidak mudah.
baca juga: Militer Prancis Kembangkan Kapal Selam Tempur Tidak Berawak
Dengan berbagai realitas keterbatasan, beberapa jenis kapal selam pernah dihubungkan dengan Indonesia, seperti Project 636.3 Improved Kilo Class buatan Rusia, Soryu Class (Jepang), Reis Class (Turki), Riachuelo Class (modifikasi Scorpene Class Prancis), atau Tipe HWD 212 (Jerman). Dari beberapa jenis tersedia, relatif hanya nama Soryu Class tak pernah dibicarakan lagi. Lainnya masih sangat mungkin.
Hanya saja, putaran terakhir kapal selam apa yang bakal diakuisisi Indonesia mengarah kepada Scorpene Class dan Tipe HWD 212. Dengan Scorpene, pabrikan Naval Group sudah berkolaborasi dengan PT PAL untuk mengembangkan kapal selam. Galangan plat merah asal Surabaya itu dijanjikan akan mampu membangun konstruksi kapal selam sendiri dan mendapatkan pengalaman 100 tahun yang dilewati Naval Group hanya dalam tempo 8 tahun.
Kunjungan KSAL ke markas tk MS menyiratkan kapal selam produksi Jerman juga akan menjadi pilihan. Namun, hingga kini belum jelas apakah negeri Panser tersebut bersedia memberikan ToT kepada Indonesia seperti halnya Prancis.
Bila prasyarat konstitusi tersebut dipenuhi, maka bekerja sama dengan Jerman merupakan pilihan strategis, karena negara itu memiliki knowledge terdepan dalam rancang bangun dan teknologi kapal selam. Apalagi Jerman merupakan guru Korea Selatan dan Turki dalam membangun kapal selam. Dengan demikian, opsi pembelian dari Korea Selatan dan Turki patut dipinggirkan.
Dari sisi teknologi, baik Scorpene maupun Tipe HWD 212 kapabilitasnya tidak perlu dipertanyakan. Keduanya bisa disebut sebagai state of the art, karena dilengkapi teknolgi tercanggih dan terkuat dari berbagai prasarat yang dibutuhkan sebuah kapal selam memiliki aspek strategis yang bisa menghadirkan deterrence effect. Karena itu, keduanya merupakan pilihan optimum yang bisa diadakan pemerintah untuk membekali kekuatan TNI AL agar bisa melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan aman.
Melihat proyeksi kekuatan TNI AL pada 2025–2045, yang menempatkan pengadaan kapal selam sebagai prioritas, maka pembelian harus terwujud pada 2024 ini yang merupakan akhir dari Minimum Essential Force (MEF) III. Berapa kapal selam yang bakal dibeli? Menhan Prabowo Subianto beberapa saat setelah musibah KRI Nanggala-402 mengatakan akan menambah 3 kapal selam baru.
Namun sesuai target MEF III, TNI AL harus memiliki total 12 kapal selam. Dengan begitu, perlu ada penambahan 8 kapal selam baru. Bila pemerintah berkomitmen, pembelian ini bisa dibagi 4 untuk dibangun Naval Group dan 4 untuk tk MS, dan keduanya harus merangkul PT PAL. Bagaimana pendanaannya adalah tugas pemerintah untuk berupaya keras agar bisa memenuhi kebutuhan prioritas dan urgen tersebut.(*)
baca juga: Kapal Selam Titanic Meledak, Kanada Lakukan Investigasi
Para awak – terdiri dari 22 perwira, 7 perwira taruna, 9 perwira kecil, 17 pelaut- dikhawatirkan mati lemas setelah “kegagalan besar” pada sistem oksigen kapal selam 107 meter. Sistem oksigen di dalam kapal meracuni kru setelah terjadi masalah dimaksud.
