Tips dari DJKI untuk Membuat Draft Permohonan Pelindungan Paten

Rabu, 02 Agustus 2023 - 17:30 WIB
loading...
Tips dari DJKI untuk...
Pemeriksa Paten Utama DJKI Kemenkumham, Farida menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pemohon dalam mengajukan pelindungan paten. (Foto: dok Ditjen KI)
A A A
JAKARTA - Pemeriksa Paten Utama Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Farida mengungkapkan bahwa kegagalan paling sering yang terjadi dalam proses permohonan pelindungan paten adalah pada pemeriksaan substantif. Apa saja yang harus diperhatikan agar dapat lolos pemeriksaan substantif paten?

Farida menyampaikan bahwa hal pertama yang harus diperhatikan oleh para pemohon yakni perlu memahami alur proses permohonan paten terlebih dulu. Permohonan diawali dengan pengajuan resmi ke DJKI melalui web paten.dgip.go.id, kemudian dokumen permohonan akan diperiksa formalitas serta kelengkapannya.

Selanjutnya, dokumen yang sudah lengkap formalitasnya akan dipublikasikan sebagai Publikasi A. Kemudian, alur selanjutnya yakni pemeriksaan substantif yang akan dilakukan oleh pemeriksa paten.

“Pada tahap inilah penulisan spesifikasi paten menjadi sangat penting. Permohonan disampaikan secara tertulis sehingga spesifikasi permohonan paten harus dapat menggambarkan secara konkrit invensi yang ingin dilindungi. Ada template yang bisa diikuti mulai dari marjin hingga ukuran kertas,” ujar Farida dalam acara Patent Examiners Go To Campus di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat pada Selasa (01/08).

Kemudian untuk menuliskan spesifikasi, pemohon harus mengetahui klaim penemuan sebelumnya yang telah dipatenkan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan nilai kebaruan yang wajib ada pada setiap paten yang ingin dilindungi.

“Pemohon bisa mengecek di situs www.irossco.com untuk mencari paten terdahulu baik dari Amerika, Eropa, Jepang dan lain sebagainya. Jika ingin melihat database DJKI juga bisa melihat di pdki-indonesia.dgip.go.id,” ucapnya.

Selanjutnya, pemohon bisa membuat gambar apabila dirasa gambar tersebut dapat membantu mendeskripsikan invensi. Farida mengatakan bentuk gambar hanya perlu mencantumkan huruf atau angka tanpa skala.

Kemudian hal yang paling penting dalam dokumen paten adalah klaim. Klaim disampaikan berdasarkan format preambule (pembuka), frasa penghubung, dan bodi (berisi penjelasan fitur-fitur esensial yang harus ada di produk/prosedur).

Farida menjelaskan bahwa klaim ada dua jenis yaitu klaim mandiri dan klaim turunan. Klaim mandiri mengungkap fitur teknis yang esensial untuk mencapai pemecahan masalah sedangkan yang turunan merujuk pada klaim pengembangan atau lebih spesifik.

“Biasanya banyak pemohon yang salah menuliskan klaim dan mengkategorikannya. Padahal sebenarnya, klaim ini ibarat pagar pelindung. Pemohon dapat membuatnya sempit atau lebar, tentunya harus didukung dengan deskripsi yang lengkap,” ucapnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2008 seconds (0.1#10.140)