Keberhasilan Indonesia di Presidensi G-20 Diharapkan Berlanjut saat Memimpin ASEAN
loading...
A
A
A
Tantangan lainnya, tambah Farhan, adalah dalam bentuk sejumlah persoalan perbatasan antara Tiongkok dan sejumlah negara ASEAN. "Bagaimana kita mampu mengatasi potensi sengketa perbatasan itu sangat menentukan kesuksesan kepemimpinan Indonesia di ASEAN," kata Farhan.
Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengungkapkan kondisi ekonomi dunia akan sangat memengaruhi besarnya tantangan saat Indonesia sebagai Ketua ASEAN. Tantangannya, dalam bentuk pertumbuhan ekonomi global yang hanya 1,7%. Menurut dia, sekitar 95% negara maju pertumbuhan ekonominya melambat dan 70% negara berkembang pertumbuhan ekonominya juga melambat. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya tumbuh single digit antara 3%-5%.
”Dampaknya, dunia akan berpotensi mengalami peningkatan biaya hidup dan perselisihan ekonomi antarnegara. Belum lagi, ancaman dari cuaca ekstrem dan bencana alam serta potensi kegagalan mitigasi perubahan iklim, serta polarisasi sosial semakin melebar,” katanya.
Berdasarkan kondisi tersebut, ujar dia, ASEAN menghadapi tantangan yang tidak mudah, seperti bagaimana mengaplikasikan sejumlah kesepakatan terkait penyelesaian krisis di Myanmar, sekaligus mewujudkan ASEAN sebagai kawasan yang paling stabil di dunia.
“Krisis Myanmar merupakan salah satu persoalan yang mengganggu kerja sama dengan mitra-mitra di luar ASEAN. Sehingga penuntasan krisis Myanmar akan sangat menentukan kesuksesan Indonesia dalam memimpin ASEAN,” katanya.
Direktur Perundingan Perdagangan ASEAN Kementerian Perdagangan (Kemendag) Dina Kurniasari mengungkapkan dalam kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada sektor ekonomi dicanangkan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi dunia.
“Untuk merealisasikan target itu sejumlah langkah yang dilakukan harus adaptif, inklusif dan berketahanan, sehingga pengembangan ekonomi harus strategis dan berdampak luas serta sejalan dengan hasil dari Presidensi G-20 dan menarik bagi dunia usaha,” katanya.
Tiga kelompok besar dalam prioritas langkah ekonomi yang harus didorong, tegas Dina, adalah upaya pemulihan ekonomi, pengembangan ekonomi digital, dan pembangunan berkelanjutan. Sejumlah kerangka perjanjian kerja sama perdagangan dan industri harus disepakati demi percepatan pertumbuhan ekonomi di kawasan.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Randy Wirasta Nandyatama berpendapat dalam menjalankan kepemimpinan di ASEAN, Indonesia bisa menerapkan konsep politik luar negeri Bebas Aktif yang digagas Bung Hatta.
“Politik luar negeri yang bebas dan aktif mengedepankan nilai-nilai independensi dan berkomitmen serius terhadap antikolonial, mewujudkan perdamaian, serta membangun prinsip kerja sama,” ucapnya.
Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengungkapkan kondisi ekonomi dunia akan sangat memengaruhi besarnya tantangan saat Indonesia sebagai Ketua ASEAN. Tantangannya, dalam bentuk pertumbuhan ekonomi global yang hanya 1,7%. Menurut dia, sekitar 95% negara maju pertumbuhan ekonominya melambat dan 70% negara berkembang pertumbuhan ekonominya juga melambat. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya tumbuh single digit antara 3%-5%.
”Dampaknya, dunia akan berpotensi mengalami peningkatan biaya hidup dan perselisihan ekonomi antarnegara. Belum lagi, ancaman dari cuaca ekstrem dan bencana alam serta potensi kegagalan mitigasi perubahan iklim, serta polarisasi sosial semakin melebar,” katanya.
Berdasarkan kondisi tersebut, ujar dia, ASEAN menghadapi tantangan yang tidak mudah, seperti bagaimana mengaplikasikan sejumlah kesepakatan terkait penyelesaian krisis di Myanmar, sekaligus mewujudkan ASEAN sebagai kawasan yang paling stabil di dunia.
“Krisis Myanmar merupakan salah satu persoalan yang mengganggu kerja sama dengan mitra-mitra di luar ASEAN. Sehingga penuntasan krisis Myanmar akan sangat menentukan kesuksesan Indonesia dalam memimpin ASEAN,” katanya.
Direktur Perundingan Perdagangan ASEAN Kementerian Perdagangan (Kemendag) Dina Kurniasari mengungkapkan dalam kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada sektor ekonomi dicanangkan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi dunia.
“Untuk merealisasikan target itu sejumlah langkah yang dilakukan harus adaptif, inklusif dan berketahanan, sehingga pengembangan ekonomi harus strategis dan berdampak luas serta sejalan dengan hasil dari Presidensi G-20 dan menarik bagi dunia usaha,” katanya.
Tiga kelompok besar dalam prioritas langkah ekonomi yang harus didorong, tegas Dina, adalah upaya pemulihan ekonomi, pengembangan ekonomi digital, dan pembangunan berkelanjutan. Sejumlah kerangka perjanjian kerja sama perdagangan dan industri harus disepakati demi percepatan pertumbuhan ekonomi di kawasan.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Randy Wirasta Nandyatama berpendapat dalam menjalankan kepemimpinan di ASEAN, Indonesia bisa menerapkan konsep politik luar negeri Bebas Aktif yang digagas Bung Hatta.
“Politik luar negeri yang bebas dan aktif mengedepankan nilai-nilai independensi dan berkomitmen serius terhadap antikolonial, mewujudkan perdamaian, serta membangun prinsip kerja sama,” ucapnya.