Sejarah dan Makna di Balik Tema Hari Gizi Nasional 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hari Gizi Nasional (HGN) diperingati setiap 25 Januari. Pada peringatan HGN 2023, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengusung tema Protein Hewani Cegah Stunting dengan slogan Protein Hewani Setiap Makan dan Isi Piringku Kaya Protein Hewani.
Mengutip situs resmi Kemenkes, tema Protein Hewani Cegah Stunting sengaja diangkat pada HGN 2023 karena persoalan stunting belum sepenuhnya tertangani. Sementara di sisi lain, konsumsi protein hewani terbukti mampu mencegah stunting.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015, stunting didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan jika tidak tertangani karena akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM) sebuah bangsa di masa mendatang.
Angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kemenkes, prevalensi balita yang mengalami stunting di Indonesia sebanyak 24,4% pada 2021. Angka ini memang menurun dibanding 2019 yang sebesar 27,7%. Namun angka tersebut masih jauh dari target yang dicanangkan Kemenkes pada 2024 sebesar 14%.
Stunting terjadi dari sebelum lahir dan mengalami peningkatan paling banyak pada rentang usia 6 bulan sebesar 13,8% menuju 12 bulan sebesar 27,2%. Karena itu, gizi untuk ibu hamil, ibu menyusui, hingga fase MPASI sangat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya stunting.
Sayangnya, asupan protein hewani dalam makanan pendamping sering kali tidak begitu dilirik oleh para ibu. Padahal, terjadi peningkatan risiko stunting hingga 1,8 kali lipat pada anak usia 12-23 bulan.
Protein hewani sangat mampu untuk mencegah terjadinya stunting. Sesuai penelitian, anak yang mengkonsumsi protein hewani secara rutin, telah memenuhi <80% AKP (Angka Kecukupan Protein).
Namun mirisnya, Indonesia dengan potensi sumber daya hewani yang berlimpah, justru menjadi negara dengan konsumsi protein hewani terendah. Berdasarkan data Susenas 2022, rata-rata konsumsi protein per kapita sehari 62.21 gram (di atas standar 57 gram), tetapi konsumsi telur dan susu 3,37 gram, daging 4,79 gram, dan ikan/udang/cumi/kerang 9,58%.
"Peningkatan gizi masyarakat pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan protein hewani setiap makan akan mempercepat penurunan stunting," tulis Kemenkes.
Sejarah Hari Gizi Nasional (HGN)
Dalam sejarahnya, upaya perbaikan gizi masyarakat di Indonesia telah dimulai sejak 1950, saat Menteri Kesehatan Dokter J Leimena mengangkat Profesor Poorwo Soedarmo sebagai Kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR). Waktu itu LMR lebih dikenal sebagai Instituut Voor Volksvoeding (IVV), bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan yang dikenal sebagai Lembaga Eijckman. Atas kontribusinya, Poorwo Soedarmo kemudian dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia.
HGN digelar untuk memperingati dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia dengan berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan oleh LMR pada 25 Januari 1951. Sejak saat itu pendidikan tenaga gizi terus berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian disepakati 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional Indonesia.
HGN pertama kali diadakan oleh LMR pada pertengahan 1960-an. Kemudian dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak 1970-an hingga sekarang. Peringatan HGN adalah momentum penting dalam menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen bersama membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi melalui gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan. HGN diharapkan dapat ikut mendorong pencapaian RPJMN bidang kesehatan.
MG/Rizky Annisa Sabrina
Mengutip situs resmi Kemenkes, tema Protein Hewani Cegah Stunting sengaja diangkat pada HGN 2023 karena persoalan stunting belum sepenuhnya tertangani. Sementara di sisi lain, konsumsi protein hewani terbukti mampu mencegah stunting.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015, stunting didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan jika tidak tertangani karena akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM) sebuah bangsa di masa mendatang.
Angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kemenkes, prevalensi balita yang mengalami stunting di Indonesia sebanyak 24,4% pada 2021. Angka ini memang menurun dibanding 2019 yang sebesar 27,7%. Namun angka tersebut masih jauh dari target yang dicanangkan Kemenkes pada 2024 sebesar 14%.
Stunting terjadi dari sebelum lahir dan mengalami peningkatan paling banyak pada rentang usia 6 bulan sebesar 13,8% menuju 12 bulan sebesar 27,2%. Karena itu, gizi untuk ibu hamil, ibu menyusui, hingga fase MPASI sangat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya stunting.
Sayangnya, asupan protein hewani dalam makanan pendamping sering kali tidak begitu dilirik oleh para ibu. Padahal, terjadi peningkatan risiko stunting hingga 1,8 kali lipat pada anak usia 12-23 bulan.
Protein hewani sangat mampu untuk mencegah terjadinya stunting. Sesuai penelitian, anak yang mengkonsumsi protein hewani secara rutin, telah memenuhi <80% AKP (Angka Kecukupan Protein).
Namun mirisnya, Indonesia dengan potensi sumber daya hewani yang berlimpah, justru menjadi negara dengan konsumsi protein hewani terendah. Berdasarkan data Susenas 2022, rata-rata konsumsi protein per kapita sehari 62.21 gram (di atas standar 57 gram), tetapi konsumsi telur dan susu 3,37 gram, daging 4,79 gram, dan ikan/udang/cumi/kerang 9,58%.
"Peningkatan gizi masyarakat pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan protein hewani setiap makan akan mempercepat penurunan stunting," tulis Kemenkes.
Sejarah Hari Gizi Nasional (HGN)
Dalam sejarahnya, upaya perbaikan gizi masyarakat di Indonesia telah dimulai sejak 1950, saat Menteri Kesehatan Dokter J Leimena mengangkat Profesor Poorwo Soedarmo sebagai Kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR). Waktu itu LMR lebih dikenal sebagai Instituut Voor Volksvoeding (IVV), bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan yang dikenal sebagai Lembaga Eijckman. Atas kontribusinya, Poorwo Soedarmo kemudian dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia.
HGN digelar untuk memperingati dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia dengan berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan oleh LMR pada 25 Januari 1951. Sejak saat itu pendidikan tenaga gizi terus berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian disepakati 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional Indonesia.
HGN pertama kali diadakan oleh LMR pada pertengahan 1960-an. Kemudian dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak 1970-an hingga sekarang. Peringatan HGN adalah momentum penting dalam menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen bersama membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi melalui gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan. HGN diharapkan dapat ikut mendorong pencapaian RPJMN bidang kesehatan.
MG/Rizky Annisa Sabrina
(abd)