Pengamat Beberkan Beberapa Faktor yang Bikin KIB Bisa Pecah

Jum'at, 10 Maret 2023 - 00:50 WIB
loading...
Pengamat Beberkan Beberapa Faktor yang Bikin KIB Bisa Pecah
Analis politik Zaenal A Budiyono menyebut ada beberapa indikator peluang terjadinya perpecahan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Foto: SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Ketua Majelis Pertimbangan Partai PPP Muhammad Romahurmuziy (Romy) menyatakan bahwa Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bisa pecah. Analis politik Zaenal A Budiyono menilai hal itu sangat mungkin terjadi.

Potensi itu terlihat dari manuver yang dilakukan sejumlah elite KIB. Potensi perpecahan itu semakin terbuka menyusul adanya ajakan dari PDIP kepada PPP untuk membangun koalisi bersama. Apalagi, sejauh ini PDIP belum pernah menawarkan partai politik lain untuk bergabung.



Zaenal menilai, meskipun KIB terbentuk lebih awal dibanding koalisi lain, yakni pada pertengahan tahun 2022, namun koalisi ini masih kesulitan menentukan capres/cawapresnya sampai hari ini.

”Akibat situasi ini, baik PPP, Golkar, dan PAN saling mengintip peluang memajukan kepentingannya masing-masing. Terbaru PAN secara resmi menyatakan dukungan ke Ganjar-Erick di Rakernas PAN di Semarang beberapa waktu lalu,” ujar Dosen FISIP Universitas Al-Azhar Indonesia ini, Kamis (9/3/2023).

Menurut Zaenal, manuver PAN yang mengharapkan cottail effect dari Ganjar dan Erick bisa dimaklumi. Sebab Ganjar adalah nama terkuat di bursa capres bersama Anies. Sementara Erick terus meningkatkan elektabilitasnya di barisan cawapres.

”PAN yang menghadapi 'hantu' Parliamentary Threshold (PT) 4% tentu ingin mematahkan mitos survei tersebut sesegera mungkin. Setelah dikalkulasi oleh dapur PAN, kemunculan figur capres yang tepat berpotensi mendorong elektabilitas Partai Matahari tersebut,” ucapnya.



Masalahnya, kata Zaenal, Golkar dan PPP tidak sejalan dengan manuver PAN tersebut. Sebab sejauh ini Golkar masih bertahan dengan nama Airlangga Hartarto sebagai capres. Sementara PPP semakin dekat ke Sandiaga Uno untuk mendampingi Ganjar Pranowo.

”Beragamnya kepentingan ketiga parpol tersebut yang kemudian disimpulkan oleh Romy bahwa KIB jalan di tempat, dan bahkan rawan pecah,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC-ASIA) ini menyebut ada beberapa indikator peluang terjadinya perpecahan.



Pertama, apa yang dilakukan PAN dengan meresmikan Ganjar Pranowo-Erick bukanlah kejutan, berarti karena pasangan ini sudah beredar di ruang publik sejak beberapa bulan lalu.

“Justru PAN mencoba membawa KIB berjalan lebih maju, karena selama ini gamang menentukan capres-cawapres,” katanya.

Kedua, Golkar diyakini tidak akan mengusung ketumnya Airlangga Hartarto sebagai capres, karena sebagai partai yang telah malang-melintang sejak era orde baru, DNA politik Golkar selalu ingi bertarung dan menang. Tidak ada ceritanya Golkar rela menjadi oposisi.

“Capres Golkar kemungkinan tetap mengarah ke Ganjar Pranowo, namun di posisi wakil, Golkar besar kemungkinan akan menolak opsi PAN,” katanya.

Zaenal menyakini Golkar telah menyiapkan tiket khusus untuk Ridwan Kamil (RK) di posisi cawapres. Hal itu wajar, karena politisi dengan popularitas tinggi seperti RK, sangat janggal kalau hanya diberikan tugas mengamankan suara Golkar di Jabar.

“Pasti ada agenda yang lebih besar, dan kemungkinan itu adalah cawapres. Di sinilah situasi “rawan pecah” KIB yang disampaikan Romy memiliki justifikasi,” paparnya.

Ketiga, PPP juga bisa mempercepat perpecahan KIB. Pasalnya Romy yang saat ini kembali menjadi faktor penting di partai Kabah tersebut, memiliki kemampuan komunikasi politik yang lebih cair ke semua kekuatan. Terbaru Rommy men-spill history hubungan mesra PDIP dan PPP, baik di era Orba maupun Reformasi.

“Di era Orba, kedua partai merupakan partai yang di luar kekuasaan. Menjelang Presiden Soeharto jatuh, terbentuk aliasi Mega-Bintang yang merupakan gabungan kader PPP dan loyalis Megawati.”

Pasca reformasi, Megawati bahkan berpasangan dengan Hamzah Haz sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Di era Presiden Jokowi, PPP juga masuk ke koalisi pasca Pilpres 2014.

Pada konteks hari ini, Romy menegaskan ada ajakan dari PDIP untuk membangun koalisi bersama. Jika ini terwujud dengan history politik di atas besar kemungkinan KIB akan pecah. Apalagi ada indikasi Koalisi Perubahan yang mengusung Anies juga tengah membangun komunikasi dengan Golkar.

“Belum adanya cawapres definitif yang berpasangan dengan Anies, membuka kemungkinan faksi-faksi di Golkar untuk bermain selain opsi Ganjar. Atau bisa saja KIB tetap bertahan dengan komposisi baru. Namun opsi terakhir sulit terwujud karena partai tersisa, PKB kemungkinan masih bertahan dengan Gerindra,” tandasnya.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1721 seconds (0.1#10.140)