DKM Diminta Sebarkan Pemahaman Islam Rahmatan Lil Alamin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Paham radikal dan terorisme sebagai ancaman nasional dinilai telah melakukan infiltrasi ke berbagai sektor kehidupan masyarakat. Kelompok ini masuk menjadi bagian dari masyarakat dengan menyalahgunakan berbagai sumber seperti tempat ibadah, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, lembaga sosial kemasyarakatan hingga ruang-ruang digital.
Atas dasar itu, Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (Ketum PBMA) KH Embay Mulya Syarief mengingatkan tentang pentingnya memberikan pemahaman kepada para pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk menjaga netralitas masjid . Masjid sebagai tempat ibadah tidak boleh dijadikan panggung politik tertentu apa pun.
"Jadi berbicara bagaimana kita merangkul semua, kalau di masjid itu nggak boleh bicara apalagi kalau menjelekkan pemerintah, menjelekkan seseorang itu enggak boleh. Jadi perlu juga semacam ada penyuluhan kepada pengurus-pengurus DKM. Apalagi kalau DKM itu ada di wilayah misalnya BUMN atau instansi pemerintah lainnya, kan itu sangat ironis," kata Kiai Embay Mulya Syarief dalam keterangan tertulis, Senin (18/9/2023).
Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten ini mendorong pengurus masjid agar dapat memberikan pemahaman bahwa Islam yang benar. Islam adalah agama yang Rahmat untuk sementara alam, bukan rahmatan untuk Muslimin.
"Bahkan Islam juga melarang kita untuk melakukan kekerasan. Bahasa pun kita harus Wakulu linnasi husna, 'katakan kepada manusia perkataan terbaik'. Baru setelah itu ada perintah Wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta, dirikan salat dan tunaikan zakat. Tapi di awalnya itu tadi Wakulu linnasi husna. Jadi ini yang kurang dipahami," kata mantan Ketua bidang Ekonomi PB Mathla'ul Anwar itu.
Kiai Embay melihat saat ini cukup sulit membendung berita-berita dan juga konten-konten yang berasal dari media sosial (medsos). Sebab, para kreator konten berusaha untuk viral dan mendapatkan uang. "Pemerintah harus berani memblokir konten-konten (ideologi ekstrem) seperti itu," katanya.
Menurut ulama kelahiran Pandeglang, Banten, 4 Maret 1952 itu, anak muda sekarang sangat mudah mendapat informasi-informasi yang disalahgunakan untuk mempengaruhi ideologi ekstrem.
"Kan Islam sendiri juga punya sejarah begini, bagaimana terjadi ketika pembunuhan kepada Amirul Mukminin Utsman bin Affan. Kan itu anak-anak muda yang diberikan pemahaman yang salah tentang Islam. Mereka akhirnya memberontak dan kemudian terjadilah pembunuhan kepada kepala negara. Itu anak-anak muda itu," kata Kiai Embay.
Karena itu, anak-anak muda sekarang harus dipagari dimulai dari keluarga di rumah, masyarakat, dan juga pemerintah. "Islam mengajarkan dari awal pada keluarga dulu, ku anfusakum wa ahlikum, jaga dirimu dan keluargamu. Itu adalah ajaran Islam di mana yang jadi masalah saat ini menurutnya, masih banyak keluarga yang belum memahami itu.
Kiai Embay melihat saat ini masih banyak keluarga kurang menganggap pendidikan agama itu penting. Kemudian muncul berita seperti anak bunuh orang tua, orang tua bunuh anak, suami bunuh istri atau istri bunuh suami. Menurut Kiai Embay, hal itu karena mereka semua tidak paham agama.
"Karena ada survei, bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini, 65% itu buta huruf Al-Qur'an. Artinya tidak paham sama sekali. Padahal Al-Qur'an itu isinya apa sih? kan isinya tentang akhlak, isinya tentang perilaku. 85% kandungan isi Al-Qur'an itu isinya adalah tentang akhlak," katanya.
Atas dasar itu, Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (Ketum PBMA) KH Embay Mulya Syarief mengingatkan tentang pentingnya memberikan pemahaman kepada para pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk menjaga netralitas masjid . Masjid sebagai tempat ibadah tidak boleh dijadikan panggung politik tertentu apa pun.
"Jadi berbicara bagaimana kita merangkul semua, kalau di masjid itu nggak boleh bicara apalagi kalau menjelekkan pemerintah, menjelekkan seseorang itu enggak boleh. Jadi perlu juga semacam ada penyuluhan kepada pengurus-pengurus DKM. Apalagi kalau DKM itu ada di wilayah misalnya BUMN atau instansi pemerintah lainnya, kan itu sangat ironis," kata Kiai Embay Mulya Syarief dalam keterangan tertulis, Senin (18/9/2023).
Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten ini mendorong pengurus masjid agar dapat memberikan pemahaman bahwa Islam yang benar. Islam adalah agama yang Rahmat untuk sementara alam, bukan rahmatan untuk Muslimin.
"Bahkan Islam juga melarang kita untuk melakukan kekerasan. Bahasa pun kita harus Wakulu linnasi husna, 'katakan kepada manusia perkataan terbaik'. Baru setelah itu ada perintah Wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta, dirikan salat dan tunaikan zakat. Tapi di awalnya itu tadi Wakulu linnasi husna. Jadi ini yang kurang dipahami," kata mantan Ketua bidang Ekonomi PB Mathla'ul Anwar itu.
Kiai Embay melihat saat ini cukup sulit membendung berita-berita dan juga konten-konten yang berasal dari media sosial (medsos). Sebab, para kreator konten berusaha untuk viral dan mendapatkan uang. "Pemerintah harus berani memblokir konten-konten (ideologi ekstrem) seperti itu," katanya.
Menurut ulama kelahiran Pandeglang, Banten, 4 Maret 1952 itu, anak muda sekarang sangat mudah mendapat informasi-informasi yang disalahgunakan untuk mempengaruhi ideologi ekstrem.
"Kan Islam sendiri juga punya sejarah begini, bagaimana terjadi ketika pembunuhan kepada Amirul Mukminin Utsman bin Affan. Kan itu anak-anak muda yang diberikan pemahaman yang salah tentang Islam. Mereka akhirnya memberontak dan kemudian terjadilah pembunuhan kepada kepala negara. Itu anak-anak muda itu," kata Kiai Embay.
Karena itu, anak-anak muda sekarang harus dipagari dimulai dari keluarga di rumah, masyarakat, dan juga pemerintah. "Islam mengajarkan dari awal pada keluarga dulu, ku anfusakum wa ahlikum, jaga dirimu dan keluargamu. Itu adalah ajaran Islam di mana yang jadi masalah saat ini menurutnya, masih banyak keluarga yang belum memahami itu.
Kiai Embay melihat saat ini masih banyak keluarga kurang menganggap pendidikan agama itu penting. Kemudian muncul berita seperti anak bunuh orang tua, orang tua bunuh anak, suami bunuh istri atau istri bunuh suami. Menurut Kiai Embay, hal itu karena mereka semua tidak paham agama.
"Karena ada survei, bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini, 65% itu buta huruf Al-Qur'an. Artinya tidak paham sama sekali. Padahal Al-Qur'an itu isinya apa sih? kan isinya tentang akhlak, isinya tentang perilaku. 85% kandungan isi Al-Qur'an itu isinya adalah tentang akhlak," katanya.
(abd)