6 Pahlawan Nasional Indonesia asal Sumatera, Nomor Terakhir Perempuan Pejuang Gerilya

Senin, 20 Februari 2023 - 17:53 WIB
loading...
6 Pahlawan Nasional Indonesia asal Sumatera, Nomor Terakhir Perempuan Pejuang Gerilya
Tuanku Imam Bonjol, Sisingamangaraja XII, dan Cut Nyak Dien merupakan Pahlawan Nasional asal Sumatera. FOTO/ENSIKLOPEDIA PAHLAWAN NASIONAL Dirjen Kebudayaan
A A A
JAKARTA - Enam pahlawan nasional Indonesia berasal dari Pulau Sumatera. Salah satunya menjadi adalah pendiri bangsa yang memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia bersama Ir Soekarno.

Gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada sosok yang berkontribusi dan berjasa besar kepada Indonesia. Sosok pahlawan nasional berasal dari berbagai daerah, salah satunya Pulau Sumatera.

Sumatera adalah pulau di bagian barat Indonesia dan merupakan pulau terbesar keenam di dunia dengan luas 443.065,8 kilometer persegi. Sumatera memiliki banyak julukan antara lain Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa yang berarti Pulau Emas.

Saat ini terdapat 10 provinsi di Pulau Sumatera. Masing-masing Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, dan Lampung. Lalu siapa saja pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Sumatera?

Berikut nama-nama beserta biografi singkatnya yang dikutip dari Ensiklopedi Pahlawan Nasional yang disusun oleh Julinar Said dan Triana Wulandari terbital Dirjen Kebudayaan pada 1995.

1. Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 590/Tahun 1961 Tanggal 9 November 1961. Selain seorang raja, sosok yang lahir di Bakkara, Tapanuli Utara pada 1849 ini juga menjadi kepala adat sekaligus pemimpin agama yang disebut Parmalim.

Raja yang memiliki nama lain Patuan Bosar Ompu Pulo Batu dikenal sebagai pemimpin yang menentang kolonial, terutama sejak Belanda menduduki tanah Batak. Pada 1878, Sisingamangaraja XII kemudian melancarkan serangan ke pos-pos Belanda di Tarutung, Balige, dan Bakkar. Serangan juga dilancarkan pos Belanda di Tangga Batu pada 1884.

Belanda akhirnya mengetahui persembunyian Sisingamangaraja XII pada 17 Juni 1907 dan mengepungnya. Perlawanan dilakukan hingga titik darah penghabisan, Sisingamangaraja XII pun gugur dalam pertempuan itu.

2. Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol diberikan gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973 tertanggal 6 November 1973. Tokoh bernama asli Muhammad Shahab ini adalah pemimpin Perang Padri yang kisahnya sangat populer di masyarakat (1803-1838).

Bonjol merupakan nama desa kecil yang didirikan oleh Muhammad Shahab. Desa ini diperkuat diperkuat benteng dari tanah liat sebagai respons atas pertentangan antara kaum adat dan kaum paderi (kaum agama) waktu itu.
Pertentangan dua kaum itu kemudian membawa Imam Bonjol dalam perlawanan kepada Belanda karena pihak kolonial memihak kepada kaum adat.

Belanda sempat merebut Bonjol dalam serangan yang dilancarkan pada 1832. Namun tiga bulan kemudian bisa direbut kembali oleh Imam Bonjol. Pada 16 Agustus 1837, Belanda berhasil menangkap Imam Bonjol lalu mengasingkannya ke Cianjur, Jawa Barat, kemudian dibuang ke Ambon, dan terakhir Manado. Imam Bonjol wafat di Manado pada 6 November 1864 pada usia 92 tahun.

3. Mohammad Hatta
Drs Mohammad Hatta mendapat gelar Pahlawan Proklamator berdasarkan SK Presiden RI Nomor 081/TK/Tahun 1986 tangga; 23 Oktober 1986. Pria kelahiran Bukittinggi. Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 ini merupakan proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia bersama Ir Soekarno.

Bung Hatta menjadi aktivis kemerdekaan RI sejak mahasiswa. Ia menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda, organisasi mahasiswa yang memperjuangkan Indonesia Merdeka. Setelah kembali ke Indonesia pada 1932, ia memimpin Partai Pendidikan Nasional. Karena aktivitas politiknya, Bung Hatta sempat dibuang Belanda ke Boven Digoel, Papua pada 1935, kemudian dipindah ke Banda Neira, Maluku, dan Sukabumi, Jawa Barat.

Pada 17 Agustus 1945, Bung Karno bersama Bung Hatta memproklamasikan Kemerdekkaan RI. Keduanya pun diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden pertama RI. Hatta mengundurkan diri dari kursi Wakil Presiden pada 1956. Bapak Koperasi itu wafat pada 14 Maret 1980 dan dimakamkan di Tanah Kusir Jakarta.

4. Tuanku Tambusai
Pahlawan nasional yang berasal dari Sumatera berikutnya adalah Harimau Paderi Dari Rokan yang lebih populer dengan nama Tuanku Tambusai. Beliau berasal dari Riau, lahir di Rokan Hulu pada 5 November 1784, dan berjuang di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya hingga 15 tahun untuk melawan penjajahan Belanda.

5. Sultan Mahmud Badaruddin II
Sultan Mahmud Badaruddin II mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 063/TK/Tahun 1984 Tanggal 20 Oktober 1984. Tokoh kelahiran Palembang pada 1768 ini merupakan kepala Kesultanan Palembang Darussalam yang memerintah selama dua periode, 1803-1813 dan 1818-1821.

Kolonial Belanda yang ingin menguasasi Palembang mendapatkan perlawanan dari pasukan Sultan Badaruddin II. Setelah tiga hari tiga malam, Belanda kalah dalam pertempuan. Belanda mencoba berulang kali melakukan serangan tapi tak mampu mengalahkan pasukan Kesultanan Palembang.

Tak kekurangan akal, Belanda mengajak Sultan Badaruddin II untuk berunding. Dalam perundingan itu, Sultan Badaruddin II ditangkap dan dibuang ke Batavia dan diasingkan ke Ternate. Ia wafat pada 22 November 1852.

6. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dien diberikan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/Tahun 1964 Tanggal 2 Mei 1964. Perempuan kelahiran Lampadang, Aceh Besar pada 1848 ini merupakan istri dari pejuang Aceh, Teuku Ibrahim Lamnga.

Perang Aceh meletus pada 1873 dan dua tahun setelahnya Belada mampu menduduki daerah VI Mukim. Pada 1978, suami Cut Nyak Dien meninggal dunia dalam pertempuran melawan Belanda. Cut Nyak pun bertekad meneruskan perjuangan dan membalas kematian suaminya.

Cut Nyak Dien kembali menikah dengan pejuang Aceh, Teuku Umar. Namun suaminya itu pun gugur dalam medan pertempuran pada 1899. Sejak saat itu, Cut Nyak Dien terus menjalankan perang gerilya. Namun dia akhirnya tertangkap pasukan Belanda kemudian dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. Cut Nyak Dien meninggal dunia pada 6 November 1908.

MG/Tazakka Artesa Hidayat
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1294 seconds (0.1#10.140)