Jokowi Tak Masalah Dibilang Gila ketimbang Disebut Minta Saham
A
A
A
JAKARTA - Tidak seperti biasanya, Presiden Joko Widodo kali ini tidak bisa menyimpan rasa marahnya.Raut wajah Jokowi mendadak serius ketika dimintai tanggapan oleh wartawan terkait kasus pencatutan nama dirinya terkait perpanjangan kontrak PT Freeport.
Beberapa kali, mantan Wali Kota Solo yang akrab disapa Jokowi ini mengacungkan tangannya yang bergetar. Dia menegaskan, semua pihak harus menghormati proses yang sedang berlangsung di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).
"Tapi, tapi, tidak boleh yang namanya lembaga negara itu dipermainkan," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (7/12/2015) malam.
Dia menjelaskan, lembaga negara yang dimaksud, baik lembaga kepresidenan maupun lembaga tinggi negara lainnya.
"Saya enggak apa-apa dikatain presiden gila, presiden sarap, presiden koppig (keras kepala), enggak apa-apa, tapi kalau sudah menyangkut wibawa mencatut meminta saham 11% tu yang saya enggak mau, enggak bisa, ini masalah kepatutan, kepantasan, moralitas, itu masalah wibawa negara. Sudah cukup," kata Jokowi.
Pernyataan itu disampaikannya usai dirinya menggelar jumpa pers mengenai penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 9 Desember 2015.
PILIHAN:
Setya Novanto Merasa Dicitrakan Seperti Penjahat
Beberapa kali, mantan Wali Kota Solo yang akrab disapa Jokowi ini mengacungkan tangannya yang bergetar. Dia menegaskan, semua pihak harus menghormati proses yang sedang berlangsung di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).
"Tapi, tapi, tidak boleh yang namanya lembaga negara itu dipermainkan," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (7/12/2015) malam.
Dia menjelaskan, lembaga negara yang dimaksud, baik lembaga kepresidenan maupun lembaga tinggi negara lainnya.
"Saya enggak apa-apa dikatain presiden gila, presiden sarap, presiden koppig (keras kepala), enggak apa-apa, tapi kalau sudah menyangkut wibawa mencatut meminta saham 11% tu yang saya enggak mau, enggak bisa, ini masalah kepatutan, kepantasan, moralitas, itu masalah wibawa negara. Sudah cukup," kata Jokowi.
Pernyataan itu disampaikannya usai dirinya menggelar jumpa pers mengenai penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 9 Desember 2015.
PILIHAN:
Setya Novanto Merasa Dicitrakan Seperti Penjahat
(dam)