Mengenal 5 Kapolri Pertama, Salah Satunya Terkenal Jujur dan Anti Korupsi

Senin, 15 Mei 2023 - 16:49 WIB
loading...
Mengenal 5 Kapolri Pertama, Salah Satunya Terkenal Jujur dan Anti Korupsi
Terdapat sejumlah Kapolri pada awal-awal masa berdirinya yang bisa diketahui. Foto DOK ist
A A A
JAKARTA - Terdapat sejumlah Kapolri pada awal-awal masa berdirinya yang bisa diketahui. Kapolri atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia merupakan pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi Polri .

Dilansir dari buku "Sejarah perkembangan kepolisian di Indonesia", penunjukkan pemimpin tertinggi di Kepolisian RI ini terjadi pada tanggal 29 September 1945 setelah terbentuknya Badan Kepolisian Negara (BKN) pada 19 Agustus 1945 oleh PPKI.

Sejak saat itu nama pemimpin tertinggi kepolisian Indonesia acap kali mengalami perubahan. Mulai dari Kepala Kepolisian Negara (KKN) tahun 1945, menjadi Kepala Staf Angkatan Kepolisian Negara tahun 1962, hingga menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia pada tahun 1970.



Nama Kapolri sebagai pemegang pimpinan tertinggi di Kepolisian Republik Indonesia ini berlaku sampai saat ini.

Profil Singkat 5 Kapolri Pertama

Berikut ini profil singkat dari lima Kapolri yang pernah menjabat di masa-masa awal terbentuknya Polri.

1. Komisaris Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo

Komjen Raden Said Soekanto menjadi Kapolri pertama setelah dilantik oleh Presiden Soekarno pada 29 September 1945. Pria asal Bogor, Jawa Barat ini lahir pada 7 Juni 1908.

Pembangunan kantor Kepolisian di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan sebutan Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi Markas Besar Kepolisian sampai sekarang, menjadi salah satu jasa dari Soekanto.

Sayangnya dia harus mengakhiri karier di kepolisian pada 14 Desember 1959 setelah diberhentikan oleh Presiden Soekarno. Hal itu disebabkan lantaran penolakannya atas penggabungan TNI dan Polri ke dalam ABRI. Soekanto meninggal pada tahun 1993 di Jakarta ketika usianya telah menginjak 83 tahun.

2. Komisaris Jenderal Polisi Soekarno Djojonegoro

Setelah Soekanto turun, Komjen Soekarno Djojonegoro kemudian ditunjuk untuk menggantikannya pada 15 Desember 1959. Pria kelahiran 15 Mei 1908 ini berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah.

Masa kepemimpinannya ditandai konflik dengan Belanda dan pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan PKI, DI/TII, APRA dan lain-lain, namun hal-hal tersebut ditanganinya dengan baik.

Pada masa kepemimpinannya ini juga Kepolisian mulai bergabung dengan TNI ke dalam ABRI pada 1960. Hingga pada 30 Desember 1963 dia mulai pensiun dari kepolisian. Kapolri ke-dua ini meninggal pada 27 November 1975.

3. Jenderal Polisi Soetjipto Danoekoesoemo

Jenderal Soetjipto Danoekoesoemo lahir pada 28 Februari 1922 di Tulungagung, Jawa Timur. Dia mulai menjabat sebagai Kapolri pada 30 Desember 1963, menggantikan Komjen Soekarno.

Semasa kepemimpinannya, Jenderal Soetjipto sempat mendirikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Kepolisian (Seskoak) di Lembang, Bandung, pada 19 Maret 1965.

Setelah pensiun dari kepolisian pada 8 Mei 1965, dia sempat ditugaskan untuk menjadi Dubes Indonesia untuk Bulgaria periode 1966-1969, dan sempat menjadi anggota DPR-MPR RI sepanjang tahun 1971 sampai 1974. Purnawirawan Polisi ini meninggal pada 12 Oktober 1998 pada usia 76 tahun.


4. Jenderal Polisi Soetjipto Joedodihardjo

Selanjutnya ada Jenderal Soetjipto Joedodihardjo yang menjabat sebagai Kapolri dari 9 Mei 1965 sampai 15 Mei 1968. Pria asal Jember, Jawa Timur ini lahir pada 27 April 1917.

Masa kepemimpinan Kapolri R. Soetjipto Joedodihardjo penuh dengan gejolak. Sebab inilah masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru. Jenderal Soetjipto meninggal pada 26 Maret 1984 ketika berusia 66 tahun.

5. Jenderal Polisi Hoegeng Imam Santoso

Jenderal Hoegeng adalah satu teladan dan tokoh yang terkenal jujur dan anti korupsi. Pria asal Pekalongan yang lahir pada 14 Oktober 1921 ini menjabat sebagai Kapolri pada 15 Mei 1968 menggantikan Jenderal Soetjipto.

Banyak hal terjadi selama kepemimpinan Kapolri Hoegeng Iman Santoso. Salah satunya adalah melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif.

Menurut laman Kemenkeu, kejujuran Hoegeng mulai terkenal lantaran sempat menolak rayuan suap oleh pengusaha yang terlibat kasus penyelundupan. Dia juga menjadi teladan yang pernah mengatur lalu lintas meski menyandang jabatan sebagai Kapolri.

Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971, dan digantikan oleh Drs. Mohamad Hasan. Perwira Tinggi Polri yang terkenal akan kejujurannya ini meninggal pada 14 Juli 2004.
(bim)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1310 seconds (0.1#10.140)