Pesan Sandi ke Generasi Muda agar Optimistis dan Jaga Kesehatan

Minggu, 19 Juli 2020 - 11:41 WIB
loading...
Pesan Sandi ke Generasi Muda agar Optimistis dan Jaga Kesehatan
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno mengatakan, pandemi virus Corona ini memiliki dampak yang luar biasa dari sisi kesehatan dan ekonomi. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Salahudin Uno mengatakan, pandemi virus Corona (Covid-19) ini memiliki dampak yang luar biasa dari sisi kesehatan dan ekonomi. Dari sisi psikologis, 70% orang mengalami dampak trauma psikologis yang berasal dari berbagai permasalahan sosioekonomi seperti di PHK massal, bisnis bangkrut dan kehilangan penghasilan.

Bahkan menurut Sandi, sekira 20% penduduk Jabodetabek memiliki berbagai macam masalah kesehatan mental, dari yang ringan sampai yang berat. Oleh karenanya sangat penting untuk mengenali ciri-cirinya dan cara mengatasinya. (Baca juga: Sandiaga Uno Sumbang APD untuk Tenaga Medis, Garda Terdepan Lawan Corona)

Hal itu disampaikan Sandiaga Uno dalam acara talkshow virtual bertajuk 'Sehat Mental di Masa Pandemi' yang digelar Rumah Siap Kerja dan Berkolaborasi dengan Sandi Uno. Acara ini turut menghadirkan pembicara diantaranya Nuniek Tirta, Konselor dan MBTI Trainer, dan Tiara Puspita, Psikolog. Hadir pula secara virtual mahasiswa/i dari Universitas Muhammadiyah Semarang, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Diponegoro dan Universitas Surakarta.

"RSKTalk merupakan satu langkah positif untuk menjaga kesehatan mental kita sendiri. Dengan menghadiri sesi ini, kita menyadari bahwa kondisi ini normal dan kita harus mampu menyikapinya dengan positif. I am compeletely aware of my MBTI, dan dengan memetakan MBTI ini juga akan sangat membantu saya dalam menyelesaikan masalah," kata Sandiaga mengawali acara ini, Minggu (19/7/2020).

Menurut Sandi, ada lima cara mudah dalam menjaga kesehatan mental selama pandemi. Salah satunya adalah mencari kegiatan untuk distraction seperti olah raga. Sandiaga juga menyebut cara lain seperti reconnecting dengan teman-teman lewat sosial media atau video conferencing untuk mengenang masa-masa bahagia yang pernah kita alami.

"Jangan lupa juga perhatikan diri sendiri dan connect to your feelings dan cari cara mudah untuk menyelaraskan emosi. Dan yang paling penting adalah berbaik hati kepada diri sendiri dan orang lain. Karena ini seperti Corona, ini sifatnya menular. Coba bawa positivity untuk memperbaiki keadaan," jelas Sandi.

Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HPMI) pun berpesan kepada anak-anak muda Indonesia, badai pandemi ini pasti akan berlalu dan meminta mereka untuk tetap optimistis dalam menjalani segala cobaan selama pandemi.

"Be calm in the storm and you cannot fight the storm. Kita harus yakin bahwa tuhan tidak akan menguji suatu kaum di luar batas kemampuannya. Be optimistic, kalau kita percaya ini akan berlalu maka kita akan menemukan hari-hari indah setelah ini. Inilah caranya untuk cari makna positif di tengah pandemi ini. Plus jangan lupa olahraga menyeimbangkan kesehatan secara psikis dan fisik," ujar Sandi.

(Baca juga: Sandi Harap Prabowo Mampu Tingkatkan Produksi Pangan Nasional)

Sementara itu, Pakar Kesehatan mental dan kepribadian MBTI, Nuniek Tirta berbagi cara menjaga kesehatan mental selama pandemi dari perspektif kepribadian. Ia berpendapat bahwa self-awareness akan sangat berguna untuk mengetahui kenapa kita bereaksi terhadap suatu masalah. Melalui pandangannya pula, kepribadian yang berbeda juga akan menghadapi masalah yang berbeda.

