Reposisi Alquran dalam Kehidupan
loading...
A
A
A
Menempatkan diri sebagai objek Alquran berarti membiarkan ia berbicara pada hati, seolah kita mendengarnya langsung dari lisan Nabi Muhammad. Proses ini akan efektif jika didahului dengan penyucian diri (tazkiah an-nafs) dari berbagai barrier yang menyelimuti hati, berupa sifat-sifat negatif. Dan metode penyucian diri terbaik adalah puasa. Barangkali inilah hikmahnya kenapa Alquran turun di bulan Ramadan.
Tanpa hati yang terbuka dan bersih, rasanya sulit untuk menangkap petunjuk Alquran. Karena seperti disebutkan dalam QS Al-‘Ankabut ayat 49, “Sebenarnya, (Alquran) itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.”
Mari kita posisikan kembali Alquran sebagai Subjek, biarkan ia berbicara, menunjuki, dan men-drive hati kita untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.
Tanpa hati yang terbuka dan bersih, rasanya sulit untuk menangkap petunjuk Alquran. Karena seperti disebutkan dalam QS Al-‘Ankabut ayat 49, “Sebenarnya, (Alquran) itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.”
Mari kita posisikan kembali Alquran sebagai Subjek, biarkan ia berbicara, menunjuki, dan men-drive hati kita untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.
(ynt)