Indonesia Dilanda 47 Bencana, 36.058 Orang Mengungsi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 47 kejadian bencana terjadi selama periode 20 hingga 26 Maret 2023. Sebanyak 36.058 orang terdampak dan mengungsi.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan, dari 47 kejadian bencana tersebut tercatat 4 orang meninggal dunia, 6 luka-luka, kemudian 36.058 orang terdampak dan mengungsi.
Total kejadian tersebut tersebar di 18 provinsi dan 36 Kabupaten Kota. Kejadian bencana hidrometeorologi basah masih mendominasi seperti banjir maupun cuaca ekstrem.
“Kalau kita melihat bahwa hidrometeorologi basah masih mendominasi, banjir, cuaca ekstrem, dan cuaca ekstrem di beberapa tempat juga sudah ada yang tanpa disertai hujan. Jadi dalam musim peralihan ini ada juga cuaca ekstrem yang berupa angin kencang baik dengan maupun tanpa hujan,” ujarnya saat konferensi pers secara virtual, Senin (27/3/2023).
Meski begitu, frekuensi kejadian pada bulan Maret ini sudah mulai menurun jika dibandingkan dengan kejadian bencana pada saat puncak musim hujan di Januari hingga Februari.
“Sebenarnya dari awal Maret lalu, frekuensi kejadian bencana mingguan kita sudah agak turun. Jadi kalau misalkan di puncak musim hujan di Januari-Februari itu frekuensi kejadian bencana kita itu ada di 60-70 kejadian per minggu,” katanya.
Kejadian bencana yang terjadi pada saat bulan Januari hingga Februari ditandai dengan intensitas hujan yang berulang dan terjadi cukup lama, berbeda ketika pada musim peralihan di bulan Maret ini.
“Sehingga biasanya ketika banjirnya terjadi, hujan di biasanya sore sampai malam hari, banjir pada pagi hari ini sampai pada siang hari, sore dia mau surut sore hujan lagi, sehingga durasi genangannya sangat lama,” tandasnya.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan, dari 47 kejadian bencana tersebut tercatat 4 orang meninggal dunia, 6 luka-luka, kemudian 36.058 orang terdampak dan mengungsi.
Total kejadian tersebut tersebar di 18 provinsi dan 36 Kabupaten Kota. Kejadian bencana hidrometeorologi basah masih mendominasi seperti banjir maupun cuaca ekstrem.
“Kalau kita melihat bahwa hidrometeorologi basah masih mendominasi, banjir, cuaca ekstrem, dan cuaca ekstrem di beberapa tempat juga sudah ada yang tanpa disertai hujan. Jadi dalam musim peralihan ini ada juga cuaca ekstrem yang berupa angin kencang baik dengan maupun tanpa hujan,” ujarnya saat konferensi pers secara virtual, Senin (27/3/2023).
Meski begitu, frekuensi kejadian pada bulan Maret ini sudah mulai menurun jika dibandingkan dengan kejadian bencana pada saat puncak musim hujan di Januari hingga Februari.
“Sebenarnya dari awal Maret lalu, frekuensi kejadian bencana mingguan kita sudah agak turun. Jadi kalau misalkan di puncak musim hujan di Januari-Februari itu frekuensi kejadian bencana kita itu ada di 60-70 kejadian per minggu,” katanya.
Kejadian bencana yang terjadi pada saat bulan Januari hingga Februari ditandai dengan intensitas hujan yang berulang dan terjadi cukup lama, berbeda ketika pada musim peralihan di bulan Maret ini.
“Sehingga biasanya ketika banjirnya terjadi, hujan di biasanya sore sampai malam hari, banjir pada pagi hari ini sampai pada siang hari, sore dia mau surut sore hujan lagi, sehingga durasi genangannya sangat lama,” tandasnya.
(thm)