Polri Ingin Adopsi Aplikasi yang Bisa Deteksi Kerusuhan di Stadion

Rabu, 01 Februari 2023 - 19:20 WIB
loading...
Polri Ingin Adopsi Aplikasi yang Bisa Deteksi Kerusuhan di Stadion
Asops Kapolri Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi (dua kanan) mendampingi Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo saat penutupan Kursus Manajemen Pengamanan Stadion oleh tim pengajar dari Conventery University Inggris di Gedung Rupatama, Mabes Polri.
A A A
JAKARTA - Polri ingin mengadopsi aplikasi yang digunakan oleh Kepolisian Amerika Serikat. Sebab aplikasi itu bisa mendeteksi adanya kemungkinan kerusuhan pada suatu stadion.

"Apabila terjadi insiden dapat mendeteksi. Aplikasi yang tentu perlu kita pelajari dan akan kita manfaatkan untuk kompetisi sepak bola khususnya dalam pengamanan," kata Asops Kapolri Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi saat penutupan Kursus Manajemen Pengamanan Stadion oleh tim pengajar dari Conventery University Inggris di Gedung Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2023).

Agung menjelaskan kursus tersebut berjalan selama sembilan hari sejak 25 Januari hingga 2 Februari 2023. Adapun tempat kursus tersebut berlangsung di Hotel Century Park, Jakarta Pusat, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), dan Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat.



Kursus tersebut, kata Agung, selain diikuti oleh Polri, juga oleh beberapa kementerian/lembaga. Antara lain, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT LIB (Liga Indonesia Baru).



Agung mengatakan, pada simulasi pengamanan SUGBK terdapat sejumlah temuan. Terdapat ancaman terhadap dua objek vital yang berdekatan. "Yaitu gedung DPR perkantoran pemerintah dan pusat perbelanjaan," ujar Agung.

Agung menambahkan, pada SUGBK terdapat pintu masuk cukup banyak pada akses stadion yaitu 94 pintu kecil untuk kecil dan 20 akses jalan raya menuju ke SUGBK. Agung juga menyebutkan pihak pengelola SUGBK belum menjalan manajemen resiko secara maksimal. "Kemudian manajemen risiko belum dijalankan maksimal oleh pengelola," tutup Agung.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0983 seconds (0.1#10.140)