6 Pahlawan Nasional Indonesia asal Sumatera, Nomor Terakhir Perempuan Pejuang Gerilya

Senin, 20 Februari 2023 - 17:53 WIB
loading...
A A A
Belanda sempat merebut Bonjol dalam serangan yang dilancarkan pada 1832. Namun tiga bulan kemudian bisa direbut kembali oleh Imam Bonjol. Pada 16 Agustus 1837, Belanda berhasil menangkap Imam Bonjol lalu mengasingkannya ke Cianjur, Jawa Barat, kemudian dibuang ke Ambon, dan terakhir Manado. Imam Bonjol wafat di Manado pada 6 November 1864 pada usia 92 tahun.

3. Mohammad Hatta
Drs Mohammad Hatta mendapat gelar Pahlawan Proklamator berdasarkan SK Presiden RI Nomor 081/TK/Tahun 1986 tangga; 23 Oktober 1986. Pria kelahiran Bukittinggi. Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 ini merupakan proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia bersama Ir Soekarno.

Bung Hatta menjadi aktivis kemerdekaan RI sejak mahasiswa. Ia menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda, organisasi mahasiswa yang memperjuangkan Indonesia Merdeka. Setelah kembali ke Indonesia pada 1932, ia memimpin Partai Pendidikan Nasional. Karena aktivitas politiknya, Bung Hatta sempat dibuang Belanda ke Boven Digoel, Papua pada 1935, kemudian dipindah ke Banda Neira, Maluku, dan Sukabumi, Jawa Barat.

Pada 17 Agustus 1945, Bung Karno bersama Bung Hatta memproklamasikan Kemerdekkaan RI. Keduanya pun diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden pertama RI. Hatta mengundurkan diri dari kursi Wakil Presiden pada 1956. Bapak Koperasi itu wafat pada 14 Maret 1980 dan dimakamkan di Tanah Kusir Jakarta.

4. Tuanku Tambusai
Pahlawan nasional yang berasal dari Sumatera berikutnya adalah Harimau Paderi Dari Rokan yang lebih populer dengan nama Tuanku Tambusai. Beliau berasal dari Riau, lahir di Rokan Hulu pada 5 November 1784, dan berjuang di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya hingga 15 tahun untuk melawan penjajahan Belanda.

5. Sultan Mahmud Badaruddin II
Sultan Mahmud Badaruddin II mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 063/TK/Tahun 1984 Tanggal 20 Oktober 1984. Tokoh kelahiran Palembang pada 1768 ini merupakan kepala Kesultanan Palembang Darussalam yang memerintah selama dua periode, 1803-1813 dan 1818-1821.

Kolonial Belanda yang ingin menguasasi Palembang mendapatkan perlawanan dari pasukan Sultan Badaruddin II. Setelah tiga hari tiga malam, Belanda kalah dalam pertempuan. Belanda mencoba berulang kali melakukan serangan tapi tak mampu mengalahkan pasukan Kesultanan Palembang.

Tak kekurangan akal, Belanda mengajak Sultan Badaruddin II untuk berunding. Dalam perundingan itu, Sultan Badaruddin II ditangkap dan dibuang ke Batavia dan diasingkan ke Ternate. Ia wafat pada 22 November 1852.

6. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dien diberikan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/Tahun 1964 Tanggal 2 Mei 1964. Perempuan kelahiran Lampadang, Aceh Besar pada 1848 ini merupakan istri dari pejuang Aceh, Teuku Ibrahim Lamnga.

Perang Aceh meletus pada 1873 dan dua tahun setelahnya Belada mampu menduduki daerah VI Mukim. Pada 1978, suami Cut Nyak Dien meninggal dunia dalam pertempuran melawan Belanda. Cut Nyak pun bertekad meneruskan perjuangan dan membalas kematian suaminya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1147 seconds (0.1#10.140)