Ganjar Bicara Peran Politik Perempuan pada Kongres Perempuan Nasional
loading...
A
A
A
SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo hadir dalam Kongres Perempuan Nasional yang digelar di Gedung Prof Sudharto, Universitas Diponegoro (Undip), Semarang pada Kamis (24/8/2023). Ganjar mengatakan bahwa perempuan harus terlibat dalam setiap pengambilan keputusan penting, termasuk keterwakilan mereka dalam peran politik dan jabatan publik.
"Ada banyak hal dalam konteks demokrasi tentu peran politik perempuan. Apakah ia dalam jabatan publik eksekutif maupun legislatif. Saya kira itu yang paling penting," ucap Ganjar usai menyampaikan sambutan.
Menurutnya, suara perempuan juga perlu diperhitungkan dan menjadi representasi penggunaan hak suara saat mereka berada di masyarakat. Perempuan harus menjadi pejuang yang memperjuangkan haknya dalam setiap kebijakan.
"Agar kemudian dalam teori representasi pengambilan keputusan selalu ada wakilnya sehingga nanti akan ada pejuang yang didukung, ditaruh, diletakkan di dalam jabatan-jabatan publik sehingga seluruh keputusan publik itu betul-betul akan berpihak kepada mereka," jelasnya seraya mencontohkan beberapa kebijakan publik yang sangat dekat dengan perempuan.
Di antaranya masalah AKI-AKB, KDRT, stunting, dan juga kepedulian perempuan terhadap isu lingkungan. "Banyak perempuan yang peduli sekali dengan isu lingkungan, termasuk stunting. Hak-hak mereproduksi dan sebagainya. Saya kira, hari ini perlu rekomendasi-rekomendasi itu," ucapnya.
Ganjar juga mengutip bagaimana perjuangan seorang perempuan tempo dulu, yakni sebuah ceritaPotjut Meurah Intan seorang pejuang tangguh asal Aceh yang makamnya berada di Blora, Jawa Tengah. Ia merupakan pejuang yang gigih melawan Belanda pada akhir abad 19 hingga awal abad 20. Ganjar menuturkan kisah Potjut Meurah Intan sampai akhirnya tertangkap pada November 1902.
Saat ditangkap, Potjut Meurah Intan mengalami dua luka di kepala, dua luka di bahu, sementara satu urat kening dan otot tumitnya putus. Potjut ditemukan terbaring di tanah penuh dengan darah dan lumpur.
"Namun beliau tetap tidak menyerah dan terus melawan. Beliau kemudian diasingkan ke Blora dan meninggal di sana. Makamnya ada di Blora dan sekarang kami yang rawat," ujarnya.
"Ada banyak hal dalam konteks demokrasi tentu peran politik perempuan. Apakah ia dalam jabatan publik eksekutif maupun legislatif. Saya kira itu yang paling penting," ucap Ganjar usai menyampaikan sambutan.
Menurutnya, suara perempuan juga perlu diperhitungkan dan menjadi representasi penggunaan hak suara saat mereka berada di masyarakat. Perempuan harus menjadi pejuang yang memperjuangkan haknya dalam setiap kebijakan.
"Agar kemudian dalam teori representasi pengambilan keputusan selalu ada wakilnya sehingga nanti akan ada pejuang yang didukung, ditaruh, diletakkan di dalam jabatan-jabatan publik sehingga seluruh keputusan publik itu betul-betul akan berpihak kepada mereka," jelasnya seraya mencontohkan beberapa kebijakan publik yang sangat dekat dengan perempuan.
Di antaranya masalah AKI-AKB, KDRT, stunting, dan juga kepedulian perempuan terhadap isu lingkungan. "Banyak perempuan yang peduli sekali dengan isu lingkungan, termasuk stunting. Hak-hak mereproduksi dan sebagainya. Saya kira, hari ini perlu rekomendasi-rekomendasi itu," ucapnya.
Ganjar juga mengutip bagaimana perjuangan seorang perempuan tempo dulu, yakni sebuah ceritaPotjut Meurah Intan seorang pejuang tangguh asal Aceh yang makamnya berada di Blora, Jawa Tengah. Ia merupakan pejuang yang gigih melawan Belanda pada akhir abad 19 hingga awal abad 20. Ganjar menuturkan kisah Potjut Meurah Intan sampai akhirnya tertangkap pada November 1902.
Saat ditangkap, Potjut Meurah Intan mengalami dua luka di kepala, dua luka di bahu, sementara satu urat kening dan otot tumitnya putus. Potjut ditemukan terbaring di tanah penuh dengan darah dan lumpur.
"Namun beliau tetap tidak menyerah dan terus melawan. Beliau kemudian diasingkan ke Blora dan meninggal di sana. Makamnya ada di Blora dan sekarang kami yang rawat," ujarnya.
(dsa)