Pandemi Covid-19 Picu Kebangkitan Riset dan Inovasi Dalam Negeri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang hingga kini belum ditemukan penangkalnya ternyata menjadi pemicu kemunculan riset dan inovasi di dalam negeri. Sedikitnya 57 produk inovasi yang sebagian sudah dihilirisasi dan mendapat mitra dari kalangan industri.
Bahkan, ada sejumlah hasil riset yang bisa masuk ke tahapan industri hanya dalam waktu yang relatif singkat. Ini tentu menjadi kabar baik sehingga ke depan hasil inovasi ini bisa mempercepat penanganan Covid-19.
“Pada 20 Mei pas Hari Kebangkitan Nasional lalu ada 57 produk inovasi yang sebagian sudah dihilirisasi dan bisa diproduksi dalam jumlah besar,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta baru-baru ini.
Dia menambahkan, Kemenristek/BRIN telah membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons secara cepat penyakit Covid-19 yang secara singkat disebut sebagai Konsorsium Covid-19 pada Maret lalu. Kemudian, pada Mei 2020 Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 menyelenggarakan program pendanaan riset dan inovasi untuk para peneliti dan perekayasa yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan untuk menangani pandemi Covid-19.
Program pendanaan dimaksudkan untuk melakukan diseminasi hasil penelitian serta mendorong sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, pusat penelitian, rumah sakit, dan/atau industri dalam kerangka hilirisasi hasil-hasil riset. (Baca: Covid-19 Kembali Melonjak, Anies: Jika Masyarakat tak Disiplin PSBB Bisa Kembali Diperketat)
“Kami mengapresiasi semua peneliti yang terlibat pada tahap pertama karena dalam waktu 2-3 bulan saja sudah banyak output yang dihasilkan dari pendanaan tersebut,” ujarnya.
Dia mencontohkan, satu di antara output yang sudah diluncurkan ialah rapid test RI-GHA Covid-19 atau Rapid Diagnostic Test IgG/IgM hasil yang dikembangkan oleh Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) bersama Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Institut Teknologi Bandung, Universitas Mataram, dan PT Hepatika Mataram.
“Alat rapid test ini menjadi simbol kegiatan riset terkait Covid-19 dalam waktu singkat bisa dilakukan kalau kita mau kolaborasi dan sinergi,” katanya.
Bambang berharap pandemi korona sebagai momentum untuk Konsorsium Riset Covid-19 guna membuat riset dan inovasi Indonesia naik kelas. Dengan begitu, yang tadinya riset dan inovasi karya anak bangsa tidak dilirik kini bisa diperhatikan karena telah berhasil membuat sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat.
”Dan menjadi kebanggaan kita semua sebagai bangsa karena ketika putra-putri bangsa berhasil menghasilkan sesuatu di situ masyarakat sadar pentingnya riset dan inovasi. Terpenting Indonesia memiliki peneliti yang andal dan berdedikasi untuk hasilkan sesuatu bagi bangsa dan negara,” katanya.
Untuk pendanaan tahap dua, Bambang berharap ada riset terkait alat kesehatan. Dia memuji bahwa tahap pertama sudah dibuat ventilator yang sangat membantu sekali dalam penanganan pasien yang kesulitan bernafas. Selain itu, juga sudah ada test kit baik berbentuk PCR dan rapid test.
Namun, untuk selanjutnya dia berharap ada riset untuk alat yang masih impor seperti bahan untuk antigen yang masih impor. Berikutnya Reagen yang dibutuhkan untuk tes PCR yang juga masih impor sehingga menghambat untuk melakukan tes secara masif.
Plt Sekretaris Utama Kemenristek/BRIN Mego Pinandito menyatakan, proposal penerima dana penelitian tahap kedua yang lolos merupakan proposal-proposal unggul yang diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya percepatan penanganan Covid-19. (Baca juga: Ahli Virus China Melarikan Diri ke AS, Klaim Beijing Menutup-nutupi Corona)
“Dari kriteria yang sudah ditetapkan menghasilkan proposal-proposal yang sebetulnya adalah proposal-proposal unggul yang diharapkan pada prosesnya nanti bisa dilakukan percepatan-percepatan dan menghasilkan produk-produk riset dan inovasi yang bisa bermanfaat, baik langsung maupun tidak langsung di dalam penanganan Covid-19 ini,” ungkap Mego Pinandito.
