Pemerintah dan Tokoh KAMI Jangan Alergi Kritik

Selasa, 04 Agustus 2020 - 11:27 WIB
loading...
Pemerintah dan Tokoh KAMI Jangan Alergi Kritik
Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo (kiri). Foto/Dok Okezone
A A A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dibentuk mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan sejumlah tokoh-aktivis merupakan bagian dari ekspresi demokrasi.

Karyono berharap KAMI yang diklaim sebagai gerakan moral itu memiliki semangat yang sama, yaitu dilandasi oleh semangat persatuan dan gotong-royong untuk menyelamatkan Indonesia dari pandemi Covid-19 dan pelbagai permasalahan yang tengah dihadapi saat ini.

"Semua tokoh yang tergabung di dalam Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia itu memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, berserikat dan berkumpul sebagaimana telah dijamin oleh konstitusi," tutur Karyono saat dihubungi SINDOnews, Selasa (4/8/2020).

Karyono memandang, jika semangatnya untuk memperkuat fondasi demokrasi, kehadiran KAMI sebagai gerakan oposisi dibutuhkan di tengah lemahnya oposisi di parlemen. Oleh karena itu, pemerintah tidak perlu reaktif dan alergi terhadap pelbagai ragam kritik. Pun sebaliknya, Din Syamsuddin dan sejumlah tokoh yang bergabung atau mendukung gerakan KAMI jangan marah atau alergi jika publik mengkritik langkah mereka. ( ).

Menurutnya, itulah konsekuensi dari negara demokrasi,kita harus saling menerima perbedaan pendapat. Oleh karena itu pula kita bisa sependapat dan sebaliknya bisa berbeda dengan Din Syamsuddin dkk dalam memandang persoalan bangsa saat ini.

"Namun demikian, meskipun ada perbedaan pandangan tetapi saya yakin 100 persen ada kesamaan rasa di antara kita dengan tokoh-tokoh yang tergabung di KAMI yaitu perasaan yang sama dalam mencintai tanah air Indonesia," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, narasi menyelamatkan Indonesia yang menjadi alasan pendirian KAMI, tentu semua orang setuju karena setiap anak bangsa berkewajiban untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari keterpurukan. Mungkin yang membedakan hanya persoalan cara pandang. Din dkk memandang Indonesia dengan pesimistis, sehingga mengibaratkan Indonesia sebuah kapal yang sebentar lagi akan tenggelam. Pernyataan Din beda-beda tipis dengan pernyataan Prabowo Subianto yang menghebohkan negeri bahwa Indonesia akan bubar pada 2030. Sayangnya, pernyataan tersebut tidak disertai indikator yang memadai.

Sementara, pihak lain memandang Indonesia dengan optimistis, meskipun harus diakui akibat tekanan wabah Corona membuat ekonomi Indonesia mengalami kontraksi. Karyono melihat, ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2020 diprediksi mengalami kontraksi di kisaran -3,5 persen hingga -5,1 persen dengan titik tengah di -4,3 persen.

Menurutnya, dampak pandemi Covid-19 telah menggerus APBN kita sehingga berdasarkan catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) posisi utang pemerintah mencapai Rp5.264,07 triliun hingga akhir Juni 2020. Utang ini naik Rp694,07 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 4.570 triliun.

"Dibandingkan bulan sebelumnya utang pemerintah ini naik tipis sebesar Rp5,5 triliun sehingga utang Indonesia tercatat sebesar Rp5.258,57 triliun," beber dia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1327 seconds (0.1#10.140)