Survei Indikator: Elektabilitas Pasangan Prabowo-Ganjar Tembus 51,1%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam survei nasional, Indikator Politik Indonesia melakukan sejumlah simulasi nama calon presiden ( capres ) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk Pemilu 2024. Hasilnya, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo menjadi nama yang paling unggul dalam simulasi dua pasangan dan bisa meraup 51,1%.
Namun, Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi melihat bahwa pada simulasi 3 pasangan calon (paslon), di mana 3 nama capres unggulan dipasangkan dengan capres lainnya, belum ada nama yang dominan atau di bawah 50%. Seperti Anies–AHY (27.4%) vs Ganjar–Erick (32.2%) vs Prabowo–Puan (28.7%); Anies–AHY (27.1%) vs Ganjar–Airlangga (29.7%) vs Prabowo–Erick (31%); Anies–AHY (29.2%) Vs Ganjar – Puan (26.9%) Vs Prabowo–Erick (31.8%); dan Anies–Erick (26.2%) vs Ganjar–Airlangga (31.2%) vs Prabowo–Puan (29.4%).
"Poinnya, sejauh ini, karena capres tidak ada yang dominan, cawapres menjadi penting, tetapi cawapres yang ada kontribusinya beda-beda, ada yang kontribusinya lumayan, ada yang kontribusinya enggak jauh berbeda," kata Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei daring yang bertajuk 'Trust Terhadap Institusi Politik, Isu-isu Terakhir dan Dinamika Elektoral Jelang Pemilu Serentak 2024', Minggu (3/4/2022).
Baca juga: Prabowo Masih Ungguli Ganjar dan Anies tapi Tren Elektabilitasnya Menurun
"Tapi overall, enggak jauh berbeda di banding perolehan, Ganjar, Anies atau Prabowo secara perorangan. Meskipun ada sumbangan dari cawapres tapi sumbangan itu belum terlalu maksimal entah buat Ganjar, Anies atau Pak Prabowo," katanya.
Begitu juga pada simulasi dua pasangan nama. Tahap pertama memasangkan 3 nama capres teratas dengan nama capres lainnya. Yakni, Anies–Erick (41,1%) vs Prabowo–Puan (38,9%); Ganjar-Erick (41,8%) vs Prabowo–Puan (39%); Ganjar–Puan (33,1%) vs Prabowo–Erick (47,5%); dan Ganjar-Anies (44,1%) vs Prabowo–Erick (39,7%).
"Simulasi 2 pasang, artinya partai mengerucut pada dua pasangan ini, lagi-lagi, dua pasang sekali pun tidak ada pasangan yang mendapatkan 50%, 20%-an masyarakat tidak tahu disodorkan pilihan semacam ini. Ini PR bahwa Belanda masih jauh, pemilu masih 2 tahun lagi, dengan asumsi pemilu tidak ditunda," kata Burhan.
Baca juga: Deklarasi Dukung Ganjar-Puan untuk Pilpres 2024 Digelar di Papua Barat
Menurut Burhan, lain halnya jika Prabowo dipasangkan dengan Anies atau Ganjar. Terutama Prabowo berpasangan dengan Ganjar yang bisa mencapai 51,1% jika melawan Anies-Erick 31,4%, Prabowo-Ganjar lebih tinggi ketimbang Prabowo-Anies (47,7%) jika melawan Ganjar-Erick 36,8%. Karena Prabowo lemah di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), sementara Ganjar kuat di Jateng, dan bisa melengkapi kekurangan Prabowo.
"Sementara Prabowo-Anies captive-nya sama, kekurangan di Jateng. Ketika dipasangkan tidak terlalu mengangkat seperti halnya Prabowo memilih Ganjar," katanya.
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah Ganjar mau menjadi wakilnya Parbowo sementara ia memiliki potensi menang. Dan apakah pendukugnya bersedia jika Ganjar hanya menjadi wapres. Begitu juga dengan pendukung Anies, kalau Anies bersedia menjadi cawapres siapa pun capresnya, apakah pendukungnya bersedia.
"Jangan-jangan kalau Anies jadi cawapres siapa pun capresnya, jangan-jangan lari pendukungnya. Jadi ada dua faktor, aktornya dan basisnya, ini masih terra incognita (tanah tidak dikenal)," katanya.
