Intensitas Bencana Meningkat, BNPB: Tercatat 66 Kali Selama Sepekan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ) melaporkan, kejadian bencana pada pertengahan Februari 2023 kembali naik. Informasi ini diungkapkan oleh Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB , Abdul Muhari.
Dijelaskan Abdul Muhari, tercatat per periode 6 sampai 12 Februari 2023 sebanyak 66 kejadian bencana melanda. Sementara pada periode 30 Januari sampai 5 Februari 2023 tercatat sebanyak 57 kejadian bencana.
"Sampai 12 Februari ini mengalami 66 kali kejadian bencana, udah mulai naik lagi," kata ungkap Aam sapaan akrab Abdul Muhari saat Konferensi Pers secara virtual, Senin (13/2/2023).
Baca juga: BNPB Sebut 95% Bencana di Indonesia adalah Bencana Hidrometeorologi
Aam mengatakan, kenaikan kejadian bencana ini tidak terlepas ketika memasuki musim penghujan. "Proporsinya karena ini sudah mau mulai di penghujung musim hujan dan tentu saja kalau kita bicara penghujung, juga kita berbicara puncak musim hujan," ujarnya.
"Ada cuaca ekstrem yang dibarengi dengan curah hujan tinggi 45% sebanyak 30 kejadian, banjir 18 kejadian 27%, tanah longsor sembilan kejadian. Ada gempa bumi tiga kali kejadian yang cukup signifikan di sini kita lihat distribusi korban yang ditimbulkan gempa bumi ada empat orang," tambah Aam.
Selain itu, Aam juga melaporkan bahwa cuaca ekstrem cukup membawa kerusakan yang signifikan meskipun rusak ringan.
"Untuk distribusi secara spasial kita lihat cukup merata kecuali di Papua. Tapi terakhir juga ada banjir bandang dan cukup deras di kawasan PT Freeport. Tapi secara umum kita lihat Sumatera ada, kemudian Kalimantan Sulawesi dan Jawa dan Nusa Tenggara," jelasnya.
Aam mengatakan, akibat 66 kejadian bencana itu tercatat sebanyak 35 orang mengungsi dan 6 orang meninggal dunia. "Akibatnya ada 35 ribu pengungsi, ada 5.500 rumah terendam dan ada 6 meninggal dunia, 4 dari gempa, 1 cuaca ekstrem 1 banjir," jelasnya.
"Jawa cukup banyak cuaca ekstrem. Ini kita lihat memang distribusinya Jawa masih jadi center jadi pusat dengan frekuensi kejadian bencana yang paling tinggi. Di sini kita lihat di Sumatera tidak terlalu banyak tapi Aceh masih menjadi yang paling banyak kejadian, ada banjir kemudian cuaca ekstrem, dan di sini ada karhutla. Jadi ada cuaca ekstrem dan karhutla," tutupnya.
Dijelaskan Abdul Muhari, tercatat per periode 6 sampai 12 Februari 2023 sebanyak 66 kejadian bencana melanda. Sementara pada periode 30 Januari sampai 5 Februari 2023 tercatat sebanyak 57 kejadian bencana.
"Sampai 12 Februari ini mengalami 66 kali kejadian bencana, udah mulai naik lagi," kata ungkap Aam sapaan akrab Abdul Muhari saat Konferensi Pers secara virtual, Senin (13/2/2023).
Baca juga: BNPB Sebut 95% Bencana di Indonesia adalah Bencana Hidrometeorologi
Aam mengatakan, kenaikan kejadian bencana ini tidak terlepas ketika memasuki musim penghujan. "Proporsinya karena ini sudah mau mulai di penghujung musim hujan dan tentu saja kalau kita bicara penghujung, juga kita berbicara puncak musim hujan," ujarnya.
"Ada cuaca ekstrem yang dibarengi dengan curah hujan tinggi 45% sebanyak 30 kejadian, banjir 18 kejadian 27%, tanah longsor sembilan kejadian. Ada gempa bumi tiga kali kejadian yang cukup signifikan di sini kita lihat distribusi korban yang ditimbulkan gempa bumi ada empat orang," tambah Aam.
Selain itu, Aam juga melaporkan bahwa cuaca ekstrem cukup membawa kerusakan yang signifikan meskipun rusak ringan.
"Untuk distribusi secara spasial kita lihat cukup merata kecuali di Papua. Tapi terakhir juga ada banjir bandang dan cukup deras di kawasan PT Freeport. Tapi secara umum kita lihat Sumatera ada, kemudian Kalimantan Sulawesi dan Jawa dan Nusa Tenggara," jelasnya.
Aam mengatakan, akibat 66 kejadian bencana itu tercatat sebanyak 35 orang mengungsi dan 6 orang meninggal dunia. "Akibatnya ada 35 ribu pengungsi, ada 5.500 rumah terendam dan ada 6 meninggal dunia, 4 dari gempa, 1 cuaca ekstrem 1 banjir," jelasnya.
"Jawa cukup banyak cuaca ekstrem. Ini kita lihat memang distribusinya Jawa masih jadi center jadi pusat dengan frekuensi kejadian bencana yang paling tinggi. Di sini kita lihat di Sumatera tidak terlalu banyak tapi Aceh masih menjadi yang paling banyak kejadian, ada banjir kemudian cuaca ekstrem, dan di sini ada karhutla. Jadi ada cuaca ekstrem dan karhutla," tutupnya.
(maf)