Bangkit dari Pandemi, Kepala Daerah Bikin Akselerasi

Rabu, 29 Juli 2020 - 08:35 WIB
loading...
Bangkit dari Pandemi, Kepala Daerah Bikin Akselerasi
Pemimpin Redaksi SINDO Media Djaka Susila (kanan) menjadi moderator Fokus Sindonews Spesial bertajuk Bangkit dari Pandemi yang merupakan rangkaian program delapan jam streaming dengan narasumber Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Gan
A A A
JAKARTA - Pandemi corona atau Covid-19 dalam lima bulan terakhir memukul berbagai sektor kehidupan masyarakat. Jumlah pengangguran kian meningkat, orang miskin kian banyak. Memasuki masa adaptasi kebiasaan baru (AKB), sejumlah kepala daerah melakukan berbagai terobosan kebijakan untuk bangkit di masa pandemi.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil , Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo , Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa , dan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah , termasuk beberapa kepala daerah, yang kerap bikin terobosan. Di awal masa pandemi Covid-19 mereka mengaku sempat keteteran. Berbagai kebijakan untuk menangani dampak corona di bidang kesehatan, sosial, maupun ekonomi harus berpacu dengan deretan masalah yang terus muncul.

Hingga saat ini pun grafik penambahan pasien positif dan tingkat kematian akibat Covid-19 masih terus bertambah. Meskipun, sebelumnya saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tren penambahan pasien positif maupun tingkat kematian akibat Covid-19 cenderung landai. Tren positif kembali naik saat masa transisi pelaksanaan AKB. Masih rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat untuk memakai masker, menjaga jarak, hingga menjaga kebersihan di tempat-tempat umum menjadi satu di antara pemicunya. (Baca: Spirit Toleransi Jadi Kekuatan terbesar untuk Hadapi Pandemi Corona)

Pakai Masker atau Lockdown

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengakui jika disiplin menjadi faktor yang menentukan tren penularan Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir. Banyak warga yang cenderung abai tak kenakan masker saat ke luar rumah. Padahal, Pemprov Jawa Barat telah menerapkan denda bagi siapa saja yang tidak menggunakan masker saat beraktivitas di ruang publik. “Pada dasarnya saya tidak suka menghukum. Namun, angka penyakit ini berkait dengan kedisiplinan jadi denda harus diterapkan,” kata Kang Emil dalam Live Streaming 8 Jam SINDOnews dengan tema “Bangkit dari Pandemi” kemarin.

Sosialisasi atas kebijakan penerapan denda bagi mereka yang tak bermasker telah dilakukan Pemprov Jawa Barat secara bertahap. Pada April—Mei, Pemprov Jawa Barat telah memperingatkan jika akan ada denda bagi siapa saja yang tidak menggunakan masker saat di luar rumah. Pada Juni, Pemprov Jawa Barat juga mulai menegur siapa saja yang terazia tidak menggunakan masker saat di luar rumah. Mulai akhir Juni ini denda senilai Rp150.000 akan diberikan kepada warga bandel yang tak kenakan masker. “Kita bikin shock therapy saja. Siapa yang kena, denda dikirim ke aplikasi,” jelasnya. (Baca juga: Kasus Positif Corona Tembus 100.000, Daerah Zona Merah Meningkat)

Mengenai efektivitas baru akan ketahuan minggu depan. Namun, Kang Emil meyakini warga akan kaget dalam dua minggu awal. Selanjutnya akan terbiasa. ”Pakai masker ini setara lockdown. Kalau enggak mau pakai masker, ya lockdown. Kalau lockdown, maka ekonomi tidak jalan. Kita terus gaungkan,” ucapnya.

Dalam webminar yang dipandu Pemimpin Redaksi KORAN SINDO dan SINDOnews Djaka Susila tersebut, Kang Emil mengakui jika pandemi Covid-19 merupakan satu di antara ujian kepemimpinan dari level presiden hingga kepala rumah tangga. Selain itu, pandemi ini juga menjadi ujian atas efektivitas sistem demokrasi di negeri ini. Ada yang cepat represif seperti di China. Ada yang berdinamika seperti di Brasil, presidennya ikut demo ke gubernur. Covid-19 ini juga mengetes semua sistem politik kita,” tutur Kang Emil dalam paparannya.

Kang Emil mengaku awalnya tak menduga bahwa Covid-19 ini hanya urusan kesehatan biasa seperti demam berdarah. Namun, setelah dua bulan, ternyata wabah ini membutuhkan solusi tentang interaksi sosial. Menurutnya, wabah ini menyerang melalui interaksi sosial, bahkan droplet. Maka itu, muncul dampak yang diakibatkan dari virus ini adalah soal ekonomi. Di dua bulan pertama, kata Emil, muncul perdebatan kenapa tiba-tiba bansos melonjak. Jawa Barat yang sebelum Covid-19 hanya disubsidi 25%, sekarang naik 73%. Hal ini masih ditambah angka pengangguran yang melonjak. (Baca juga: Bersiap Merangkul Fase Survival di Tengah Resesi Ekonomi)

Selain masalah darurat wabah, juga darurat ekonomi. “Sehingga siapa pun pemimpin hari ini wajib punya gagasan bangkit dari pandemi sambil tetap waspada. Karena apa, kurvanya enggak turun, tapi ekonomi sudah parah. Jadi, ibaratnya para gubernur ini main akrobat, berhati-hati sambil terus berjalan. Contoh yang sudah jadi korban ekonomi adalah Singapura,” tuturnya.