Dari 903 judul proposal yang masuk, telah dilakukan proses reviu dan penilaian sehingga yang lolos sebanyak 139 proposal. Adapun proposal tersebut meliputi lima bidang prioritas, yakni Pencegahan (30 proposal); Skrining dan Diagnosis (15 proposal); Alat Kesehatan dan Pendukung (34 proposal); Obat-obatan, Terapi, dan Multicenter Clinic (19 proposal); dan Sosial Humaniora dan Public Health Modelling (41 proposal) dengan total dana yang diberikan sebesar Rp27,3 miliar.
Sementara itu, Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Rionald Silaban mengatakan, Indonesia memerlukan langkah cepat dan tepat serta ada sinergitas untuk penanganan korona. Konsorsium riset yang dibentuk Kemenristek/BRIN merupakan satu di antara wujud nyata dari langkah tersebut. ”Oleh karena itu, LPDP menyambut baik pendanaan konsorsium ini,” katanya.
Rionald menjelaskan, LPDP telah melakukan refocusing anggaran riset untuk mendukung percepatan penanganan Covid-19 sebesar Rp90 miliar. Anggaran tersebut telah dipakai untuk mendanai 132 proyek riset di pendanaan tahap pertama senilai Rp60 miliar. (Lihat videonya: Penjaga Masjid Lakukan Aksi Heroik Selamatkan Kotak Amal)
Menurut Rionald, LPDP sebagai pengelola dana abadi pendidikan memiliki fleksibilitas dalam pendanaan riset. Fleksibilitas dalam pendanaan riset bersifat lintas tahun dan juga bisa membiayai mesin atau peralatan riset yang dibutuhkan.
Selain itu, juga mekanisme pencairan dana riset yang bisa secara langsung atau tidak melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). ”Dengan fleksibilitas ini, LPDP berharap bisa memfasilitasi riset untuk mencapai output riset yang ditetapkan,” ucapnya. (Neneng Zubaidah)
Bahkan, ada sejumlah hasil riset yang bisa masuk ke tahapan industri hanya dalam waktu yang relatif singkat. Ini tentu menjadi kabar baik sehingga ke depan hasil inovasi ini bisa mempercepat penanganan Covid-19.
“Pada 20 Mei pas Hari Kebangkitan Nasional lalu ada 57 produk inovasi yang sebagian sudah dihilirisasi dan bisa diproduksi dalam jumlah besar,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta baru-baru ini.
Dia menambahkan, Kemenristek/BRIN telah membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons secara cepat penyakit Covid-19 yang secara singkat disebut sebagai Konsorsium Covid-19 pada Maret lalu. Kemudian, pada Mei 2020 Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 menyelenggarakan program pendanaan riset dan inovasi untuk para peneliti dan perekayasa yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan untuk menangani pandemi Covid-19.
Program pendanaan dimaksudkan untuk melakukan diseminasi hasil penelitian serta mendorong sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, pusat penelitian, rumah sakit, dan/atau industri dalam kerangka hilirisasi hasil-hasil riset. (Baca: Covid-19 Kembali Melonjak, Anies: Jika Masyarakat tak Disiplin PSBB Bisa Kembali Diperketat)
“Kami mengapresiasi semua peneliti yang terlibat pada tahap pertama karena dalam waktu 2-3 bulan saja sudah banyak output yang dihasilkan dari pendanaan tersebut,” ujarnya.
Dia mencontohkan, satu di antara output yang sudah diluncurkan ialah rapid test RI-GHA Covid-19 atau Rapid Diagnostic Test IgG/IgM hasil yang dikembangkan oleh Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) bersama Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Institut Teknologi Bandung, Universitas Mataram, dan PT Hepatika Mataram.
“Alat rapid test ini menjadi simbol kegiatan riset terkait Covid-19 dalam waktu singkat bisa dilakukan kalau kita mau kolaborasi dan sinergi,” katanya.