"Misalnya pada saat crisis pandemi, introvert akan happy-happy aja. Akan tetapi, jika mereka ekstrovert maka mereka akan stress dan cari cara untuk mengkompensasi kenyamanan mereka seperti kontak temen via phone call sana sini," kata Nuniek.

Selain dikotomi introvert dan ekstrovert, Nuniek juga sempat membahas lebih bagaimana personality sesorang dalam dimensi dari MBTI terpengaruh oleh pandemi sepeti misalnya bagaimana cara seseorang menangkap informasi (Sensing/Intuition), bagaimana seseorang mengambil keputusan (Intuition/Sensing), dan bagaimana mereka menghadapi dunia mereka sendiri (Judging/Perceiving).

"Dengan mempelajari MBTI, kita bisa lebih self-aware tentang kecenderungan, sumber stress yang kita hadapi dan maka dari itu akan lebih mudah untuk kita untuk mengatasi masalah kesehatan mental," ujar Nuniek.

Selain melalui MBTI, menurut pandangan Nunik, ada pula tiga tahap utama yang bisa kita lakukan dalam menghadapi stress yang bersumber krisis selama pandemic. Pertama, be aware atau sadar akan adanya permasalahan. Langkah kedua adalah, accept, yaitu dengan kita sadar dengan adanya permasalahan maka kita harus menerima faktanya secara realistis dan sebisa mungkin hindari denial. Langkah terakhir dari tahapan preventif terhadap stress adalah beradaptasi sebagai bentuk penerimaan dari keadaan.

"Misalnya dunia sedang menghadapi pandemi, kita harus terima bahwa kita ngga sebebas dulu lagi dan untuk secara damai menyikapinya, kita butuh cara-cara baru misalnya seperti fokus berkegiatan di rumah atau quality time dengan orang-orang yang kita anggap penting," ungkap Nuniek.

"Kenali diri kita, aware adapt accept, don’t be too hard on yourself. If you can’t take it anymore, please seek help ke temen, orang terdekat dan konselor. Jangan sampai cerita ke orang yang salah," sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, Tiara Puspita, selaku psikolog profesional mengatakan orang yang sehat mental, tidak hanya bebas dari gangguan mental tapi juga harus mampu mengelola emosi dengan baik dan mampu mengelola stress dengan baik.

Menurut Tiara, MBTI sangat berguna dalam membantu memetakan masalah sehingga dapat mengurangi beban psikis selama pandemi. "Setiap orang punya stress yang berbeda-beda dan cara menangani stress juga pasti berbeda. Penting sekali untuk mengetahui kebutuhan kita dan cara mengelolanya sebelum stressor untuk menumpuk," jelas Tiara.

Namun demikian, Tiara punya cara tersendiri dalam menangani permasalahan kesehatan mental. Pertama, yaitu dengan mengenali stressor kita untuk pahami aspek kehidupannya. "Jika kita sudah paham masalahnya dimana, makanya akan lebih mudah untuk kita mencari solusi sebelum masalah-masalah kecil tersebut menumpuk dan mengakibatkan penyakit mental yang lebih besar," ujar Tiara.

Selain itu, Tiara juga menekankan pentingnya support system dalam menjaga kesehatan mental di kala pandemi. "Komunikasikan masalah ini untuk mendapatkan support dan bantuan dari orang terdekat. Also, Don’t push yourself dalam menghadapi masalah ini. Take your time or else orang lain juga akan terdampak jika kamu terbebani dalam masalah ini," kata Tiara

"Fokus dengan hal-hal yang bisa dilakukan di rumah. Momen ini juga bisa dilihat sebagai peluang untuk mengupgrade skill baru atau kesempatan berbisnis baru diantara stressor-stressor yang ada saat ini," tambahnya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0771 seconds (0.1#10.140)