Riset Big Data Pedas: Partai Perindo Masuk 7 Besar Parpol yang Diekspose di Medsos
loading...
A
A
A
JAKARTA - PoliEco Digital Insights Institute (Pedas) menyelenggarakan riset big data dan media monitoring Pemilu 2024 dengan menggunakan Tools Menara Digital Monitoring pada periode bulan April 2023. Dalam risetnya, Partai Persatuan Indonesia (Perindo) masuk menjadi 7 besar parpol yang diekspose di media sosial (medsos) dan juga media massa.
Direktur Pedas Anthony Leong memaparkan pada periode April 2023 menunjukkan bahwa PDIP memuncaki ekspos parpol dengan presentase 21,6% atau 62.763 data, disusul Partai Gerindra dengan 20,8% dengan 60.439 data, posisi ketiga Partai Demokrat dengan 10,2% atau 29.638 data, keempat Partai Golkar dengan 10,1% atau 29.348 data, kelima Partai Nasdem dengan 9,8% atau 28.476 data.
Baca Juga: Prabowo Terima HT dan Paguyuban Tionghoa: Politik Rukun yang Stabil Kunci Lahirnya Kebijakan Pro-Rakyat
Selanjutnya, keenam PKS dengan 7,8% atau 22.665 data, ketujuh Partai Perindo dengan 5,1% atau 14.819 data, dan kedelapan PKB dengan 4,5% atau 13.076 data. Sisannya di bawah 2,3% data.
“Kesembilan PSI dengan 2,4% (7.019 data), kesepuluh PAN dengan 1,8% (5.201 data), kesebelas PPP dengan 1,4% (4.118 data), kedua belas Partai Buruh 1,2% (3.487 data), ketiga belas PBB dengan 1,2% (3.487 data), keempat belas Partai Ummat 1,1% (3.196 data), dan terakhir Partai Hanura 1,0% (2.906 data),” ujar Anthony dalam paparan survei di Menara Digital, Jakarta Selatan, Selasa (16/5/2023).
Kemudian, Anthony juga menjelaskan data sentimen dengan ekspos parpol dalam riset kali ini. Partai Perindo memiliki sentimen positif yang cukup tinggi yakni 71%, netral 7%, dan negatif 23%. Sementara parpol lainnya: PDIP, Negatif 20%, Positif 57%, Netral 24%; Gerindra, Negatif 14%, Positif 54%, Netral 32%; Demokrat, Negatif 23%, Positif 33%, Netral 44%; Golkar, Negatif 16%, Positif 67%, Netral 16%; Nasdem, Negatif 32%, Positif 45%, Netral 23%; PKS, Negatif 18%, Positif 56%, Netral 25%.
Lalu, sambung dia, PKB Negatif 21%, Positif 66%, Netral 13%; PAN, Negatif 17%, Positif 72%, Netral 11%; PSI, Negatif 20%, Positif 60%, Netral 20%; PPP, Negatif 13%, Positif 69%, Netral 18%; Partai Buruh, Negatif 25%, Positif 38%, Netral 37%; PBB, Negatif 13%, Positif 69%, Netral 18%; Partai Ummat, Negatif 30%, Positif 49%, Netral 21%; dan Hanura, Negatif 9%, Positif 77%, Netral 13%.
Anthony menyarankan bahwa dengan temuan riset ini parpol harus mampu meningkatkan eksposenya jelang pemilu secara konsisten, mengingat masih banyak pemilih Indonesia yang keputusannya masih berubah-ubah (swing voters).
“Setiap parpol harus mampu menaikan eksposnya jelang pemilu dan harus konsisten, karena pemilih di Indonesia ini dapat berubah-ubah keputusan hingga nanti saat pencoblosan di bilik suara,” sarannya.
Sebelumnya, Anthony menjelaskan bahwa Pedas menggunakan metode analisis data dan pendekatan ilmiah untuk menyelidiki dan menganalisis pergerakan suara pemilih. Pedas mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk survei opini publik, analisis media sosial, berita, artikel.
Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang lebih baik tentang preferensi dan motivasi pemilih dalam mendukung atau menolak kandidat calon presiden dan wakil presiden.
“Pergerakan suara pemilih pada tahun 2024 kemungkinan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Isu-isu seperti pertumbuhan ekonomi, ketimpangan sosial, isu lingkungan, kesehatan, pendidikan, serta stabilitas keamanan, dapat menjadi pertimbangan utama bagi pemilih dalam menentukan pilihan mereka. Selain itu, kemampuan kandidat dalam berkomunikasi dan membangun kepercayaan dengan pemilih juga akan memainkan peran penting dalam pergerakan suara,” terangnya.
