Syahganda Nainggolan Sarankan Anies Baswedan Silaturahmi ke Puan Maharani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Lembaga Kajian Publik Sabang Merauke Circle Syahganda Nainggolan merespons saran Guntur Soekarnoputra agar bakal calon presiden Anies Baswedan tidak menerima dukungan politik dari Amerika Serikat dan kelompok Islam ortodoks atau aliran khilafah. Syahganda menyarankan Anies melakukan silaturahmi ke Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani.
“Idulfitri 1444 H tinggal beberapa hari lagi. Anies sebaiknya bersilaturahmi kepada Puan Maharani untuk meluruskan beberapa hal terkait ideologi dan politik global,” kata Syahganda dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/4/2023).
Menurut dia, Anies perlu menemui Puan untuk meluruskan konsep Soekarno tentang Islamisme, Sosialisme, dan Nasionalisme, yang ditulis pada 1926. “Soekarno pada kesempatan itu menjelaskan bahwa ketiga isme tersebut merupakan sesuatu yang hidup dan bersifat historis keberadaannya,” tuturnya.
Dia mengatakan, Soekarno bahkan meyakini bahwa internasionalisme Islam merupakan kenyataan yang dalam konteks kebangsaan dapat menjadi kekuatan lokal. “Puan Maharani, adalah generasi ketiga trah Soekarno yang mencapai pengakuan politik tertinggi saat ini, sama dengan Anies Baswedan, yang juga merupakan generasi ketiga dalam trah politik Islam. Kakeknya Puan dan kakeknya Anies adalah pendiri bangsa,” imbuhnya.
Kakek Anies Baswedan, Abdurrahman Baswedan atau AR Baswedan merupakan seorang pahlawan nasional. AR Baswedan pernah berperan penting dalam usaha meraih kemerdekaan dengan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Sedangkan kakek Puan adalah Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno.
Syahganda berpendapat, keduanya diperkirakan akan menjadi generasi pemimpin Indonesia dalam waktu dekat. Dia berharap, pertemuan Anies dengan Puan akan menghasilkan kesepakatan tentang referensi perjalanan bangsa ke depan merujuk pada cita-cita proklamasi.
Terkait pernyataan Guntur mengenai dukungan Amerika terhadap Anies Baswedan, Syahganda melihat hal ini juga penting didiskusikan pada Puan. Sebab, kata dia, pengaruh Amerika dan China sudah menjadi kenyataan sejarah di Indonesia.
“Bahkan, menjadi sejarah suram dalam masa kemerdekaan dan PRRI/Permesta. Mereka tentu tidak mau kehilangan pengaruh di Indonesia,” ujar Syahganda.
Dia mengatakan, Anies dan Puan bisa membicarakan bagaimana menjadikan kepentingan nasional (national interest) di atas kepentingan segelintir elite. “Pertemuan Anies dan Puan Maharani diharapkan juga akan menjadi simbol puncak pertemuan pemimpin bangsa kita,” pungkasnya.
“Idulfitri 1444 H tinggal beberapa hari lagi. Anies sebaiknya bersilaturahmi kepada Puan Maharani untuk meluruskan beberapa hal terkait ideologi dan politik global,” kata Syahganda dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/4/2023).
Menurut dia, Anies perlu menemui Puan untuk meluruskan konsep Soekarno tentang Islamisme, Sosialisme, dan Nasionalisme, yang ditulis pada 1926. “Soekarno pada kesempatan itu menjelaskan bahwa ketiga isme tersebut merupakan sesuatu yang hidup dan bersifat historis keberadaannya,” tuturnya.
Dia mengatakan, Soekarno bahkan meyakini bahwa internasionalisme Islam merupakan kenyataan yang dalam konteks kebangsaan dapat menjadi kekuatan lokal. “Puan Maharani, adalah generasi ketiga trah Soekarno yang mencapai pengakuan politik tertinggi saat ini, sama dengan Anies Baswedan, yang juga merupakan generasi ketiga dalam trah politik Islam. Kakeknya Puan dan kakeknya Anies adalah pendiri bangsa,” imbuhnya.
Kakek Anies Baswedan, Abdurrahman Baswedan atau AR Baswedan merupakan seorang pahlawan nasional. AR Baswedan pernah berperan penting dalam usaha meraih kemerdekaan dengan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Sedangkan kakek Puan adalah Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno.
Syahganda berpendapat, keduanya diperkirakan akan menjadi generasi pemimpin Indonesia dalam waktu dekat. Dia berharap, pertemuan Anies dengan Puan akan menghasilkan kesepakatan tentang referensi perjalanan bangsa ke depan merujuk pada cita-cita proklamasi.
Terkait pernyataan Guntur mengenai dukungan Amerika terhadap Anies Baswedan, Syahganda melihat hal ini juga penting didiskusikan pada Puan. Sebab, kata dia, pengaruh Amerika dan China sudah menjadi kenyataan sejarah di Indonesia.
“Bahkan, menjadi sejarah suram dalam masa kemerdekaan dan PRRI/Permesta. Mereka tentu tidak mau kehilangan pengaruh di Indonesia,” ujar Syahganda.
Dia mengatakan, Anies dan Puan bisa membicarakan bagaimana menjadikan kepentingan nasional (national interest) di atas kepentingan segelintir elite. “Pertemuan Anies dan Puan Maharani diharapkan juga akan menjadi simbol puncak pertemuan pemimpin bangsa kita,” pungkasnya.
(rca)