Lihat Juga: Prabowo Diundang ke China dan AS: Prinsip Bebas dan Aktif dalam Lanskap Geopolitik Modern
Namun, Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi melihat bahwa pada simulasi 3 pasangan calon (paslon), di mana 3 nama capres unggulan dipasangkan dengan capres lainnya, belum ada nama yang dominan atau di bawah 50%. Seperti Anies–AHY (27.4%) vs Ganjar–Erick (32.2%) vs Prabowo–Puan (28.7%); Anies–AHY (27.1%) vs Ganjar–Airlangga (29.7%) vs Prabowo–Erick (31%); Anies–AHY (29.2%) Vs Ganjar – Puan (26.9%) Vs Prabowo–Erick (31.8%); dan Anies–Erick (26.2%) vs Ganjar–Airlangga (31.2%) vs Prabowo–Puan (29.4%).
"Poinnya, sejauh ini, karena capres tidak ada yang dominan, cawapres menjadi penting, tetapi cawapres yang ada kontribusinya beda-beda, ada yang kontribusinya lumayan, ada yang kontribusinya enggak jauh berbeda," kata Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei daring yang bertajuk 'Trust Terhadap Institusi Politik, Isu-isu Terakhir dan Dinamika Elektoral Jelang Pemilu Serentak 2024', Minggu (3/4/2022).
Baca juga: Prabowo Masih Ungguli Ganjar dan Anies tapi Tren Elektabilitasnya Menurun
"Tapi overall, enggak jauh berbeda di banding perolehan, Ganjar, Anies atau Prabowo secara perorangan. Meskipun ada sumbangan dari cawapres tapi sumbangan itu belum terlalu maksimal entah buat Ganjar, Anies atau Pak Prabowo," katanya.
Begitu juga pada simulasi dua pasangan nama. Tahap pertama memasangkan 3 nama capres teratas dengan nama capres lainnya. Yakni, Anies–Erick (41,1%) vs Prabowo–Puan (38,9%); Ganjar-Erick (41,8%) vs Prabowo–Puan (39%); Ganjar–Puan (33,1%) vs Prabowo–Erick (47,5%); dan Ganjar-Anies (44,1%) vs Prabowo–Erick (39,7%).
"Simulasi 2 pasang, artinya partai mengerucut pada dua pasangan ini, lagi-lagi, dua pasang sekali pun tidak ada pasangan yang mendapatkan 50%, 20%-an masyarakat tidak tahu disodorkan pilihan semacam ini. Ini PR bahwa Belanda masih jauh, pemilu masih 2 tahun lagi, dengan asumsi pemilu tidak ditunda," kata Burhan.
Baca juga: Deklarasi Dukung Ganjar-Puan untuk Pilpres 2024 Digelar di Papua Barat
Menurut Burhan, lain halnya jika Prabowo dipasangkan dengan Anies atau Ganjar. Terutama Prabowo berpasangan dengan Ganjar yang bisa mencapai 51,1% jika melawan Anies-Erick 31,4%, Prabowo-Ganjar lebih tinggi ketimbang Prabowo-Anies (47,7%) jika melawan Ganjar-Erick 36,8%. Karena Prabowo lemah di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), sementara Ganjar kuat di Jateng, dan bisa melengkapi kekurangan Prabowo.
"Sementara Prabowo-Anies captive-nya sama, kekurangan di Jateng. Ketika dipasangkan tidak terlalu mengangkat seperti halnya Prabowo memilih Ganjar," katanya.
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah Ganjar mau menjadi wakilnya Parbowo sementara ia memiliki potensi menang. Dan apakah pendukugnya bersedia jika Ganjar hanya menjadi wapres. Begitu juga dengan pendukung Anies, kalau Anies bersedia menjadi cawapres siapa pun capresnya, apakah pendukungnya bersedia.
"Jangan-jangan kalau Anies jadi cawapres siapa pun capresnya, jangan-jangan lari pendukungnya. Jadi ada dua faktor, aktornya dan basisnya, ini masih terra incognita (tanah tidak dikenal)," katanya.
Lihat Juga: Prabowo Diundang ke China dan AS: Prinsip Bebas dan Aktif dalam Lanskap Geopolitik Modern
(abd)