“Maksud dan tujuan dari riset big data dan media monitoring Pemilu 2024 untuk mengukur peta kekuatan para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), partai politik, analisa PESTLE, isu positif, dan negatif capres 2024,” tutupnya.
Direktur Pedas Anthony Leong memaparkan pada periode April 2023 menunjukkan bahwa PDIP memuncaki ekspos parpol dengan presentase 21,6% atau 62.763 data, disusul Partai Gerindra dengan 20,8% dengan 60.439 data, posisi ketiga Partai Demokrat dengan 10,2% atau 29.638 data, keempat Partai Golkar dengan 10,1% atau 29.348 data, kelima Partai Nasdem dengan 9,8% atau 28.476 data.
Baca Juga: Prabowo Terima HT dan Paguyuban Tionghoa: Politik Rukun yang Stabil Kunci Lahirnya Kebijakan Pro-Rakyat
Selanjutnya, keenam PKS dengan 7,8% atau 22.665 data, ketujuh Partai Perindo dengan 5,1% atau 14.819 data, dan kedelapan PKB dengan 4,5% atau 13.076 data. Sisannya di bawah 2,3% data.
“Kesembilan PSI dengan 2,4% (7.019 data), kesepuluh PAN dengan 1,8% (5.201 data), kesebelas PPP dengan 1,4% (4.118 data), kedua belas Partai Buruh 1,2% (3.487 data), ketiga belas PBB dengan 1,2% (3.487 data), keempat belas Partai Ummat 1,1% (3.196 data), dan terakhir Partai Hanura 1,0% (2.906 data),” ujar Anthony dalam paparan survei di Menara Digital, Jakarta Selatan, Selasa (16/5/2023).
Kemudian, Anthony juga menjelaskan data sentimen dengan ekspos parpol dalam riset kali ini. Partai Perindo memiliki sentimen positif yang cukup tinggi yakni 71%, netral 7%, dan negatif 23%. Sementara parpol lainnya: PDIP, Negatif 20%, Positif 57%, Netral 24%; Gerindra, Negatif 14%, Positif 54%, Netral 32%; Demokrat, Negatif 23%, Positif 33%, Netral 44%; Golkar, Negatif 16%, Positif 67%, Netral 16%; Nasdem, Negatif 32%, Positif 45%, Netral 23%; PKS, Negatif 18%, Positif 56%, Netral 25%.
Lalu, sambung dia, PKB Negatif 21%, Positif 66%, Netral 13%; PAN, Negatif 17%, Positif 72%, Netral 11%; PSI, Negatif 20%, Positif 60%, Netral 20%; PPP, Negatif 13%, Positif 69%, Netral 18%; Partai Buruh, Negatif 25%, Positif 38%, Netral 37%; PBB, Negatif 13%, Positif 69%, Netral 18%; Partai Ummat, Negatif 30%, Positif 49%, Netral 21%; dan Hanura, Negatif 9%, Positif 77%, Netral 13%.
Anthony menyarankan bahwa dengan temuan riset ini parpol harus mampu meningkatkan eksposenya jelang pemilu secara konsisten, mengingat masih banyak pemilih Indonesia yang keputusannya masih berubah-ubah (swing voters).
“Setiap parpol harus mampu menaikan eksposnya jelang pemilu dan harus konsisten, karena pemilih di Indonesia ini dapat berubah-ubah keputusan hingga nanti saat pencoblosan di bilik suara,” sarannya.
Sebelumnya, Anthony menjelaskan bahwa Pedas menggunakan metode analisis data dan pendekatan ilmiah untuk menyelidiki dan menganalisis pergerakan suara pemilih. Pedas mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk survei opini publik, analisis media sosial, berita, artikel.
Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang lebih baik tentang preferensi dan motivasi pemilih dalam mendukung atau menolak kandidat calon presiden dan wakil presiden.
“Pergerakan suara pemilih pada tahun 2024 kemungkinan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Isu-isu seperti pertumbuhan ekonomi, ketimpangan sosial, isu lingkungan, kesehatan, pendidikan, serta stabilitas keamanan, dapat menjadi pertimbangan utama bagi pemilih dalam menentukan pilihan mereka. Selain itu, kemampuan kandidat dalam berkomunikasi dan membangun kepercayaan dengan pemilih juga akan memainkan peran penting dalam pergerakan suara,” terangnya.
“Maksud dan tujuan dari riset big data dan media monitoring Pemilu 2024 untuk mengukur peta kekuatan para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), partai politik, analisa PESTLE, isu positif, dan negatif capres 2024,” tutupnya.
(kri)