Dipimpin Ganjar, Kesetaraan Gender di Jateng Semakin Meningkat
loading...
A
A
A
SEMARANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah (Jateng) mencatat Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo semakin mengecil. Ini mengindikasikan, kesetaraan peran laki-laki dan perempuan semakin berimbang bahkan, lebih baik dibanding Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten.
Hal ini diungkapkan Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan, saat pers rilis daring, Selasa (1/8/2023). Menurutnya, sejak 2018, IKG di Jateng konsisten turun. Ini mengindikasikan, ketimpangan peran laki-laki dan perempuan semakin mengecil serta kesetaraan yang semakin berimbang.
Menurut data BPS Jateng, IKG Jawa Tengah tahun 2022 tercatat 0,371 turun 0,006 poin dibandingkan 2021 yang mencapai 0,377. Hal ini disebabkan karena perbaikan dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pasar tenaga kerja.
"Ini mengindikasikan bahwa ketimpangan gender yang semakin mengecil atau kesetaraan yang semakin baik. Menurunnya IKG Jateng ini dipengaruhi dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pasar tenaga kerja," ujarnya.
Menurut Dadang, perbaikan dimensi kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh perbaikan indikator perempuan pernah kawin 15-49 tahun yang saat kelahiran hidup pertama berumur kurang dari 20 tahun (MHPK20). Indikator tersebut turun dari 26,7 persen pada 2021 menjadi 26,4 persen pada 2022.
Sementara, perbaikan dimensi pemberdayaan dipengaruhi oleh perbaikan dua indikator, yaitu persentase perempuan 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas, yang meningkat lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Tercatat, persentase perempuan meningkat dari 26,82 persen pada 2021 menjadi 28,79 persen pada 2022. Sedangkan persentase laki-laki meningkat dari 32,26 persen menjadi 34,14 persen pada 2022.
Selain itu, proporsi keterwakilan perempuan di parlemen yang meningkat pada 2022 menjadi sebesar 20 persen dibandingkan pada 2021 yang sebesar 18,33 persen.
"IKG Jateng selama lima tahun terkhir sejak 2018-2020 secara konsisten menurun. Sempat naik pada 2021 dan kembali turun 2022. Sejak tahun 2018 berkurang 0,019 poin rerata turun 0,005 poin per tahun. Hal ini mengindikasikan ketimpangan gender yang semakin mengecil atau kesetaraan yang semakin membaik," tutur Dadang.
Pada dimensi pasar tenaga kerja, direpresentasikan dengan indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tercatat, selama 2018-2022 TPAK laki-laki dan perempuan semakin meningkat. TPAK laki-laki pada 2018 sebesar 81,59 persen menjadi 83,74 persen pada 2022, atau meningkat 2,18 persen poin. Sementara itu, TPAK perempuan pada 2018 sebesar 56,43 persen menjadi 58,31 persen pada 2022, meningkat 1,88 poin.
Bila dibanding provinsi lain di Pulau Jawa, Jateng menempati posisi tiga dalam Indeks Ketimpangan Gender. Tercatat, IKG di DI Yogyakarta sebesar 0,240, sementara di DKI Jakarta sebesar 0,320. Adapun di Jatim IKG tercatat sebesar 0,440, di sebesar Banten 0,478 dan Jabar sebesar 0,490.
Dari 35 kabupaten/kota, Kota Salatiga memiliki IKG terendah, dengan 0,133 poin, dan IKG tertinggi adalah Kabupaten Wonosobo sebesar 0,503 poin.
"Posisi IKG Jawa Tengah di Pulau Jawa menempati posisi ketiga setelah DIY dan DKI Jakarta. Namun bila dibandingkan provinsi lain, kesetaraan gender di Jawa Tengah lebih baik dibandingkan Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten," kata Dadang.
Hal ini diungkapkan Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan, saat pers rilis daring, Selasa (1/8/2023). Menurutnya, sejak 2018, IKG di Jateng konsisten turun. Ini mengindikasikan, ketimpangan peran laki-laki dan perempuan semakin mengecil serta kesetaraan yang semakin berimbang.
Menurut data BPS Jateng, IKG Jawa Tengah tahun 2022 tercatat 0,371 turun 0,006 poin dibandingkan 2021 yang mencapai 0,377. Hal ini disebabkan karena perbaikan dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pasar tenaga kerja.
"Ini mengindikasikan bahwa ketimpangan gender yang semakin mengecil atau kesetaraan yang semakin baik. Menurunnya IKG Jateng ini dipengaruhi dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pasar tenaga kerja," ujarnya.
Menurut Dadang, perbaikan dimensi kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh perbaikan indikator perempuan pernah kawin 15-49 tahun yang saat kelahiran hidup pertama berumur kurang dari 20 tahun (MHPK20). Indikator tersebut turun dari 26,7 persen pada 2021 menjadi 26,4 persen pada 2022.
Sementara, perbaikan dimensi pemberdayaan dipengaruhi oleh perbaikan dua indikator, yaitu persentase perempuan 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas, yang meningkat lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Tercatat, persentase perempuan meningkat dari 26,82 persen pada 2021 menjadi 28,79 persen pada 2022. Sedangkan persentase laki-laki meningkat dari 32,26 persen menjadi 34,14 persen pada 2022.
Selain itu, proporsi keterwakilan perempuan di parlemen yang meningkat pada 2022 menjadi sebesar 20 persen dibandingkan pada 2021 yang sebesar 18,33 persen.
"IKG Jateng selama lima tahun terkhir sejak 2018-2020 secara konsisten menurun. Sempat naik pada 2021 dan kembali turun 2022. Sejak tahun 2018 berkurang 0,019 poin rerata turun 0,005 poin per tahun. Hal ini mengindikasikan ketimpangan gender yang semakin mengecil atau kesetaraan yang semakin membaik," tutur Dadang.
Pada dimensi pasar tenaga kerja, direpresentasikan dengan indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tercatat, selama 2018-2022 TPAK laki-laki dan perempuan semakin meningkat. TPAK laki-laki pada 2018 sebesar 81,59 persen menjadi 83,74 persen pada 2022, atau meningkat 2,18 persen poin. Sementara itu, TPAK perempuan pada 2018 sebesar 56,43 persen menjadi 58,31 persen pada 2022, meningkat 1,88 poin.
Bila dibanding provinsi lain di Pulau Jawa, Jateng menempati posisi tiga dalam Indeks Ketimpangan Gender. Tercatat, IKG di DI Yogyakarta sebesar 0,240, sementara di DKI Jakarta sebesar 0,320. Adapun di Jatim IKG tercatat sebesar 0,440, di sebesar Banten 0,478 dan Jabar sebesar 0,490.
Dari 35 kabupaten/kota, Kota Salatiga memiliki IKG terendah, dengan 0,133 poin, dan IKG tertinggi adalah Kabupaten Wonosobo sebesar 0,503 poin.
"Posisi IKG Jawa Tengah di Pulau Jawa menempati posisi ketiga setelah DIY dan DKI Jakarta. Namun bila dibandingkan provinsi lain, kesetaraan gender di Jawa Tengah lebih baik dibandingkan Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten," kata Dadang.
(ars)