Indonesia Harus Optimalkan Semua Potensi untuk Hadapi Dampak El Nino
loading...
A
A
A
Catatan BNPB, kata dia, pada rentang 1 Januari 2023-25 Juli 2023 tercatat 2.034 kejadian bencana. Pada pekan terakhir Juli 2023, bencana di Indonesia masih diwarnai oleh kebakaran hutan, banjir, puting beliung, kekeringan dan tanah longsor.
"Pada rentang Agustus-September 2023 masyarakat harus mewaspadai dampak El Nino," katanya.
Rustian berharap dalam menyikapi dampak perubahan iklim, pemerintah dan masyarakat, harus mengutamakan pencegahan, infrastruktur harus tersedia hingga skala kecil, dan mencari solusi permanen agar tidak ada pembukaan lahan secara membakar.
Sementara Dwikorita Karnawati mengungkapkan fenomena iklim dan cuaca di Indonesia itu unik karena dipengaruhi Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta Benua Asia dan Australia. Saat ini, iklim Indonesia dipengaruhi oleh angin Monsoon yang dingin dari Australia.
Namun karena suhu muka air Samudera Pasifik lebih panas daripada suhu permukaan Samudera Hindia, angin bergerak ke arah Samudera Pasifik membawa uap air yang ada di Indonesia, sehingga potensi kekeringan pun meningkat.
"Kondisi tersebut harus diantisipasi sejak dini meski fenomena El Nino tahun ini diperkirakan tidak separah tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.
BMKG tetap melakukan observasi, monitoring, prediksi terkait kondisi cuaca dan iklim untuk 10 hari ke depan, serta menyampaikan informasi tersebut kepada masyarakat. Dwikorita berpesan agar masyarakat memanfaatkan air secara bijaksana di tengah potensi dampak kekeringan yang diperkirakan terjadi.
Rachmi Widiriani menambahkan, ada empat hal yang harus diantisipasi dalam kaitan ketersediaan pangan yaitu kondisi geopolitik, perubahan iklim, perubahan kebiasaan konsumen pangan, dan peningkatan penyebaran penyakit hewan ternak. Melihat perkiraan ancaman El Nino itu, Rachmi berpendapat, langkah antisipasi harus segera diambil agar tidak terjadi gangguan ketersediaan pangan.
"Badan Pangan Nasional bertugas memperkuat cadangan pangan di tingkat pusat dan daerah. Jangan sampai terjadi kerawanan pangan," katanya.
Status ketahanan pangan di Indonesia, kata Rachmi, berada pada posisi 63 dari 113 negara. Sejumlah upaya yang dilakukan Badan Pangan Nasional terkait ketahanan pangan, antara lain menggelar bazar pangan murah dan penguatan cadangan pangan, agar harga pangan lebih terjangkau bagi masyarakat.
"Pada rentang Agustus-September 2023 masyarakat harus mewaspadai dampak El Nino," katanya.
Rustian berharap dalam menyikapi dampak perubahan iklim, pemerintah dan masyarakat, harus mengutamakan pencegahan, infrastruktur harus tersedia hingga skala kecil, dan mencari solusi permanen agar tidak ada pembukaan lahan secara membakar.
Sementara Dwikorita Karnawati mengungkapkan fenomena iklim dan cuaca di Indonesia itu unik karena dipengaruhi Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta Benua Asia dan Australia. Saat ini, iklim Indonesia dipengaruhi oleh angin Monsoon yang dingin dari Australia.
Namun karena suhu muka air Samudera Pasifik lebih panas daripada suhu permukaan Samudera Hindia, angin bergerak ke arah Samudera Pasifik membawa uap air yang ada di Indonesia, sehingga potensi kekeringan pun meningkat.
"Kondisi tersebut harus diantisipasi sejak dini meski fenomena El Nino tahun ini diperkirakan tidak separah tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.
BMKG tetap melakukan observasi, monitoring, prediksi terkait kondisi cuaca dan iklim untuk 10 hari ke depan, serta menyampaikan informasi tersebut kepada masyarakat. Dwikorita berpesan agar masyarakat memanfaatkan air secara bijaksana di tengah potensi dampak kekeringan yang diperkirakan terjadi.
Rachmi Widiriani menambahkan, ada empat hal yang harus diantisipasi dalam kaitan ketersediaan pangan yaitu kondisi geopolitik, perubahan iklim, perubahan kebiasaan konsumen pangan, dan peningkatan penyebaran penyakit hewan ternak. Melihat perkiraan ancaman El Nino itu, Rachmi berpendapat, langkah antisipasi harus segera diambil agar tidak terjadi gangguan ketersediaan pangan.
"Badan Pangan Nasional bertugas memperkuat cadangan pangan di tingkat pusat dan daerah. Jangan sampai terjadi kerawanan pangan," katanya.
Status ketahanan pangan di Indonesia, kata Rachmi, berada pada posisi 63 dari 113 negara. Sejumlah upaya yang dilakukan Badan Pangan Nasional terkait ketahanan pangan, antara lain menggelar bazar pangan murah dan penguatan cadangan pangan, agar harga pangan lebih terjangkau bagi masyarakat.