Positif Covid-19 Terus Naik, Epidemiolog: Tak Akan Turun Kecuali Ada Vaksin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Data Satgas Penanganan Covid-19 menyebutkan sudah ada 111.455 orang yang positif Covid-19 , ada tambahan 1.519 pada Minggu (2/8/2020). Pakar epidemiologi Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan kemungkinan masih banyak orang positif yang belum terdeteksi.
Menurut dia, rata-rata temuan kasus positif itu sekitar 6-7 persen dari spesimen yang diperiksa, yakni 20.000. Positivity rate nasional sendiri 12,6 persen.
“Kalau positivity rate 7 persen kemudian yang diperiksa 20.000 akan didapatkan 1.400-1.800 (kasus). Kalau yang diperiksa 30.000 didapatkan 2.100. Kalau 50.000 akan didapatkan sekitar 3.500 per hari,” ujarnya kepada SINDOnews, Minggu (2/8/2020).
(Baca: Update Corona: Positif 111.455 Orang, 68.975 Sembuh dan 5.236 Meninggal)
Data Satgas Penanganan Covid-19 pada hari Minggu kemarin, jumlah spesimen yang diperiksa 20.032. Virus Sars Cov-II sudah menyebarkan di 34 provinsi dan 478 kabupaten/kota di Indonesia. Jumlah orang yang sembuh mencapai 1.056 dan meninggal 43 orang.
Tri Yunis mengungkapkan dengan situasi penyebaran virus Sars Cov-II dan jumlah kasus positif yang terus meningkatkan sepertinya sulit untuk menurunkan kurva Covid-19. Di lapangan, masyarakat sudah beraktivitas seperti biasa dan penerapan protokol kesehatan Covid-19 pun tidak ketat.
Dia menerangkan semua pihak harus serius menangani Covid-19, termasuk penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). “Kalau begini terus sampai ada vaksin (baru berhenti). Enggak akan turun kalau PSBB-nya tidak serius,” ucap dosen Universitas Indonesia itu.
(Baca: Epidmiolog: Istilah Zona Hijau dan Kuning Sesat, Indonesia Merah Corona)
Pandemi Covid-19 menimbulkan banyak masalah, antara lain, penanganan orang-orang positif tanpa gejala atau gejala ringan. Mereka biasanya diminta untuk isolasi mandiri di rumah. Bagi rumahnya yang kecil dan fasilitasnya terbatas akan sulit untuk menerapkan protokol kesehatan dan menghindari interaksi dengan keluarganya.
“Kalau kasus itu dirumahkan, maka kasih makan. Harus ada jaminan sosial kepada mereka. Bukan jaminan kepada orang-orang yang enggak jelas,” pungkasnya.
Menurut dia, rata-rata temuan kasus positif itu sekitar 6-7 persen dari spesimen yang diperiksa, yakni 20.000. Positivity rate nasional sendiri 12,6 persen.
“Kalau positivity rate 7 persen kemudian yang diperiksa 20.000 akan didapatkan 1.400-1.800 (kasus). Kalau yang diperiksa 30.000 didapatkan 2.100. Kalau 50.000 akan didapatkan sekitar 3.500 per hari,” ujarnya kepada SINDOnews, Minggu (2/8/2020).
(Baca: Update Corona: Positif 111.455 Orang, 68.975 Sembuh dan 5.236 Meninggal)
Data Satgas Penanganan Covid-19 pada hari Minggu kemarin, jumlah spesimen yang diperiksa 20.032. Virus Sars Cov-II sudah menyebarkan di 34 provinsi dan 478 kabupaten/kota di Indonesia. Jumlah orang yang sembuh mencapai 1.056 dan meninggal 43 orang.
Tri Yunis mengungkapkan dengan situasi penyebaran virus Sars Cov-II dan jumlah kasus positif yang terus meningkatkan sepertinya sulit untuk menurunkan kurva Covid-19. Di lapangan, masyarakat sudah beraktivitas seperti biasa dan penerapan protokol kesehatan Covid-19 pun tidak ketat.
Dia menerangkan semua pihak harus serius menangani Covid-19, termasuk penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). “Kalau begini terus sampai ada vaksin (baru berhenti). Enggak akan turun kalau PSBB-nya tidak serius,” ucap dosen Universitas Indonesia itu.
(Baca: Epidmiolog: Istilah Zona Hijau dan Kuning Sesat, Indonesia Merah Corona)
Pandemi Covid-19 menimbulkan banyak masalah, antara lain, penanganan orang-orang positif tanpa gejala atau gejala ringan. Mereka biasanya diminta untuk isolasi mandiri di rumah. Bagi rumahnya yang kecil dan fasilitasnya terbatas akan sulit untuk menerapkan protokol kesehatan dan menghindari interaksi dengan keluarganya.
“Kalau kasus itu dirumahkan, maka kasih makan. Harus ada jaminan sosial kepada mereka. Bukan jaminan kepada orang-orang yang enggak jelas,” pungkasnya.
(muh)