Bapak Maleo, Gambaran Kecintaan Rakyat Papua untuk Kopassus
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komando Pasukan Khusus atau Kopassus memiliki satu julukan unik, yakni Bapak Maleo. Julukan tersebut diberikan oleh masyarakat Papua untuk Korps Baret Merah itu.
Awal mula pemberian julukan itu ketika pasukan elit milik TNI AD ditugaskan untuk merebut hati warga Papua demi menjaga keutuhan NKRI.
Dilansir dari buku "Kopassus untuk Indonesia" karya Iwan Santosa E.A. Natanegara, julukan Bapak Maleo pada Kopassus diberikan karena saking menyatunya mereka terhadap masyarakat Papua.
Dalam buku tersebut, Letda Gandolphus Borlak menceritakan bagaimana pengalamannya ketika bertugas di daratan Papua dan menjadi sahabat masyarakat di sana.
Kopassus yang dikenal sebagai pasukan elit tangguh harus menjadi sosok yang dicintai rakyat kala itu. Mereka harus berbaur dengan masyarakat demi memperkenalkan NKRI sebelum menanamkan jiwa nasionalisme.
Kala itu Papua masih sangat tertinggal dalam segi pembangunan, sehingga masyarakatnya masih banyak yang hidup tradisional. Bahkan, beberapa di antara mereka yang tinggal di pedalaman tidak mengetahui keberadaan NKRI.
Tugas ini tidak mudah bagi Kopassus mengingat kelompok pedalaman Papua kerap memiliki banyak kelompok separatis yang bisa saja menyerang kapan pun.
Karena itulah, pasukan khusus ini diterjunkan untuk berkomunikasi secara langsung dengan baik sembari menyertakan pandangan mereka.
Letda Gondolpus Borlak adalah salah satu prajurit yang ditugaskan di pos Timika, Papua pada 1996. Dia punya misi untuk meraih simpati rakyat Papua dan membangun jaringan informasi di tiap kecamatan.
Menurut Borlak, masyarakat Papua pedalaman saat itu masih sangat tertinggal. Bahkan mereka tidak mengetahui bagaimana bentuk mobil.
Bersama dengan Kolonel Poniman Basuki, Borlak berusaha keras mengembalikan citra NKRI kepada warga Papua dengan cara baik-baik.
Para petugas Kopassus yang ditugaskan untuk misi ini harus bisa mengikuti adat lokal. Bahkan, Borlak acap kali melakukan kebiasaan yang dilakukan masyarakat pedalaman Papua kala itu supaya mudah diterima.
Namun, berkat latar belakang Borlak yang merupakan guru Agama Kristen membuatnya lebih mudah untuk berbaur dengan masyarakat Papua. Pada saat itu agama di tanah Cenderawasih masih didominasi oleh Kristen.
Meski begitu bukan berarti Prajurit Kopassus yang beragama Islam jadi terkucilkan. Mereka tetap memiliki diterima dan berhasil menjadi sahabat masyarakat kala itu.
Dalam misi ini Kopassus bukanlah menjadi tentara yang harus mengangkat senjata demi menegakkan kesatuan NKRI, namun dengan cara damai pun mereka mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Tak sedikit prajurit Kopassus yang berperan sebagai guru hingga mantri kesehatan demi menjadi pendamping yang dibutuhkan oleh masyarakat Papua. Kinerja anggota Kopassus yang jadi sahabat warga Papua inilah yang membuat mereka dijuluki Bapak Maleo.
Awal mula pemberian julukan itu ketika pasukan elit milik TNI AD ditugaskan untuk merebut hati warga Papua demi menjaga keutuhan NKRI.
Dilansir dari buku "Kopassus untuk Indonesia" karya Iwan Santosa E.A. Natanegara, julukan Bapak Maleo pada Kopassus diberikan karena saking menyatunya mereka terhadap masyarakat Papua.
Sejarah Pemberian Julukan Bapak Maleo untuk Kopassus
Dalam buku tersebut, Letda Gandolphus Borlak menceritakan bagaimana pengalamannya ketika bertugas di daratan Papua dan menjadi sahabat masyarakat di sana.
Kopassus yang dikenal sebagai pasukan elit tangguh harus menjadi sosok yang dicintai rakyat kala itu. Mereka harus berbaur dengan masyarakat demi memperkenalkan NKRI sebelum menanamkan jiwa nasionalisme.
Kala itu Papua masih sangat tertinggal dalam segi pembangunan, sehingga masyarakatnya masih banyak yang hidup tradisional. Bahkan, beberapa di antara mereka yang tinggal di pedalaman tidak mengetahui keberadaan NKRI.
Tugas ini tidak mudah bagi Kopassus mengingat kelompok pedalaman Papua kerap memiliki banyak kelompok separatis yang bisa saja menyerang kapan pun.
Karena itulah, pasukan khusus ini diterjunkan untuk berkomunikasi secara langsung dengan baik sembari menyertakan pandangan mereka.
Letda Gondolpus Borlak adalah salah satu prajurit yang ditugaskan di pos Timika, Papua pada 1996. Dia punya misi untuk meraih simpati rakyat Papua dan membangun jaringan informasi di tiap kecamatan.
Menurut Borlak, masyarakat Papua pedalaman saat itu masih sangat tertinggal. Bahkan mereka tidak mengetahui bagaimana bentuk mobil.
Bersama dengan Kolonel Poniman Basuki, Borlak berusaha keras mengembalikan citra NKRI kepada warga Papua dengan cara baik-baik.
Para petugas Kopassus yang ditugaskan untuk misi ini harus bisa mengikuti adat lokal. Bahkan, Borlak acap kali melakukan kebiasaan yang dilakukan masyarakat pedalaman Papua kala itu supaya mudah diterima.
Namun, berkat latar belakang Borlak yang merupakan guru Agama Kristen membuatnya lebih mudah untuk berbaur dengan masyarakat Papua. Pada saat itu agama di tanah Cenderawasih masih didominasi oleh Kristen.
Meski begitu bukan berarti Prajurit Kopassus yang beragama Islam jadi terkucilkan. Mereka tetap memiliki diterima dan berhasil menjadi sahabat masyarakat kala itu.
Dalam misi ini Kopassus bukanlah menjadi tentara yang harus mengangkat senjata demi menegakkan kesatuan NKRI, namun dengan cara damai pun mereka mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Tak sedikit prajurit Kopassus yang berperan sebagai guru hingga mantri kesehatan demi menjadi pendamping yang dibutuhkan oleh masyarakat Papua. Kinerja anggota Kopassus yang jadi sahabat warga Papua inilah yang membuat mereka dijuluki Bapak Maleo.
(okt)