BMKG Prediksi Awal Musim Kemarau pada April 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) memprediksi musim kemarau akan mulai terjadi pada April 2023. Hal ini diungkapkan oleh Kepala BMKG , Dwikorita Karnawati.
"BMKG memprediksi awal musim kemarau terjadi seiring aktifnya Monsun Australia pada bulan April 2023. Jadi dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali," kata Dwikorita Karnawati saat Konferensi Pers secara virtual, Senin (6/3/2023).
Dwikorita menjelaskan, awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin baratan atau Monsun Asia yaitu angin yang bertiup dari arah Benua Asia menuju ke Benua Australia melintasi wilayah kepulauan Indonesia.
"Nah, jadi awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin baratan yaitu angin yang dari Benua Asia beralih menjadi angin timuran," ucap Dwikorita.
"Yaitu ini terjadi transisi peralihan angin akan bertiup dari arah benua atau dari Benua Australia menuju ke benua ke Asia melintasi Indonesia, angin tersebut angin timur yang berasal dari Benua Australia itu disebut sebagai Monsun Australia," tambahnya.
Jadi kata Dwikorita, sekali lagi musim kemarau ini terjadi akibat beralihnya angin yang semula bertiup dari Benua Asia. Hal ini berangsur-angsur bertiup dari Benua Australia, tadinya dari Asia.
Baca juga: BMKG Sebut Perubahan Iklim Makin Mengkhawatirkan
Dwikorita mengungkapkan, musim kemarau ini diawali dengan bertiupnya angin dari Australia, dimulai dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali pada April 2023.
"Kemudian disusul di wilayah Pulau Jawa, kemudian terjadi hampir berkembang di seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei hingga Agustus 2023," ungkapnya.
Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, dari total 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 119 Zona Musim atau 17% diprediksi akan memasuki musim kemarau pada bulan April 2023 yaitu di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa Timur.
Selanjutnya sebanyak 156 Zona Musim atau 22,3% wilayah akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2023 meliputi sebagian Nusa Tenggara, sebagian Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Sumatera Utara, dan Papua bagian selatan.
Sementara itu sebanyak 155 ZOM atau 22,2% wilayah akan memasuki musim kemarau pada bulan Juni 2023 meliputi sebagian besar Sumatera, sebagian kecil Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, dan sebagian Papua.
Sedangkan sejumlah 113 atau zona musim atau 16% dari zona musim lainnya merupakan daerah yang memiliki musim hujan atau musim kemarau sepanjang tahun.
"Jadi hanya punya satu musim, musim hujan saja atau musim kemarau sepanjang tahun, itu di wilayah Indonesia ada sekitar 16% Zona Musim," kata Dwikorita.
Kata Dwikorita, jika dibandingkan terhadap rerata klimatologisnya maka musim kemarau pada tahun ini maju dari rerata klimatologisnya.
"Jadi periode 1991 hingga 2020, jadi rerata kondisi klimatologisnya itu dihitung selama periode 1991 hingga 2020, jadi selama 30 tahun, maka awal musim kemarau 2023 di Indonesia diprediksi maju pada 289 Zona Musim atau 41,34% zona musim mengalami musim kemarau maju, diprediksi maju dan maka awal musim kemarau 2023 di Indonesia diprediksi maju pada 289 zona musim atau 41,34%," tutupnya.
"BMKG memprediksi awal musim kemarau terjadi seiring aktifnya Monsun Australia pada bulan April 2023. Jadi dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali," kata Dwikorita Karnawati saat Konferensi Pers secara virtual, Senin (6/3/2023).
Dwikorita menjelaskan, awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin baratan atau Monsun Asia yaitu angin yang bertiup dari arah Benua Asia menuju ke Benua Australia melintasi wilayah kepulauan Indonesia.
"Nah, jadi awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin baratan yaitu angin yang dari Benua Asia beralih menjadi angin timuran," ucap Dwikorita.
"Yaitu ini terjadi transisi peralihan angin akan bertiup dari arah benua atau dari Benua Australia menuju ke benua ke Asia melintasi Indonesia, angin tersebut angin timur yang berasal dari Benua Australia itu disebut sebagai Monsun Australia," tambahnya.
Jadi kata Dwikorita, sekali lagi musim kemarau ini terjadi akibat beralihnya angin yang semula bertiup dari Benua Asia. Hal ini berangsur-angsur bertiup dari Benua Australia, tadinya dari Asia.
Baca juga: BMKG Sebut Perubahan Iklim Makin Mengkhawatirkan
Dwikorita mengungkapkan, musim kemarau ini diawali dengan bertiupnya angin dari Australia, dimulai dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali pada April 2023.
"Kemudian disusul di wilayah Pulau Jawa, kemudian terjadi hampir berkembang di seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei hingga Agustus 2023," ungkapnya.
Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, dari total 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 119 Zona Musim atau 17% diprediksi akan memasuki musim kemarau pada bulan April 2023 yaitu di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa Timur.
Selanjutnya sebanyak 156 Zona Musim atau 22,3% wilayah akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2023 meliputi sebagian Nusa Tenggara, sebagian Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Sumatera Utara, dan Papua bagian selatan.
Sementara itu sebanyak 155 ZOM atau 22,2% wilayah akan memasuki musim kemarau pada bulan Juni 2023 meliputi sebagian besar Sumatera, sebagian kecil Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, dan sebagian Papua.
Sedangkan sejumlah 113 atau zona musim atau 16% dari zona musim lainnya merupakan daerah yang memiliki musim hujan atau musim kemarau sepanjang tahun.
"Jadi hanya punya satu musim, musim hujan saja atau musim kemarau sepanjang tahun, itu di wilayah Indonesia ada sekitar 16% Zona Musim," kata Dwikorita.
Kata Dwikorita, jika dibandingkan terhadap rerata klimatologisnya maka musim kemarau pada tahun ini maju dari rerata klimatologisnya.
"Jadi periode 1991 hingga 2020, jadi rerata kondisi klimatologisnya itu dihitung selama periode 1991 hingga 2020, jadi selama 30 tahun, maka awal musim kemarau 2023 di Indonesia diprediksi maju pada 289 Zona Musim atau 41,34% zona musim mengalami musim kemarau maju, diprediksi maju dan maka awal musim kemarau 2023 di Indonesia diprediksi maju pada 289 zona musim atau 41,34%," tutupnya.
(maf)