Irjen Kemenag Minta Kualitas Katering Jemaah Haji Dijaga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Agama ( Kemenag ) meminta TNI-Polri untuk memberikan perhatian lebih kepada katering jemaah haji. Sebab katering sangat berdampak kepada kepuasan jemaah.
Irjen Kemenag Faisal Ali Hasyim mengatakan, pada tahun ini Kemenag menginginkan indeks kepuasan jemaah haji naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berhasil meraih 90,45. Untuk itu, pelayanan terhadap jemaah harus dioptimalkan.
"Saya minta ini menjadi misi kita bersama, menjadi tujuan kita bersama," ujarnya saat memberikan pembekalan kepada peserta Bimtek Terintegrasi dengan Kemenkes Petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Faisal menyebut, ada sepuluh faktor yang menjadi domain kepuasan jemaah haji. Di antaranya, pelayanan petugas, ibadah, hotel, katering non-Armuzna dan katering Armuzna. Selain itu, pelayanan transportasi bus antarkota, transportasi bus selawat, transportasi bus Armuzna, tenda, dan lain-lainnya (umum).
"Pertama pelayanan petugas ini ukuran utama, kalau jemaah melihat muka petugas cemberut, kalau lihat muka petugas tidak bersahabat di sini jemaah mulai kesal. Berikutnya berimbas ke masalah makan, berimbas lagi ke masalah ibadah dan hotel. Nah ini harus menjadi fokus perhatian kita," ujarnya.
Menurut Faisal, petugas haji yang diberangkatkan ke Mekkah bertugas melayani jemaah, untuk itu kedisiplinan menjalankan tugas merupakan hal yang paling utama. "Kita ke sana bukan beribadah haji, tujuan utamanya bukan beribadah haji, tugas kita melayani jemaah. Tidak ada yang meninggalkan pos," ujarnya.
Selain itu, Faisal juga meminta pelayanan kayering untuk jemaah haji betul-betul diperhatikan. Jangan sampai ada menu makanan yang sudah basi diberikan kepada para jemaah. Untuk memgantisipasi hal itu terjadi, Faisal meminta petugas layanan konsumsi untuk mencicipi terlebih dahulu sebelim diberikan kepada jemaah.
"Saya berharap katering betul-betul bisa dijaga. Ada banyak risiko terkait katering mulai dari basi, menu tidak sesuai standar dan sebagainya," ucapnya.
Tidak hanya itu, Faisal juga meminta kepada petugas haji dari TNI dan Polri untuk memberikan perhatian dan ikut mengawasi pengadaan katering. Sebab katering sangat rawan disabotase.
"Saya berharap bantuan dari bapak-bapak TNI-Polri ini bisa menjadi fokus perhatian. Potensi sabotase yang mungkin bisa muncul," katanya.
Persaingan ketat di antara perusahaan-perusahaan katering untuk menjadi penyedia layanan konsumsi jemaah haji Indonesia, kata Faisal menimbulkan potensi sabotase.
"Potensi itu sangat mungkin. Perusahaan katering itu ada 150-an dan yang dapat kesempatan cuma 60-an. Faktor iri dengki itu ada, jadi tolong bapak ibu semua tim katering, petugas katering dan teman-teman TNI-Polri mohon bantuannya untuk bisa memberikan atensi lebih. Supaya sabotase itu tidak terjadi. Kita berharap itu tidak terjadi," jelasnya.
Faisal menambahkan, kepuasan jemaah haji juga tergantung pada layanan transportasi seperti bus antarkota, bus selawat, hingga bus Armuzna. Hal ini mencakup ketersediaan bus, ketepatan waktu kedatangan, kelengkapan fasilitas bus (kursi, AC) hingga kemampuan sopir mengemudikan bus.
"Pelayanan transportasi bus, untuk bus selawat lewatin hotel tempat jemaah menginap. Kalau ada hotel yang tidak sejalur dengan bus selawat kita batalkan," katanya.
Irjen Kemenag Faisal Ali Hasyim mengatakan, pada tahun ini Kemenag menginginkan indeks kepuasan jemaah haji naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berhasil meraih 90,45. Untuk itu, pelayanan terhadap jemaah harus dioptimalkan.
"Saya minta ini menjadi misi kita bersama, menjadi tujuan kita bersama," ujarnya saat memberikan pembekalan kepada peserta Bimtek Terintegrasi dengan Kemenkes Petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Faisal menyebut, ada sepuluh faktor yang menjadi domain kepuasan jemaah haji. Di antaranya, pelayanan petugas, ibadah, hotel, katering non-Armuzna dan katering Armuzna. Selain itu, pelayanan transportasi bus antarkota, transportasi bus selawat, transportasi bus Armuzna, tenda, dan lain-lainnya (umum).
"Pertama pelayanan petugas ini ukuran utama, kalau jemaah melihat muka petugas cemberut, kalau lihat muka petugas tidak bersahabat di sini jemaah mulai kesal. Berikutnya berimbas ke masalah makan, berimbas lagi ke masalah ibadah dan hotel. Nah ini harus menjadi fokus perhatian kita," ujarnya.
Menurut Faisal, petugas haji yang diberangkatkan ke Mekkah bertugas melayani jemaah, untuk itu kedisiplinan menjalankan tugas merupakan hal yang paling utama. "Kita ke sana bukan beribadah haji, tujuan utamanya bukan beribadah haji, tugas kita melayani jemaah. Tidak ada yang meninggalkan pos," ujarnya.
Selain itu, Faisal juga meminta pelayanan kayering untuk jemaah haji betul-betul diperhatikan. Jangan sampai ada menu makanan yang sudah basi diberikan kepada para jemaah. Untuk memgantisipasi hal itu terjadi, Faisal meminta petugas layanan konsumsi untuk mencicipi terlebih dahulu sebelim diberikan kepada jemaah.
"Saya berharap katering betul-betul bisa dijaga. Ada banyak risiko terkait katering mulai dari basi, menu tidak sesuai standar dan sebagainya," ucapnya.
Tidak hanya itu, Faisal juga meminta kepada petugas haji dari TNI dan Polri untuk memberikan perhatian dan ikut mengawasi pengadaan katering. Sebab katering sangat rawan disabotase.
"Saya berharap bantuan dari bapak-bapak TNI-Polri ini bisa menjadi fokus perhatian. Potensi sabotase yang mungkin bisa muncul," katanya.
Persaingan ketat di antara perusahaan-perusahaan katering untuk menjadi penyedia layanan konsumsi jemaah haji Indonesia, kata Faisal menimbulkan potensi sabotase.
"Potensi itu sangat mungkin. Perusahaan katering itu ada 150-an dan yang dapat kesempatan cuma 60-an. Faktor iri dengki itu ada, jadi tolong bapak ibu semua tim katering, petugas katering dan teman-teman TNI-Polri mohon bantuannya untuk bisa memberikan atensi lebih. Supaya sabotase itu tidak terjadi. Kita berharap itu tidak terjadi," jelasnya.
Faisal menambahkan, kepuasan jemaah haji juga tergantung pada layanan transportasi seperti bus antarkota, bus selawat, hingga bus Armuzna. Hal ini mencakup ketersediaan bus, ketepatan waktu kedatangan, kelengkapan fasilitas bus (kursi, AC) hingga kemampuan sopir mengemudikan bus.
"Pelayanan transportasi bus, untuk bus selawat lewatin hotel tempat jemaah menginap. Kalau ada hotel yang tidak sejalur dengan bus selawat kita batalkan," katanya.
(maf)