Kecelakaan kapal selam dengan komandannya Kolonel Xue Yong-Peng diungkap intelijen Inggris. Bagaimana bisa terjadi? Ternyata, kapal selam paman Panda itu terperangkap rantai dan jangkar yang sengaja dipasang untuk menjerat kapal-kapal Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Di tengah insinden yang menimpa kapal selam milik Negeri Tirai Bambu tersebut, KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali tengah mengunjungi galangan produsen Kapal Selam ThyssenKrupp Marine System (tk MS), di Kiel, Jerman (25/09). Kontan saja kedatangan mantan komandan KRI Nanggala (402) ke salah satu pabrikan kapal selam terkemuka dunia itu memancing bisik-bisik bahwa TNI AL akan memborong kapal selam jenis itu.
Spekulasi yang banyak dimunculkan fans dunia militer Tanah Air tidaklah berlebihan. Pasalnya, pasca-karamnya KRI Nanggala (402), Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sudah mewacanakan penambahan 3 kapal selam baru. Apalagi akuisisi alutsista strategis ini urgen dilakukan mengingat pentingnya kekuatan untuk mengamankan bawah laut Indonesia.
Pasca-tenggelamnya KRI Nanggala (402), TNI AL hanya memilik total 4 kapal selam. Saudara KRI Nanggala (402), yakni KRI Cakra (401) sudah terbilang uzur karena sudah berusia lebih dai 40 tahun. Kian memprihatinkan karena 3 kapal kelas Chang Bogo dari Korea Selatan yang terbilang baru tidak bisa beroperasi secara maksimal karena sejak awal disebut banyak masalah. Dalam rencana strategi, Indonesia idealnya punya 12 kapal selam.
baca juga: 7 Tantangan Penyelamatan Kapal Selam Wisata Titanic
Keputusan pembelian kapal selam dilarang sembarangan. Musibah kapal selam Type 093 dan KRI Nanggala (402) harus menjadi pelajaran betapa tingginya risiko yang pasti akan dibayar bila kapal selam mengalami kecelakaan. Bukan hanya aspek strategis tidak bisa berjalan maksimal, tapi ada dampak lain yang sangat fatal seperti terjadi pada kasus Type 093 dan KRI Nanggala (402).
Pertanyaannya kemudian, kapal selam seperti apa atau dari negara mana yang layak diambil? Militer negara manapun pasti ingin pemerintahnya membelikan kapal tercanggih agar bisa melaksanakan tugas dengan optimal selaras dengan beratnya tanggung jawab yang diemban, dan memberi jaminan safety maksimal hingga para awak tenang menjalankan tugasnya.
Aspek Strategis
"Wira Ananta Rudhiro" merupakan penggalan pidato Presiden RI pertama Soekarno di atas kapal selam KRI Tjandrasa yang tengah berlabuh di dermaga Tanjung Priok, Jakarta pada 6 Oktober 1966. Istilah berbahasa Sansekerta yang diarahkan untuk membakar semangat perjuangan jajaran TNI AL, khususnya para awak kapal selam, memiliki arti "Sekali menyelam, maju terus - tiada jalan untuk timbul, sebelum menang. Tabah sampai akhir".
Secara tersirat maupun tersurat, kalimat yang kemudian dijadikan semboyan kapal selam Indonesia ini menjelaskan tentang betapa pentingnya peran kapal selam dalam strategi militer. Keberadaannya menjadi game changer untuk mewujudkan kemenangan vis a vis musuh, terutama kapal perang permukaan.
Saking unggulnya, kapal selam juga dianggap sebagai apex predator atau predator puncak ekosistem laut, bahkan disebut mampu melumpuhkan keunggulan kapal induk. Dengan demikian, kapal selam sekaligus menghadirkan deterrence effect bagi armada laut musuh yang akan mengekspansi kedaulatan di wilayah perairan laut.
KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali pada acara sarasehan nasional pembangunan kekuatan kapal selam di Ujung Surabaya (12/6) mengungkapkan bahwa kapal selam adalah alutsista strategis armada angkatan laut suatu negara. Keunggulannya terletak pada aspek kerahasiaan dan daya hancur tinggi. Selain itu, dia menyebut kapal selam sebagai pengganda kekuatan tempur signifikan, sehingga memilikistrategic deterrencesangat tinggi.