Sulsel Amankan Sentra-Sentra Pangan

Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah menyatakan, daerahnya selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman, termasuk dalam menghadapi pandemi Covid-19. Menurutnya, langkah antisipasi sudah dilakukan daerahnya sejak virus berbahaya ini masuk Indonesia, termasuk dalam mengatasi pemulihan ekonomi mengingat Sulsel sebagai sentra produksi pangan nasional. Setidaknya 12 provinsi disuplai beras dari Sulsel. “Maka solusi kami meminimalisasi Covid-19 di daerah-daerah dengan memusatkan simulasi di Kota Makassar. Covid-19 ini 90%, yang 65% dirawat di rumah sakit,” katanya.

Nurdin mengatakan, untuk wilayah Sulsel, pihaknya masih menempatkan Makassar sebagai episentrum atau zona merah penyebaran Covid-19. Dengan begitu, jika 80% episentrum di Makassar bisa diatasi, maka setidaknya persoalan pagebluk di Sulsel ini akan selesai. (Baca juga: Taliban Umumkan Gencatan Senjata Saat Idul Adha di Afghanistan)

Menurut Nurdin, sejak awal penanganan Covid-19 sudah ditetapkan bahwa yang positif langsung dikarantina dan dirawat, sementara yang sehat harus tetap bekerja. “Sehingga alhamdulillah boleh kita sebut bahwa pendapatan kita tidak terlalu berpengaruh signifikan, koreksi pertumbuhan kita juga tidak terlalu terjun ke dalam, dan sekarang ini sudah mulai menuju ke normal,” ungkapnya.

Nurdin memastikan daerahnya telah memiliki delapan laboratorium untuk melakukan tracking dan rapid-swab test bagi masyarakatnya. “Nah, solusi terakhir bagaimana menggunakan tokoh-tokoh lintas agama sebagai salah satu motivator atau edukator untuk bagaimana membantu pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini,” katanya.

Jatim Mulai Buka Destinasi Wisata

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, destinasi wisata di daerahnya sudah siap dibuka kembali. Pembukaan destinasi wisata tersebut juga akan tetap mematuhi protokol penanganan Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Khofifah dalam Fokus SINDOnews Spesial 8 Jam Live bertemakan “Bangkit dari Pandemi” yang disiarkan langsung di Channel YouTube SINDOnews, Selasa (28/7/2020).

"Di Jawa Timur ini kan kita punya destinasi wisata yang berbasis alam dan terutama kita punya format Dewi Cemara ( Desa Wisata Rakyatnya Cerdas Mandiri dan Sejahtera) ini sekitar 492 yang sudah disiapkan dan ada yang sudah membuka untuk wilayah desanya, wilayah kecamatannya, wilayah kabupatennya, mereka memang kita minta secara terbatas, bertahap, berlanjut,” kata Khofifah. (Baca juga: Laut Jawa Kuburan Harta Karun Bangkai perang Dunia II)

Khofifah menyebutkan, beberapa destinasi wisata sudah dibuka misalnya di Banyuwangi dan Batu, Malang. Di Malang sudah mulai membuka 20% untuk kunjungan wisatawan. “Sampai dengan kemarin saya ketemu wali Kota Batu, mereka masih membuka wisata, masih 20%, tetapi untuk hotel mereka sudah membuka sampai 50%. Tetapi, dalam satu minggu harus dua hari libur karena untuk bersih-bersih semprot disinfektan dan seterusnya di tempat-tempat di mana sektor jasa ini sudah bergerak,” tandasnya.

Selain destinasi wisata, tempat kuliner ataupun restoran juga sudah dibuka kembali dengan tetap memperhatikan protokol penanganan Covid-19. “Lalu, restoran dalam satu minggu mereka enam hari buka, satu harinya adalah untuk bersih-bersih dalam artian menyemprot disinfektan dan seterusnya,” ungkapnya.

Di Jateng, Susah Jaga Jarak

Pandemi Covid-19 ini memberikan efek positif bagi perilaku masyarakat. Secara guyonan (bercanda), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, efek Covid-29 ini membuat masyarakat Jawa Tengah rajin cuci tangan.

“Kalau Hari Cuci Tangan Sedunia, orang cuek cuci tangan. Nah, Covid-19 ini masyarakat rajin cuci tangan,” kata Ganjar dalam Live Streaming 8 Jam SINDOnews bertema “Bangkit dari Pandemi”padaSelasa (28/7/2020).

Mengenai mengenakan masker, masyarakat Jawa Tengah juga relatif sudah disiplin. Yang susah itu jaga jarak. “Makanya setiap saya sepedaan, keliling, saya bengok-bengok (teriak-teriak) karena harus terus diingatkan ini,” ucapnya. (Lihat videonya: Mengaku Bisa Gandakan Uang triliunan, Seorang Dukun di Malang Diciduk Polisi)

Soal kebangkitan ekonomi, Ganjar untuk sementara tidak mengarah ke situ. “Jangan ngomong naik dululah. Bertahan saja. Kalau orang Jawa Tengah bilangnya sing penting iso madhang (yang penting bisa makan). Itu saja yang penting,” tuturnya.

Sementara itu, Deputi 1 BNPB Wisnu Widjaja mengatakan, 74% kasus Covid-19 di Indonesia ada di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua. “Daerah-daerah itu prioritas kami. Mengubah ke arah kuning atau hijau sehingga pilkada aman,” ungkapnya. (Nono Suwarno/SINDOnews)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1682 seconds (0.1#10.140)