Terciptanya Kelas-kelas Pendidikan

Kamis, 23 Juli 2020 - 06:07 WIB
loading...
A A A
Pendidikan Luar Sekolah
Pemerintah juga tidak bisa mengabaikan begitu saja keberadaan lembaga pendidikan nonformal yang memiliki peran penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Pada masa pandemi Covid-19 ini semua terkena dampak, jika sekolah negeri disebutkan ada afirmasi dana Bantuan Operasional Sekolah, lembaga pendidikan berbasis komunitas ini nyaris tidak tersentuh perhatian. Anak jalanan misalnya, yang awalnya bisa duduk sebagai anak sekolah dan belajar seperti anak-anak lainnya di satu lembaga, kini terancam kembali lagi ke jalan. Mereka tidak bisa belajar dari rumah karena tak punya apa-apa, tidak juga bisa belajar tatap muka karena mereka bertempat tinggal di zona merah Covid-19.

Pemerintah harus menggulirkan program-program yang "tidak biasa" untuk mereka, kalau dalam bahasa Presiden Joko Widodo, setiap menteri dituntut melakukan langkah-langkah exstra-ordinary, jangan linier dalam menyikapi setiap masalah yang terjadi di masa pandemi ini. Termasuk dalam hal ini adalah bidang pendidikan yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah komando Mas Menteri Nadiem Makarim.

Darwinisme sosial adalah paham persaingan yang memberikan hak hidup pada yang kuat, sedangkan yang lemah dan miskin akan tergusur. Fakta adanya kesenjangan dengan lahirnya kelas-kelas sosial dalam layanan pendidikan tentu bertentangan dengan nilai luruh yang dianut bangsa ini, yakni bukan persaingan melainkan gotong royong dalam terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam mewujudkan itu, di tengah Indonesia yang luas dan beragam tentu perlu ada reorientasi, yakni mengembalikan pada usaha bersama untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan berkeadilan. Sejatinya, pendidikan ada untuk semua orang sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Jika kita dalami mendalam pasal 31, maka diperlukan usaha pemerintah dalam membuat sistem pendidikan yang tepat.

Mengakhiri Kegelisahan
Mengutip yang pernah disampaikan mantan Menteri Pendidikan Malik Fajar bahwa pendidikan adalah kegelisahan sepanjang zaman. Tidak terkecuali para pelaku pendidikan yang dibuat gelisah oleh fenomena dan realitas perwujudan pendidikan hari ini.

Kegelisahan itu kembali muncul di tengah pandemi, saat Indonesia akan genap berusia 75 tahun merdeka. Timbul keraguan soal kualitas pendidikan yang dijalankan di masa pandemi Covid-19 ini karena masih banyaknya keterbatasan dan ketidaksiapan.

Kita pun tidak ingin menjadikan angkatan hari ini "mundur" dari sebelumnya. Kita berharap para pemangku kebijakan tidak hanya menjadikan dirinya selevel manajer atau pekerja saja, tapi menjelma menjadi negarawan yang mengembalikan praktik pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi, mengarahkan pendidikan sesuai tujuan yang tersurat dan tersirat dalam UU Sisdiknas. Pemerataan layanan pendidikan yang berkualitas ini harus dijadikan sebagai target, yang bisa kita lihat dengan upaya-upaya sistematis dan berpegang pada prinsip berkelanjutan. Kita tidak hanya gelisah dengan ancaman lost generation yang terjadi karena kurangnya asupan pendidikan karakter dan minimnya ilmu pengetahuan, tapi juga resah dengan praktik neokolonialisme dalam dunia pendidikan yang terlihat dari tidak pekanya pada masalah rakyat kecil dan praktik diskriminatif.
(ras)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0847 seconds (0.1#10.140)