PAN dan PPP Usul Capres Nonkader, Buka Jalan Golkar Gabung KKIR atau KPP
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menuju Pilpres 2024, membuat semua elemen partai politik membangun komunikasi. Hal ini dilakukan demi sinergi dan koalisi yang akan dibangun ke depannya.
Seperti Partai Golkar yang tengah membangun komunikasi intens dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Meskipun Golkar mengklaim Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas masih solid.
Peneliti Utama BRIN, R Siti Zuhro menilai, KIB sejak awal terkesan hanya membangun kesepakatan 'tentatif' tiga partai, yakni Golkar, PAN, dan PPP. Tanpa membahas siapa capres-cawapres.
"Masing-masing partai diberi kesempatan untuk mengusulkan calonnya. Dengan berjalannya waktu, masing-masing partai di KIB proaktif/kreatif untuk mencari paslon," kata Siti Zuhro, Kamis (30/3/2023).
Siti juga menilai aneh, yang diusulkan oleh PAN dan PPP sebagai capres dan cawapres justru nonkadernya. Bahkan kader partai di luar KIB seperti Ganjar-Erick dan Sandiaga Uno.
"Sementara Golkar yang katanya sudah mantap dengan ketuanya sebagai capres, belum juga dideklarasikan," ucapnya.
Tampaknya lanjut dia, Golkar mulai menghitung ulang prospek KIB dan pencalonan ketumnya. Sebab, dengan perkembangan sekarang, bisa saja Golkar masuk angin.
"Tidak jadi leading party meskipun memiliki kursi oke di DPR. Karena itu Golkar mencoba berkomunikasi dengan partai-partai lain seperti Nasdem, Gerindra, dan PKB," ungkapnya.
Menurut Siti, penjajakan tersebut dilakukan sebagai solusi terhadap macetnya KIB yang tak kunjung mengerucut memunculkan capres dan cawapres.
"Tampaknya Golkar punya peluang untuk bergabung dengan KIR atau Koalisi Perubahan," ujar Siti.
Namun, kemungkinan bergabungnya Golkar ke dua poros tersebut belum tentu berjalan mulus. Khususnya soal jatah capres dan cawapres.
"Masalah muncul terkait dengan peluangnya untuk diterima sebagai capres atau cawapres di KIR dan Koalisi Perubahan," kata Siti.
Siti menambahkan, Ketum Golkar Airlangga Hartarto tampaknya tidak diunggulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sehingga, peluang Golkar untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan terbuka lebar.
"Restu Jokowi ke Prabowo dan Ganjar. Sebagai partai besar, Golkar ingin eksis dan memiliki peran. KIB pascaperjodohan tentatif bisa jadi merasa ditinggalkan Jokowi. Sehingga dia harus mandiri dan menentukan nasibnya sendiri," tutupnya.
Untuk diketahui, peta politik mendekata Pilpres 2024 sudah ada tiga koalisi partai politik (parpol) yang muncul. Seperti Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP.
Kemudian KKIR yang berisi Partai Gerindra dan PKB. Kemudian Koalisi Perubahan oleh Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS. Hanya Koalisi Perubahan yang sudah sepakat mengusung Anies Baswedan sebagai capres 2024.
Sedangkan PDIP sampai sekarang belum menentukan arah akan berkoalisi dengan siapa pun. PDIP merupakan satu-satunya partai yang bisa mengusung pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024 tanpa koalisi.
Seperti Partai Golkar yang tengah membangun komunikasi intens dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Meskipun Golkar mengklaim Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas masih solid.
Peneliti Utama BRIN, R Siti Zuhro menilai, KIB sejak awal terkesan hanya membangun kesepakatan 'tentatif' tiga partai, yakni Golkar, PAN, dan PPP. Tanpa membahas siapa capres-cawapres.
"Masing-masing partai diberi kesempatan untuk mengusulkan calonnya. Dengan berjalannya waktu, masing-masing partai di KIB proaktif/kreatif untuk mencari paslon," kata Siti Zuhro, Kamis (30/3/2023).
Siti juga menilai aneh, yang diusulkan oleh PAN dan PPP sebagai capres dan cawapres justru nonkadernya. Bahkan kader partai di luar KIB seperti Ganjar-Erick dan Sandiaga Uno.
"Sementara Golkar yang katanya sudah mantap dengan ketuanya sebagai capres, belum juga dideklarasikan," ucapnya.
Tampaknya lanjut dia, Golkar mulai menghitung ulang prospek KIB dan pencalonan ketumnya. Sebab, dengan perkembangan sekarang, bisa saja Golkar masuk angin.
"Tidak jadi leading party meskipun memiliki kursi oke di DPR. Karena itu Golkar mencoba berkomunikasi dengan partai-partai lain seperti Nasdem, Gerindra, dan PKB," ungkapnya.
KIB Tak Kunjung Munculkan Capres-Cawapres
Menurut Siti, penjajakan tersebut dilakukan sebagai solusi terhadap macetnya KIB yang tak kunjung mengerucut memunculkan capres dan cawapres.
"Tampaknya Golkar punya peluang untuk bergabung dengan KIR atau Koalisi Perubahan," ujar Siti.
Namun, kemungkinan bergabungnya Golkar ke dua poros tersebut belum tentu berjalan mulus. Khususnya soal jatah capres dan cawapres.
"Masalah muncul terkait dengan peluangnya untuk diterima sebagai capres atau cawapres di KIR dan Koalisi Perubahan," kata Siti.
Siti menambahkan, Ketum Golkar Airlangga Hartarto tampaknya tidak diunggulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sehingga, peluang Golkar untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan terbuka lebar.
"Restu Jokowi ke Prabowo dan Ganjar. Sebagai partai besar, Golkar ingin eksis dan memiliki peran. KIB pascaperjodohan tentatif bisa jadi merasa ditinggalkan Jokowi. Sehingga dia harus mandiri dan menentukan nasibnya sendiri," tutupnya.
Untuk diketahui, peta politik mendekata Pilpres 2024 sudah ada tiga koalisi partai politik (parpol) yang muncul. Seperti Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP.
Kemudian KKIR yang berisi Partai Gerindra dan PKB. Kemudian Koalisi Perubahan oleh Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS. Hanya Koalisi Perubahan yang sudah sepakat mengusung Anies Baswedan sebagai capres 2024.
Sedangkan PDIP sampai sekarang belum menentukan arah akan berkoalisi dengan siapa pun. PDIP merupakan satu-satunya partai yang bisa mengusung pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024 tanpa koalisi.
(maf)