BMKG: 64% Wilayah Tanah Air Sudah Memasuki Musim Kemarau
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) , Indra Gustari mengatakan sudah 64% wilayah Tanah Air sudah memasuki musim kemarau.
“Sekarang seperti apa musim kemarau kita? Sampai akhir Juni kemarin, kita mengevaluasi bahwa sudah 64% wilayah kita itu memasuki musim kemarau. Jadi masih ada 35% wilayah kita yang masih mengalami musim hujan. Tentu daerah ini daerah-daerah ini masih berpotensi mengalami curah hujan tinggi,” ujar Indra dalam Konferensi Pers penanganan banjir bandang Luwu Utara, Sulawesi Selatan di Media Center BNPB, Jakarta, (19/7/2020). (Baca juga: Sadis! Petinju Sparring Fury vs Wilder KO Musuhnya di Ronde 1)
“Demikian juga dengan daerah-daerah yang tadi tidak teridentifikasi musim kemaraunya. Hal ini sejalan dengan pengamatan kita dari titik pengamatan di permukaan yaitu yang apa yang kita namakan dengan pos hujan ya. Jadi kalau zona hijau adalah daerah-daerah yang masih banyak hujannya,” jelas Indra.
Indra mengatakan dari pengamatan BMKG sepanjang Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara dalam satu bulan terakhir sudah tidak mengalami hujan. “Sedang karena kalau kita amati untuk Jawa mulai dari Jawa Barat Sampai Nusa Tenggara sudah coklat malah ada yang merah. Jadi daerah-daerah di Jawa Bali Nusa Tenggara ini sebagian besar itu sudah hampir 21 hari atau 1 bulan tidak mengalami hujan. Bahkan ada satu titik di Kupang itu sudah 70 hari tidak ada hujan,” paparnya.
Sementara itu, kata Indra, ada beberapa wilayah pada bulan Juli ada wilayah yang mengalami musim berkebalikan yakni musim penghujan. Artinya, tidak semua daerah Indonesia itu berada pada periode kemarau. Daerah yang saat ini masuk dalam kondisi penghujan yakni daerah sekitar Maluku dan Papua Bagian Barat. (Baca juga: Jenderal AS Prediksi Konflik Iran-Israel Akan Pecah karena Insiden Nuklir Natanz)
“Dimana daerah di sekitar Maluku dan Papua bagian barat. Ini berkebalikan dengan kondisi iklim atau cuaca di Jawa atau Sumatera bagian selatan. Ketika di Jawa itu merupakan puncak dari periode kemarau atau periode kering di Juni, Juli, Agustus, daerah Maluku, daerah Papua Barat itu adalah menghadapi periode dimana puncak dari musim hujan nya,” tutup Indra.
“Sekarang seperti apa musim kemarau kita? Sampai akhir Juni kemarin, kita mengevaluasi bahwa sudah 64% wilayah kita itu memasuki musim kemarau. Jadi masih ada 35% wilayah kita yang masih mengalami musim hujan. Tentu daerah ini daerah-daerah ini masih berpotensi mengalami curah hujan tinggi,” ujar Indra dalam Konferensi Pers penanganan banjir bandang Luwu Utara, Sulawesi Selatan di Media Center BNPB, Jakarta, (19/7/2020). (Baca juga: Sadis! Petinju Sparring Fury vs Wilder KO Musuhnya di Ronde 1)
“Demikian juga dengan daerah-daerah yang tadi tidak teridentifikasi musim kemaraunya. Hal ini sejalan dengan pengamatan kita dari titik pengamatan di permukaan yaitu yang apa yang kita namakan dengan pos hujan ya. Jadi kalau zona hijau adalah daerah-daerah yang masih banyak hujannya,” jelas Indra.
Indra mengatakan dari pengamatan BMKG sepanjang Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara dalam satu bulan terakhir sudah tidak mengalami hujan. “Sedang karena kalau kita amati untuk Jawa mulai dari Jawa Barat Sampai Nusa Tenggara sudah coklat malah ada yang merah. Jadi daerah-daerah di Jawa Bali Nusa Tenggara ini sebagian besar itu sudah hampir 21 hari atau 1 bulan tidak mengalami hujan. Bahkan ada satu titik di Kupang itu sudah 70 hari tidak ada hujan,” paparnya.
Sementara itu, kata Indra, ada beberapa wilayah pada bulan Juli ada wilayah yang mengalami musim berkebalikan yakni musim penghujan. Artinya, tidak semua daerah Indonesia itu berada pada periode kemarau. Daerah yang saat ini masuk dalam kondisi penghujan yakni daerah sekitar Maluku dan Papua Bagian Barat. (Baca juga: Jenderal AS Prediksi Konflik Iran-Israel Akan Pecah karena Insiden Nuklir Natanz)
“Dimana daerah di sekitar Maluku dan Papua bagian barat. Ini berkebalikan dengan kondisi iklim atau cuaca di Jawa atau Sumatera bagian selatan. Ketika di Jawa itu merupakan puncak dari periode kemarau atau periode kering di Juni, Juli, Agustus, daerah Maluku, daerah Papua Barat itu adalah menghadapi periode dimana puncak dari musim hujan nya,” tutup Indra.
(kri)