Negarawan yang Berkemajuan
loading...
A
A
A
Najih Prastiyo
Sekjen Pemuda Muhammadiyah
Pascareformasi bergulir, dinamika politik nasional memasuki babak baru. Era kebebasan yang telah lama raib, muncul kembali di ruang publik. Reformasi telah membuka kesempatan untuk siapa saja warga bangsa terlibat dalam sistem demokrasi, tetapi tentu saja praktik politik itu harus seiring seirama dengan idealisme dan keberpihakan terhadap kepentingan bangsa dan negara.
Ahmad Syafii Maarif (2004) dalam tulisannya pernah mengatakan: “Di antara gejala sosial-politik yang cukup menarik tetapi juga memprihatikan sejak periode reformasi adalah semakin berkobarnya syahwat politik sebagian anggota masyarakat Indonesia. Keprihatianan kita bukan karena minat kepada politik itu yang terlalu besar, namun pada saat yang sama idealisme terhadap perbaikan bangsa ini secara menyeluruh telah semakin memudar, jika bukan tenggelam."
Risalah pemikiran Buya Syafii Maarif itu tampak masih relevan dengan situasi kebangsaan kita hari ini, utamanya dalam menapaki jalan menuju Pemilu 2024. Saat ini, tampak animo dan gairah politik warga bangsa sedang bergolak dan mendidih, paradoksnya, syahwat politik yang membara itu kerap membakar rasionalitas dan idealisme terhadap perbaikan bangsa.
Nilai-nilai politik yang fundamental kian hari tampak meluruh dan meluluh. Alih-alih membangun wacana politik yang mencerahkan bagi publik, politik nasional tampak hanya memperlihatkan kehebohan kampanye, naik-turunnya survei capres-cawapres, dan aneka ragam anomali politik yang lain. Pada saat yang sama, kebudayaan politik di akar rumput belum sepenuhnya matang dan masak. Jadilah pemilih sekadar sibuk menyumbang suara, sibuk mengomentari ketampanan para calon sembari mengkritik lawan politik dengan kritik yang tidak substansial.
Dinamika politik tampak belum bergeser ke arah yang lebih baik. Pemilu yang secara hakiki diharapkan mampu melahirkan figur pemimpin yang negarawan, justru kerap terjerembab memilih politikus yang meletakkan politik sekadar demi mendapatkan kepentingan pribadi. Indonesia dengan situasi demikian sedang mengalami krisis negarawan.
Di tengah dinamika politik yang begini ribut, Indonesia membutuhkan negarawan. Kita lantas bertanya, siapa sesungguhnya negarawan itu?
Dalam definisi yang sederhana, negarawan adalah sosok manusia (warga bangsa) yang setia meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri sendiri. Negarawan adalah mereka yang mampu keluar dari fragmentasi dan sekat-sekat kelompok primordial untuk kemudian bersama-sama berjalan menuju kepentingan yang lebih universal.
Negarawan memiliki ide, gagasan dan visi politik yang berdimensi jangka panjang. Dia berpegang teguh kepada visi tersebut dan berupaya dengan kukuh mewujudkan visi kebangsaan yang ia miliki, kendati banyak pihak yang melayangkan kritik dan caci maki. Alam pikiran seorang negarawan melampaui pagar pembatas kepentingan politik pribadi dan kelompok.
Watak seorang negarawaan ialah figur yang mempunyai komitmen tinggi (high commitment) terhadap negara dan rakyat. Sifat tersebut didukung oleh budi pekerti yang luhur, kebijaksanaan, keteguhan hati dan keberpihakan terhadap keadilan. Ia juga merupakan individu yang visioner, tidak terjebak dalam isu-isu situasional yang rawan mengundang tindakan reaktif.
Seorang negarawan ialah sosok manusia yang memahami identitas bangsa dan negaranya. Ia berpegang teguh terhadap ideologi negara, berpihak terhadap ideologi tersebut tanpa kehilangan rasionalitas dan akal sehat. Negarawan tidak menempatkan ideologi negara sekadar idiom dan bahasa verbal yang lepas dari realita sosial. Negarawan, dengan sumber daya yang dimiliki, terus berupaya untuk mendedikasikan diri terhadap kepentingan umum.
Negarawan yang berkemajuan adalah pribadi manusia yang memiliki visi melintas batas, tak terjebak pada isu-isu situasional dan selalu berfokus pada perbaikan daripada usaha saling menjatuhkan sesama warga bangsa.
Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi pemuda yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap kepentingan bangsa dan negara. Modalitas dan sumber daya yang dimiliki organisasi ini selayaknya dimaksimalkan dalam rangka membangun kemajuan bangsa dan negara.
Pemuda Muhammadiyah memiliki potensi yang sangat besar untuk melahirkan sosok negarawan berkemajuan. Modalitas dan potensi tersebut bisa dilihat dari:
1. Pemuda Muhammadiyah memiliki modal sosial yang sangat besar, ditunjukkan dengan banyaknya kader organisasi, sebagian masih aktif mengurus organisasi, sebagian lainnya sudah aktif mengisi ruang publik, berdiaspora untuk kepentingan ummat dan bangsa. Modal sosial Pemuda Muhammadiyah juga tampak bisa dilihat dari jejaring personal dan kelembagaan yang semakin meluas.
2. Pemuda Muhammadiyah memiliki sumber daya manusia yang unggul sebagai buah dari kaderisasi yang terus aktif dilakukan. Mereka juga lazimnya merupakan lulusan perguruan tinggi yang memiliki cakrawala pemikiran yang luas
3. Pemuda Muhammadiyah memiliki modal sistem nilai dan visi yang kompatibel dengan usaha membentuk negarawan. Ini misalnya bisa dilihat dari penggalan maksud dan tujuan Pemuda Muhammadiyah untuk menghimpun, membina dan menggerakkan "kader bangsa". Visi tersebut sarat memiliki komitmen yang teguh dengan usaha membentuk negarawan.
Tahun ini, Pemuda Muhammadiyah genap berusia 91 tahun. Dengan usia yang sudah cukup tua itu, terbit harapan bahwa organisasi ini terus melangkah maju ke depan, betapa pun banyak halau rintangan. Jalan panjang Pemuda Muhammadiyah itu harus ditunjang oleh ijtihad pemikiran yang terus bergolak, spirit ketuhanan yang kukuh dan keberanian untuk melawan arus, seperti semboyan yang selalu penulis gaungkan: Berpikir, Bertuhan Melawan!
Sekjen Pemuda Muhammadiyah
Pascareformasi bergulir, dinamika politik nasional memasuki babak baru. Era kebebasan yang telah lama raib, muncul kembali di ruang publik. Reformasi telah membuka kesempatan untuk siapa saja warga bangsa terlibat dalam sistem demokrasi, tetapi tentu saja praktik politik itu harus seiring seirama dengan idealisme dan keberpihakan terhadap kepentingan bangsa dan negara.
Ahmad Syafii Maarif (2004) dalam tulisannya pernah mengatakan: “Di antara gejala sosial-politik yang cukup menarik tetapi juga memprihatikan sejak periode reformasi adalah semakin berkobarnya syahwat politik sebagian anggota masyarakat Indonesia. Keprihatianan kita bukan karena minat kepada politik itu yang terlalu besar, namun pada saat yang sama idealisme terhadap perbaikan bangsa ini secara menyeluruh telah semakin memudar, jika bukan tenggelam."
Risalah pemikiran Buya Syafii Maarif itu tampak masih relevan dengan situasi kebangsaan kita hari ini, utamanya dalam menapaki jalan menuju Pemilu 2024. Saat ini, tampak animo dan gairah politik warga bangsa sedang bergolak dan mendidih, paradoksnya, syahwat politik yang membara itu kerap membakar rasionalitas dan idealisme terhadap perbaikan bangsa.
Nilai-nilai politik yang fundamental kian hari tampak meluruh dan meluluh. Alih-alih membangun wacana politik yang mencerahkan bagi publik, politik nasional tampak hanya memperlihatkan kehebohan kampanye, naik-turunnya survei capres-cawapres, dan aneka ragam anomali politik yang lain. Pada saat yang sama, kebudayaan politik di akar rumput belum sepenuhnya matang dan masak. Jadilah pemilih sekadar sibuk menyumbang suara, sibuk mengomentari ketampanan para calon sembari mengkritik lawan politik dengan kritik yang tidak substansial.
Baca Juga
Dinamika politik tampak belum bergeser ke arah yang lebih baik. Pemilu yang secara hakiki diharapkan mampu melahirkan figur pemimpin yang negarawan, justru kerap terjerembab memilih politikus yang meletakkan politik sekadar demi mendapatkan kepentingan pribadi. Indonesia dengan situasi demikian sedang mengalami krisis negarawan.
Kita Butuh Negarawan
Di tengah dinamika politik yang begini ribut, Indonesia membutuhkan negarawan. Kita lantas bertanya, siapa sesungguhnya negarawan itu?
