Pandemi Covid-19 Picu Kebangkitan Riset dan Inovasi Dalam Negeri
Senin, 13 Juli 2020 - 07:02 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang hingga kini belum ditemukan penangkalnya ternyata menjadi pemicu kemunculan riset dan inovasi di dalam negeri. Sedikitnya 57 produk inovasi yang sebagian sudah dihilirisasi dan mendapat mitra dari kalangan industri.
Bahkan, ada sejumlah hasil riset yang bisa masuk ke tahapan industri hanya dalam waktu yang relatif singkat. Ini tentu menjadi kabar baik sehingga ke depan hasil inovasi ini bisa mempercepat penanganan Covid-19.
“Pada 20 Mei pas Hari Kebangkitan Nasional lalu ada 57 produk inovasi yang sebagian sudah dihilirisasi dan bisa diproduksi dalam jumlah besar,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta baru-baru ini.
Dia menambahkan, Kemenristek/BRIN telah membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons secara cepat penyakit Covid-19 yang secara singkat disebut sebagai Konsorsium Covid-19 pada Maret lalu. Kemudian, pada Mei 2020 Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 menyelenggarakan program pendanaan riset dan inovasi untuk para peneliti dan perekayasa yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan untuk menangani pandemi Covid-19.
Program pendanaan dimaksudkan untuk melakukan diseminasi hasil penelitian serta mendorong sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, pusat penelitian, rumah sakit, dan/atau industri dalam kerangka hilirisasi hasil-hasil riset. (Baca: Covid-19 Kembali Melonjak, Anies: Jika Masyarakat tak Disiplin PSBB Bisa Kembali Diperketat)
“Kami mengapresiasi semua peneliti yang terlibat pada tahap pertama karena dalam waktu 2-3 bulan saja sudah banyak output yang dihasilkan dari pendanaan tersebut,” ujarnya.
Dia mencontohkan, satu di antara output yang sudah diluncurkan ialah rapid test RI-GHA Covid-19 atau Rapid Diagnostic Test IgG/IgM hasil yang dikembangkan oleh Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) bersama Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Institut Teknologi Bandung, Universitas Mataram, dan PT Hepatika Mataram.
“Alat rapid test ini menjadi simbol kegiatan riset terkait Covid-19 dalam waktu singkat bisa dilakukan kalau kita mau kolaborasi dan sinergi,” katanya.
Bambang berharap pandemi korona sebagai momentum untuk Konsorsium Riset Covid-19 guna membuat riset dan inovasi Indonesia naik kelas. Dengan begitu, yang tadinya riset dan inovasi karya anak bangsa tidak dilirik kini bisa diperhatikan karena telah berhasil membuat sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Bahkan, ada sejumlah hasil riset yang bisa masuk ke tahapan industri hanya dalam waktu yang relatif singkat. Ini tentu menjadi kabar baik sehingga ke depan hasil inovasi ini bisa mempercepat penanganan Covid-19.
“Pada 20 Mei pas Hari Kebangkitan Nasional lalu ada 57 produk inovasi yang sebagian sudah dihilirisasi dan bisa diproduksi dalam jumlah besar,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta baru-baru ini.
Dia menambahkan, Kemenristek/BRIN telah membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons secara cepat penyakit Covid-19 yang secara singkat disebut sebagai Konsorsium Covid-19 pada Maret lalu. Kemudian, pada Mei 2020 Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 menyelenggarakan program pendanaan riset dan inovasi untuk para peneliti dan perekayasa yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan untuk menangani pandemi Covid-19.
Program pendanaan dimaksudkan untuk melakukan diseminasi hasil penelitian serta mendorong sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, pusat penelitian, rumah sakit, dan/atau industri dalam kerangka hilirisasi hasil-hasil riset. (Baca: Covid-19 Kembali Melonjak, Anies: Jika Masyarakat tak Disiplin PSBB Bisa Kembali Diperketat)
“Kami mengapresiasi semua peneliti yang terlibat pada tahap pertama karena dalam waktu 2-3 bulan saja sudah banyak output yang dihasilkan dari pendanaan tersebut,” ujarnya.
Dia mencontohkan, satu di antara output yang sudah diluncurkan ialah rapid test RI-GHA Covid-19 atau Rapid Diagnostic Test IgG/IgM hasil yang dikembangkan oleh Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) bersama Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Institut Teknologi Bandung, Universitas Mataram, dan PT Hepatika Mataram.
“Alat rapid test ini menjadi simbol kegiatan riset terkait Covid-19 dalam waktu singkat bisa dilakukan kalau kita mau kolaborasi dan sinergi,” katanya.
Bambang berharap pandemi korona sebagai momentum untuk Konsorsium Riset Covid-19 guna membuat riset dan inovasi Indonesia naik kelas. Dengan begitu, yang tadinya riset dan inovasi karya anak bangsa tidak dilirik kini bisa diperhatikan karena telah berhasil membuat sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat.
tulis komentar anda