Karangan Bunga Dinilai Tandingan Demo Bela Islam

Kamis, 04 Mei 2017 - 09:33 WIB
Karangan Bunga Dinilai Tandingan Demo Bela Islam
Karangan Bunga Dinilai Tandingan Demo Bela Islam
A A A
JAKARTA - Hubungan Polri dengan Umat Islam dinilai kurang mesra semenjak terjadinya gelombang aksi unjuk rasa besar-besaran. Mulai dari Aksi Bela Islam 4 November 2016 (411) dan 2 Desember 2016 (212).

Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Adi Prayitno menduga munculnya karangan bunga untuk Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dan
jajarannya masih terkait aksi protes kalangan umat Islam. Protes tersebut kata dia meminta terdakwa penista agama, Basuki Tjahaja Purnama atau dikenal Ahok dihukum maksimal.

"Apalagi akan ada demo lanjutan soal Bela Islam yang akan digelar 5 Mei lusa," ujar Adi Kepada SINDOnews melalui telepon, Kamis (4/5/2017).

Menurutnya, hubungan tidak mesra antara Polri dan umat Islam juga dilatarbelakangi dugaan keberpihakan Polri terhadap pendukung masing-masing calon pasangan dalam Pilgub DKI Jakarta. Dia menilai Polri terkesan tegas ketika menghadapi tingkah laku pendukung Agus-Sylvi dan Anies-Sandi, sementara terkesan lunak ketika menghadapi pendukung Ahok-Djarot.

"Bahkan tak jarang banyak tokoh yang terlibat demo Bela Islam yang menuntut Ahok dipenjara dijadikan tersangka," ucapnya. (Baca: Stop Politisasi Radikalisme dan Toleransi via Karangan Bunga)

Maka itu, dia menilai karangan bunga yang diterima jajaran Polri dengan dalih mendukung pemberantasan radikalisme dan terorisme harus dibaca dalam konteks munculnya demo Bela Islam lanjutan yang menuntut independensi peradilan.

"Seakan yang demo Bela Islam itu adalah kelompok yang harus dicurigai, berpotensi makar, dan ditunggangi kepentingan politik tertentu," katanya.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4988 seconds (0.1#10.140)