Dalam definisi yang sederhana, negarawan adalah sosok manusia (warga bangsa) yang setia meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri sendiri. Negarawan adalah mereka yang mampu keluar dari fragmentasi dan sekat-sekat kelompok primordial untuk kemudian bersama-sama berjalan menuju kepentingan yang lebih universal.
Negarawan memiliki ide, gagasan dan visi politik yang berdimensi jangka panjang. Dia berpegang teguh kepada visi tersebut dan berupaya dengan kukuh mewujudkan visi kebangsaan yang ia miliki, kendati banyak pihak yang melayangkan kritik dan caci maki. Alam pikiran seorang negarawan melampaui pagar pembatas kepentingan politik pribadi dan kelompok.
Watak seorang negarawaan ialah figur yang mempunyai komitmen tinggi (high commitment) terhadap negara dan rakyat. Sifat tersebut didukung oleh budi pekerti yang luhur, kebijaksanaan, keteguhan hati dan keberpihakan terhadap keadilan. Ia juga merupakan individu yang visioner, tidak terjebak dalam isu-isu situasional yang rawan mengundang tindakan reaktif.
Seorang negarawan ialah sosok manusia yang memahami identitas bangsa dan negaranya. Ia berpegang teguh terhadap ideologi negara, berpihak terhadap ideologi tersebut tanpa kehilangan rasionalitas dan akal sehat. Negarawan tidak menempatkan ideologi negara sekadar idiom dan bahasa verbal yang lepas dari realita sosial. Negarawan, dengan sumber daya yang dimiliki, terus berupaya untuk mendedikasikan diri terhadap kepentingan umum.
Negarawan yang Berkemajuan
Sikap negarawan dan visi berkemajuan itu dibutuhkan oleh warga bangsa saat ini. Utamanya bila negara ini ingin melakukan lompatan kemajuan yang signifikan di tengah kompetisi global yang semakin ketat. Sikap kenegarawanan dan visi berkemajuan seperti sepasang sayap garuda yang harus bergerak secara serempak. Seorang negarawan harus memiliki visi kemajuan. Di sisi lain, kemajuan yang ditapaki jangan sampai mengorbankan sikap kenegarawanan.Negarawan yang berkemajuan adalah pribadi manusia yang memiliki visi melintas batas, tak terjebak pada isu-isu situasional dan selalu berfokus pada perbaikan daripada usaha saling menjatuhkan sesama warga bangsa.
Arti Penting Kehadiran Pemuda Muhammadiyah
Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi pemuda yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap kepentingan bangsa dan negara. Modalitas dan sumber daya yang dimiliki organisasi ini selayaknya dimaksimalkan dalam rangka membangun kemajuan bangsa dan negara.
Pemuda Muhammadiyah memiliki potensi yang sangat besar untuk melahirkan sosok negarawan berkemajuan. Modalitas dan potensi tersebut bisa dilihat dari:
1. Pemuda Muhammadiyah memiliki modal sosial yang sangat besar, ditunjukkan dengan banyaknya kader organisasi, sebagian masih aktif mengurus organisasi, sebagian lainnya sudah aktif mengisi ruang publik, berdiaspora untuk kepentingan ummat dan bangsa. Modal sosial Pemuda Muhammadiyah juga tampak bisa dilihat dari jejaring personal dan kelembagaan yang semakin meluas.
2. Pemuda Muhammadiyah memiliki sumber daya manusia yang unggul sebagai buah dari kaderisasi yang terus aktif dilakukan. Mereka juga lazimnya merupakan lulusan perguruan tinggi yang memiliki cakrawala pemikiran yang luas
3. Pemuda Muhammadiyah memiliki modal sistem nilai dan visi yang kompatibel dengan usaha membentuk negarawan. Ini misalnya bisa dilihat dari penggalan maksud dan tujuan Pemuda Muhammadiyah untuk menghimpun, membina dan menggerakkan "kader bangsa". Visi tersebut sarat memiliki komitmen yang teguh dengan usaha membentuk negarawan.
Tahun ini, Pemuda Muhammadiyah genap berusia 91 tahun. Dengan usia yang sudah cukup tua itu, terbit harapan bahwa organisasi ini terus melangkah maju ke depan, betapa pun banyak halau rintangan. Jalan panjang Pemuda Muhammadiyah itu harus ditunjang oleh ijtihad pemikiran yang terus bergolak, spirit ketuhanan yang kukuh dan keberanian untuk melawan arus, seperti semboyan yang selalu penulis gaungkan: Berpikir, Bertuhan Melawan!
(zik)