Indonesia Harus Optimalkan Semua Potensi untuk Hadapi Dampak El Nino
loading...
A
A
A
Menurut Rachmi, pada 2022 prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan atau Prevalence of Undernourishment (PoU) Indonesia yaitu proporsi dari suatu populasi tertentu dengan konsumsi energi sehari-hari dari makanan tidak cukup untuk memenuhi tingkat energi yang dibutuhkan untuk hidup normal, aktif, dan sehat, tercatat 10,21%.
Padahal dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada 2023 prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan ditargetkan hanya 5%. Rachmi mengungkapkan dengan kondisi tersebut, setiap ada peringatan dari BMKG pihaknya juga ikut mengkoordinasi antarkementerian dan lembaga terkait dalam menjaga ketersediaan pangan.
"Kami mendorong pemanfaatan pangan lokal di setiap daerah, sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan nasional," katanya.
Ketua Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Avianto Amri sebagai penanggap berpendapat musim kemarau tidak bisa dicegah, yang bisa diantisipasi adalah dampaknya.
Langkah penting menghadapi El Nino adalah bagaimana informasi terkait iklim dan cuaca dapat disampaikan dan dipahami dengan baik oleh masyarakat, termasuk dampak dan risikonya.
Upaya mendorong partisipasi generasi muda dalam penyebaran informasi cuaca, menurut dia, merupakan langkah strategis mengingat dekatnya kelompok milenial dengan gawai dan informasi.
Sementara itu, wartawan senior Saur Hutabarat berpendapat, sejumlah lembaga terkait penanganan perubahan iklim dan dampaknya sudah menunjukkan kinerja yang baik. Masyarakat harus mengikuti dan tidak mengabaikan informasi terkait perubahan cuaca dan dampaknya, yang disampaikan sejumlah lembaga tersebut.
"Informasi untuk menghemat air dan panen hujan, bukan semata anjuran dalam menghadapi kedaruratan, tetapi karena air adalah sumber kehidupan," katanya.
Padahal dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada 2023 prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan ditargetkan hanya 5%. Rachmi mengungkapkan dengan kondisi tersebut, setiap ada peringatan dari BMKG pihaknya juga ikut mengkoordinasi antarkementerian dan lembaga terkait dalam menjaga ketersediaan pangan.
"Kami mendorong pemanfaatan pangan lokal di setiap daerah, sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan nasional," katanya.
Ketua Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Avianto Amri sebagai penanggap berpendapat musim kemarau tidak bisa dicegah, yang bisa diantisipasi adalah dampaknya.
Langkah penting menghadapi El Nino adalah bagaimana informasi terkait iklim dan cuaca dapat disampaikan dan dipahami dengan baik oleh masyarakat, termasuk dampak dan risikonya.
Upaya mendorong partisipasi generasi muda dalam penyebaran informasi cuaca, menurut dia, merupakan langkah strategis mengingat dekatnya kelompok milenial dengan gawai dan informasi.
Sementara itu, wartawan senior Saur Hutabarat berpendapat, sejumlah lembaga terkait penanganan perubahan iklim dan dampaknya sudah menunjukkan kinerja yang baik. Masyarakat harus mengikuti dan tidak mengabaikan informasi terkait perubahan cuaca dan dampaknya, yang disampaikan sejumlah lembaga tersebut.
"Informasi untuk menghemat air dan panen hujan, bukan semata anjuran dalam menghadapi kedaruratan, tetapi karena air adalah sumber kehidupan," katanya.
(abd)