Keterbatasan kapal selam yang dimiliki, apalagi kemampuannya masih dipertanyakan, menjadi persoalan besar bagi pertahanan Indonesia. Apalagi wilayah negeri ini 70% di antaranya berupa lautan - di dalamya terdapat terdapat tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), dan berada di persimpangan lalu lintas laut internasional teramai di dunia- tentu membutuhkan alutsista yang mencukupi, baik secara kwantitas maupun kwalitas, termasuk kapal selam.
Belum lagi memanasnya dinamika kawasan Indo-Pasifik yang mendorong konsolidasi kekuatan China versus Amerika Serikat bersama sekutunya- terutama yang tergabung dalam AUKUS. Karena itulah, pembangunan kekuatan kapal selam adalah isu krusial yang harus dicarikan jalan keluar.
baca juga: Kemhan Boyong Kapal Selam Penyelamat dari Inggris
Namun, perlu digarisbawahi pembelian kapal selam harus memerhatikan persaingan di kawasan agar pembelian tidak sia-sia karena tidak mampu mengimbangi kapabilitas kapal selam milik negara tetangga, juga kapal selam negara-negara adidaya yang berlalu-lalang di perairan Indonesia dan kawasan sekitar.
Beberapa kapal selam yang memasuki layanan negara tetangga antara lain Singapura yang memiliki empat kapal selam tipe kelas 218SG buatan tk MS Jerman dan Australia yang berencana mengakuisisi lima kapal selam kelas Virginia dari Amerika Serikat, yang merupakan kapal selam bertenaga nuklir termutakhir setelah bergabung dengan AUKUS.
Belum lagi Indonesia berpotensi berhadapan dengan China seperti disebut Global Fire Power memiliki 74 kapal selam pada 2020 lalu, termasuk di antara kapal selam tipe 094 bertenaga nuklir yang dilengkapi rudal balistik.
Pilihan Optimum
Indonesia memiliki sejumlah pilihan untuk menentukan kapal selam yang bakal diakuisisi. Di antara pabrikan yang mengajukan proposal, galangan kapal Hanwha Ocean terbilang progresif. Perusahaan asal Korea Selatan itu pada status menagih komitmen pembuatan tiga kapal selam batch II Chang Bogo Class kepada Pemerintah Indonesia.
Pabrikan tersebut memang telah memenangkan lelang pengadaan tiga unit kapal selam Chang Bogo Class tahap II sejak 2019. Kendati demikian, perusahaan metamorfosis Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) itu belum menerima pembayaran letter of credit (L/C) sepeserpun. Terlebih, dia terlanjur melakukan pre-order komponen tiga kapal selam.
Tetapi, kerja sama yang terbangun hingga implementasi transfer of technology (ToT) di galangan PT PAL Surabaya sulit dilanjutkan karena sejumlah masalah yang muncul. Beberapa problem yang sempat mendapat perhatian publik adalah baterai kapal Chang Bogo Class pertama yang dianggap tak sesuai spesifikasi.
baca juga: Rusia Pensiunkan Kapal Selam Nuklir Terbesar di Dunia
Selain itu, seperti pernah dibeber anggota Komisi VI DPR RI Nusron Wahidyang mengungkap kekecewaan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tentang kemampuan menyelam kapal tersebut yang hanya 30 hari, jauh dibanding made in Jerman yang bisa mencapai 90 hari.
Karena itulah, Indonesia terpaksa harus mencari kapal selam lain dengan kemampuan bisa diandalkan. Beberapa spesifikasi yang dianggap dibutuhkan kapal selam mutakhir antara lain bertenaga diesel electrik, yang dilengkapi teknologi AIP alias air independent propulsion. Dengan fitur ini, kapal selam menjadi lebih senyap dan menyelam lebih lama. Bahkan kapal selam termodern sudah ada yang menggunakan sistem baterai Lithium-ion.
Kapal selam juga harus memiliki combat management system (CMS) canggih yang mampu mendeteksi lawan secara akurat dan terkoneksi dengan sistem komando. Juga memiliki sistem senjata yang mampu meluncurkan torpedo dan rudal secara vertikal atau vertical multi-purpose airlock–hingga memiliki daya gebuk mematikan.
