Kiai Said Aqil Siroj: Waspadai Krisis Komitmen Kebangsaan dan Merebaknya Virus Budaya

Sabtu, 12 Agustus 2023 - 00:25 WIB
loading...
A A A
"Indonesia wajib menjadi global player dan menjadi titik keseimbangan dunia,” ucapnya.

Kiai Said melanjutkan lebih luas memotret konstelasi global bahwa resesi global, krisis pangan, dan krisis energi dunia telah nyata dan di depan mata, ancaman perang asimetris (Asymmetric War) dan perang siber (Cyber War) semakin tak terhindarkan, di tengah kompetisi global antar blok-blok ideologi, dalam merebut hegemoni politik, ekonomi, budaya, teknologi dan menguasai pasar global.

"Perdamaian menjadi barang yang sangat mahal untuk diperjuangkan. Oleh karenanya, Indonesia harus mampu memenangkan perang kebudayaan pop (Pop Culture War), perang mata uang (Digital Currency), perang biologi (Biological War), perang makanan, air, dan energi (Food, Water, and Energi War), dan perang iklim dan bencana (Climate and Disaster War) yang tengah dan sedang terjadi,” tutur lulusan Universitas Ummul Quro Makkah Al Mukaromah ini.

Menyoal kondisi kekinian dan fenomena politik nasional, mantan Ketua Umum PBNU mengingatkan momentum politik di depan mata. Pemerintah dan seluruh stakeholders bangsa harus siap melakukan mitigasi sosial menghadapi kemungkinan terjadinya turbulensi politik.

"Kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini menghadapi kemungkinan rekayasa dan skenario global, berkembangnya radikalisme dan intoleransi, serta berbagai penyesatan informasi dan adu domba antar pihak, harus dilakukan, agar Indonesia tetap bersatu, berdaulat, dan utuh selamanya. Penyelenggaraan pemilu harus dikawal secara damai, demokratis, transparan, jujur, adil, dan tanpa kekerasan,” paparnya.

Terkait kualifikasi kepemimpinan dan calon pemimpin nasional, Kiai Said juga mengingatkan kita harus cerdas agar mampu melahirkan pemimpin bangsa yang memiliki kualifikasi unggul sesuai dengan Syuruthul Imam (syarat-syarat pemimpin) menurut fiqih: yakni harus Aliman (berilmu dan berpengetahuan luas serta mendalam), Adilan (bersikap adil), Zahidan (sederhana tidak rakus serta memihak kepentingan masyarakat luas), Sujaan (pemberani menghadapi risiko dan berstrategi dalam berdiplomasi), dan Salima Jism (sehat lahir batin), serta memiliki sifat Roufur Rohim (peduli dan belas kasih pada masyarakat).

“Waspadai krisis komitmen kebangsaan dan virus budaya yang berpotensi menghancurkan kedaulatan dan masa depan bangsa. Kini saatnya warga bangsa segera melakukan konsolidasi nasional dan membangun kembali konsensus bersama untuk merajut kesatuan dan persatuan bangsa, mengkonstruksi strategi kebudayaan secara komprehenshif."

"Sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan nilai dan jati dirinya. Identitas nasional harus diperkuat sembari terus mengembangkan kearifan lokal, yang mampu menopang keragaman. Virus-virus budaya dan dekadensi moral harus segera diberantas," sambungnya.

Dalam keterangan terpisah, Ketua Panitia yang sekaligus Ketua Islam Nusantara Foundation Helmy Faisal Zaini menyampaikan bahwa pidato kebudayaan ini penting diselenggarakan dan setiap tahun akan digelar. Hal ini didedikasikan sebagai bagian dari upaya untuk mencintai Indonesia dengan cara membentangkan fakta sejarah, realitas kekinian, dan membangun visi masa depan Indonesia.

"Agar seluruh stakholders bangsa bangun, bergerak, dan merasa memiliki Indonesia serta mampu menjadi warga bangsa Indonesia, yang terlibat aktif dalam mencerdaskan bangsa, mengentaskan kemiskinanan, membangun kemakmuran dan kemandirian, menegakkan keadilan, menjunjung tinggi peradaban yang luhur, serta mewujudkan peradaban yang gemilang," paparnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2525 seconds (0.1#10.140)