Bambang berharap pandemi korona sebagai momentum untuk Konsorsium Riset Covid-19 guna membuat riset dan inovasi Indonesia naik kelas. Dengan begitu, yang tadinya riset dan inovasi karya anak bangsa tidak dilirik kini bisa diperhatikan karena telah berhasil membuat sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat.
”Dan menjadi kebanggaan kita semua sebagai bangsa karena ketika putra-putri bangsa berhasil menghasilkan sesuatu di situ masyarakat sadar pentingnya riset dan inovasi. Terpenting Indonesia memiliki peneliti yang andal dan berdedikasi untuk hasilkan sesuatu bagi bangsa dan negara,” katanya.
Untuk pendanaan tahap dua, Bambang berharap ada riset terkait alat kesehatan. Dia memuji bahwa tahap pertama sudah dibuat ventilator yang sangat membantu sekali dalam penanganan pasien yang kesulitan bernafas. Selain itu, juga sudah ada test kit baik berbentuk PCR dan rapid test.
Namun, untuk selanjutnya dia berharap ada riset untuk alat yang masih impor seperti bahan untuk antigen yang masih impor. Berikutnya Reagen yang dibutuhkan untuk tes PCR yang juga masih impor sehingga menghambat untuk melakukan tes secara masif.
Plt Sekretaris Utama Kemenristek/BRIN Mego Pinandito menyatakan, proposal penerima dana penelitian tahap kedua yang lolos merupakan proposal-proposal unggul yang diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya percepatan penanganan Covid-19. (Baca juga: Ahli Virus China Melarikan Diri ke AS, Klaim Beijing Menutup-nutupi Corona)
“Dari kriteria yang sudah ditetapkan menghasilkan proposal-proposal yang sebetulnya adalah proposal-proposal unggul yang diharapkan pada prosesnya nanti bisa dilakukan percepatan-percepatan dan menghasilkan produk-produk riset dan inovasi yang bisa bermanfaat, baik langsung maupun tidak langsung di dalam penanganan Covid-19 ini,” ungkap Mego Pinandito.
Dari 903 judul proposal yang masuk, telah dilakukan proses reviu dan penilaian sehingga yang lolos sebanyak 139 proposal. Adapun proposal tersebut meliputi lima bidang prioritas, yakni Pencegahan (30 proposal); Skrining dan Diagnosis (15 proposal); Alat Kesehatan dan Pendukung (34 proposal); Obat-obatan, Terapi, dan Multicenter Clinic (19 proposal); dan Sosial Humaniora dan Public Health Modelling (41 proposal) dengan total dana yang diberikan sebesar Rp27,3 miliar.
Sementara itu, Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Rionald Silaban mengatakan, Indonesia memerlukan langkah cepat dan tepat serta ada sinergitas untuk penanganan korona. Konsorsium riset yang dibentuk Kemenristek/BRIN merupakan satu di antara wujud nyata dari langkah tersebut. ”Oleh karena itu, LPDP menyambut baik pendanaan konsorsium ini,” katanya.
Rionald menjelaskan, LPDP telah melakukan refocusing anggaran riset untuk mendukung percepatan penanganan Covid-19 sebesar Rp90 miliar. Anggaran tersebut telah dipakai untuk mendanai 132 proyek riset di pendanaan tahap pertama senilai Rp60 miliar. (Lihat videonya: Penjaga Masjid Lakukan Aksi Heroik Selamatkan Kotak Amal)
Menurut Rionald, LPDP sebagai pengelola dana abadi pendidikan memiliki fleksibilitas dalam pendanaan riset. Fleksibilitas dalam pendanaan riset bersifat lintas tahun dan juga bisa membiayai mesin atau peralatan riset yang dibutuhkan.
Selain itu, juga mekanisme pencairan dana riset yang bisa secara langsung atau tidak melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). ”Dengan fleksibilitas ini, LPDP berharap bisa memfasilitasi riset untuk mencapai output riset yang ditetapkan,” ucapnya. (Neneng Zubaidah)
(ysw)