Kisah Heroik Luhut Pandjaitan dan Pasukannya saat Dihujani Peluru Pasukan Tropas di Timor Timur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sosok Jenderal TNI (HOR) (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan tentu sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat Tanah Air. Dalam riwayat hidupnya, LBP memiliki banyak kisah menarik yang seakan tidak pernah habis.
Luhut Pandjaitan merupakan salah seorang purnawirawan perwira tinggi (pati) TNI Angkatan Darat . Melihat ke belakang, dia dulunya tercatat sebagai lulusan terbaik Akmil 1970 dan berhak atas penghargaan Adhi Makayasa.
Pada perjalanan karier militernya, Luhut memiliki banyak pengalaman operasi. Salah satunya adalah ketika mendapat penugasan misi di Timor Timur.
Mengutip buku “Kopassus untuk Indonesia”, diceritakan kala itu Luhut masih berpangkat Letnan Satu (Lettu) dan menjabat Komandan Kompi A. Pada misinya, pasukannya sempat ditugaskan untuk merebut Aileu sekaligus membantu Batalyon 406 yang dikepung musuh.
Selama berada di medan tempur, Luhut dan timnya harus berhadapan dengan pasukan yang cukup kuat. Mereka adalah Portuguese Paratroopers atau biasa dikenal Tropas.
Keadaan makin runyam ketika data intelijen yang diperoleh ternyata tidak akurat. Terlebih perihal kemampuan tempur dan motivasi tentara Tropas.
Ada sebagian perwira yang mengira pasukan Tropas tidak cukup kuat. Padahal, mereka adalah pasukan elit yang disebut telah dilatih sesuai standar NATO.
Tak hanya itu, sejumlah tentara Tropas juga memiliki pengalaman perang di Mozambik dan Angola. Singkatnya, mereka mempunyai kemampuan tempur yang tidak bisa diremehkan.
Pasukan dari Dili untuk menguasai Aileu tersusun dari beberapa kesatuan dalam satgas. Tahap pertama gerakan satgas adalah induk pasukan Brigif 4 dan kelompok komando satgas menggunakan rute Dili-Aileu sebagai poros utama. Sementara grup Parako dibagi dua, satu detasemen mengambil kiri jalan, satu lagi bersama kelompok komando grup mengambil sisi kanan jalan.
Setelah mendekat Aileu, Kompi A melakukan gerakan di malam hari, karena ketika siang sampai sore hari tembakan musuh cukup gencar. Waktu itu, Lettu Inf Luhut belum mengetahui situasi medan kala menggantikan Kompi B yang sebelumnya terkepung selama tiga hari di tempat yang sama.
Pada saat memberikan perintah dalam gelap, posisi Koptu Hermintoyo ada di bawahnya. Ketika tembakan lawan semakin gencar, Luhut mencoba tiarap. Namun, secara tidak sadar dia mendorong radio PRC dan Koptu Hermintoyo hingga terjatuh ke jurang yang cukup dalam.
Selama setengah hari, Koptu Hermintoyo belum berani naik ke atas karena tembakan masih terus terdengar. Di dalam jurang, ternyata ia bertemu dua rekannya yang juga jatuh ke jurang karena menghindar dari tembakan lawan.
Luhut pada akhirnya memerintahkannya untuk tetap berada di jurang sampai matahari terbenam. Setelahnya, pasukan Kompi A terus melakukan pergerakan di malam hari sampai akhirnya menemukan musuh di jarak dekat.
Menjelang pagi hari, serangan mulai dilakukan. Bersama tembakan roket dan diikuti rentetan senjata lain, kedudukan musuh berantakan. Pada 27 Desember, grup Parako mencapai Besilau dan diperintahkan menuju Aileu melalui jalur sebelah timur dari poros utama. Dua hari berselang atau 29 Desember, Aileu akhirnya berhasil diduduki.
Luhut Pandjaitan merupakan salah seorang purnawirawan perwira tinggi (pati) TNI Angkatan Darat . Melihat ke belakang, dia dulunya tercatat sebagai lulusan terbaik Akmil 1970 dan berhak atas penghargaan Adhi Makayasa.
Pada perjalanan karier militernya, Luhut memiliki banyak pengalaman operasi. Salah satunya adalah ketika mendapat penugasan misi di Timor Timur.
Kisah Heroik Luhut Pandjaitan dan Pasukannya Melawan Pasukan Tropas
Mengutip buku “Kopassus untuk Indonesia”, diceritakan kala itu Luhut masih berpangkat Letnan Satu (Lettu) dan menjabat Komandan Kompi A. Pada misinya, pasukannya sempat ditugaskan untuk merebut Aileu sekaligus membantu Batalyon 406 yang dikepung musuh.
Selama berada di medan tempur, Luhut dan timnya harus berhadapan dengan pasukan yang cukup kuat. Mereka adalah Portuguese Paratroopers atau biasa dikenal Tropas.
Keadaan makin runyam ketika data intelijen yang diperoleh ternyata tidak akurat. Terlebih perihal kemampuan tempur dan motivasi tentara Tropas.
Ada sebagian perwira yang mengira pasukan Tropas tidak cukup kuat. Padahal, mereka adalah pasukan elit yang disebut telah dilatih sesuai standar NATO.
Tak hanya itu, sejumlah tentara Tropas juga memiliki pengalaman perang di Mozambik dan Angola. Singkatnya, mereka mempunyai kemampuan tempur yang tidak bisa diremehkan.
Pasukan dari Dili untuk menguasai Aileu tersusun dari beberapa kesatuan dalam satgas. Tahap pertama gerakan satgas adalah induk pasukan Brigif 4 dan kelompok komando satgas menggunakan rute Dili-Aileu sebagai poros utama. Sementara grup Parako dibagi dua, satu detasemen mengambil kiri jalan, satu lagi bersama kelompok komando grup mengambil sisi kanan jalan.
Setelah mendekat Aileu, Kompi A melakukan gerakan di malam hari, karena ketika siang sampai sore hari tembakan musuh cukup gencar. Waktu itu, Lettu Inf Luhut belum mengetahui situasi medan kala menggantikan Kompi B yang sebelumnya terkepung selama tiga hari di tempat yang sama.
Pada saat memberikan perintah dalam gelap, posisi Koptu Hermintoyo ada di bawahnya. Ketika tembakan lawan semakin gencar, Luhut mencoba tiarap. Namun, secara tidak sadar dia mendorong radio PRC dan Koptu Hermintoyo hingga terjatuh ke jurang yang cukup dalam.
Selama setengah hari, Koptu Hermintoyo belum berani naik ke atas karena tembakan masih terus terdengar. Di dalam jurang, ternyata ia bertemu dua rekannya yang juga jatuh ke jurang karena menghindar dari tembakan lawan.
Luhut pada akhirnya memerintahkannya untuk tetap berada di jurang sampai matahari terbenam. Setelahnya, pasukan Kompi A terus melakukan pergerakan di malam hari sampai akhirnya menemukan musuh di jarak dekat.
Menjelang pagi hari, serangan mulai dilakukan. Bersama tembakan roket dan diikuti rentetan senjata lain, kedudukan musuh berantakan. Pada 27 Desember, grup Parako mencapai Besilau dan diperintahkan menuju Aileu melalui jalur sebelah timur dari poros utama. Dua hari berselang atau 29 Desember, Aileu akhirnya berhasil diduduki.
(okt)