Kapal selam apakah yang secanggih itu? Bila Indonesia memiliki anggaran tak terbatas untuk pertahanan, tentu akuisisi langsung diarahkan ke beberapa kapal terbaik di dunia seperti Proyek 941 Akula Class (Rusia), Virginia Class (AS), Pelopor Class (Inggris), Triomphant Class (Prancis), dan beberapa jenis lainnya.
Namun, selain variabel anggaran, pembelian kapal selam juga mempertimbangkan geografis lautan Indonesia yang sebagian besar berupa laut dangkal, level hubungan diplomasi atau kemitraan dengan negara produsen, serta UU No 20 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Selain itu, kecanggihan teknologi dan battle proven selalu menjadi pertimbangan mutlak dalam dunia militer. Karena itulah, pembelian kapal selam yang merupakan alutsista strategis tidak mudah.
baca juga: Militer Prancis Kembangkan Kapal Selam Tempur Tidak Berawak
Dengan berbagai realitas keterbatasan, beberapa jenis kapal selam pernah dihubungkan dengan Indonesia, seperti Project 636.3 Improved Kilo Class buatan Rusia, Soryu Class (Jepang), Reis Class (Turki), Riachuelo Class (modifikasi Scorpene Class Prancis), atau Tipe HWD 212 (Jerman). Dari beberapa jenis tersedia, relatif hanya nama Soryu Class tak pernah dibicarakan lagi. Lainnya masih sangat mungkin.
Hanya saja, putaran terakhir kapal selam apa yang bakal diakuisisi Indonesia mengarah kepada Scorpene Class dan Tipe HWD 212. Dengan Scorpene, pabrikan Naval Group sudah berkolaborasi dengan PT PAL untuk mengembangkan kapal selam. Galangan plat merah asal Surabaya itu dijanjikan akan mampu membangun konstruksi kapal selam sendiri dan mendapatkan pengalaman 100 tahun yang dilewati Naval Group hanya dalam tempo 8 tahun.
Kunjungan KSAL ke markas tk MS menyiratkan kapal selam produksi Jerman juga akan menjadi pilihan. Namun, hingga kini belum jelas apakah negeri Panser tersebut bersedia memberikan ToT kepada Indonesia seperti halnya Prancis.
Bila prasyarat konstitusi tersebut dipenuhi, maka bekerja sama dengan Jerman merupakan pilihan strategis, karena negara itu memiliki knowledge terdepan dalam rancang bangun dan teknologi kapal selam. Apalagi Jerman merupakan guru Korea Selatan dan Turki dalam membangun kapal selam. Dengan demikian, opsi pembelian dari Korea Selatan dan Turki patut dipinggirkan.
Dari sisi teknologi, baik Scorpene maupun Tipe HWD 212 kapabilitasnya tidak perlu dipertanyakan. Keduanya bisa disebut sebagai state of the art, karena dilengkapi teknolgi tercanggih dan terkuat dari berbagai prasarat yang dibutuhkan sebuah kapal selam memiliki aspek strategis yang bisa menghadirkan deterrence effect. Karena itu, keduanya merupakan pilihan optimum yang bisa diadakan pemerintah untuk membekali kekuatan TNI AL agar bisa melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan aman.
Melihat proyeksi kekuatan TNI AL pada 2025–2045, yang menempatkan pengadaan kapal selam sebagai prioritas, maka pembelian harus terwujud pada 2024 ini yang merupakan akhir dari Minimum Essential Force (MEF) III. Berapa kapal selam yang bakal dibeli? Menhan Prabowo Subianto beberapa saat setelah musibah KRI Nanggala-402 mengatakan akan menambah 3 kapal selam baru.
Namun sesuai target MEF III, TNI AL harus memiliki total 12 kapal selam. Dengan begitu, perlu ada penambahan 8 kapal selam baru. Bila pemerintah berkomitmen, pembelian ini bisa dibagi 4 untuk dibangun Naval Group dan 4 untuk tk MS, dan keduanya harus merangkul PT PAL. Bagaimana pendanaannya adalah tugas pemerintah untuk berupaya keras agar bisa memenuhi kebutuhan prioritas dan urgen tersebut.(*)
(hdr)