Pernah Ditahan Polisi, Siapa Sangka Jalan Hidup Mengubah Sosok Ini Jadi Jenderal Kopassus

Jum'at, 30 Desember 2022 - 05:56 WIB
“Ini kunci siapa?” tanya Sutiyoso lagi

“Ya udah, ambil aja,” jawab pemuda itu lagi.

“Kenapa kamu tadi saya tanya gak ngaku? Tanya Sutiyoso kesal.

“Ya sudah, saya tadi dapat dari sana,” jawab si pemuda.

Sutiyoso kemudian meninggalkan pemuda tersebut. Namun baru lima meter, Sutiyoso berpikir mengapa orang salah dibiarkan lepas begitu saja. Seketika naluri berkelahi Sutiyoso meledak. Sutiyoso kemudian berteriak memanggil pemuda tersebut. “Sini kamu” sambil memukul.

Keduanya pun akhirnya terlibat perkelahian. Namun nahas, pemuda tersebut memanggil teman-temannya yang berada di sekitar lokasi. Ternyata pemuda tersebut berdarah Madura, dan kebanyakan para pedagang pasar masih satu suku dengan pemuda tersebut.

Seketika mereka berkerumun. Bahkan beberapa di antaranya membawa pisau. Sutiyoso pun akhirnya dikeroyok puluhan orang. Sutiyoso yang sudah terbiasa berkelahi sudah berpikir akan mati. ”Matilah saya sekarang,” kenang Sutiyoso.

Saat dirinya terdesak, tiba-tiba dua prajurit Marinir datang. Kedatangan dua tentara yang merupakan teman Sutiyoso membuat para pengeroyok bubar dan lari tunggang langgang. Kehadiran kedua temannya itu menyelamatkan nyawa Sutiyoso.

Tetapi bagi Sutiyoso masalah belum selesai, bersama kedua temannya itu dia kembali mendatangi pemuda dan menghajarnya. Akibat kejadian itu, Sutiyoso sempat ditahan polisi. Tetapi hal itu tidak membuatnya jera.

Jadi Jenderal Kopassus dan Gubernur DKI Jakarta

Lulus SMA, Sutiyoso mulai instrospeksi dan berpikir untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Terinspirasi dari kedua kakaknya yang menjad tentara, Sutiyoso memutuskan untuk menjadi.



Mayor Inf. Sutiyoso (kanan) mendampingi Panglima ABRI Jenderal TNI M. Jusuf di Aceh. Foto/istimewa

Namun keinginannya itu ditentang ibundanya. Alasannya karena tentara itu cepat mati dan trauma karena melihat Suparto, kakak Sutiyoso saat menjadi tentara pelajar dikuyo-kuyo Belanda. Mendapat tentangan ibunya, membuat Sutiyoso berada di persimpangan jalan.

Sutiyoso akhirnya mengubur mimpinya menjadi tentara dan memutuskan kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag). Namun karena tidak sesuai keinginannya, Sutiyoso tidak bersungguh sungguh kuliah. Memasuki tahun kedua dan rencana kepindahannya ke Fakultas Kedokteran atau Fakultas Teknik Arsitektur Undip, Sutiyoso kembali merenung.

Setelah dua hari merenung, keputusan menjadi semakin bulat. Sutiyoso akhirnya meninggalkan bangku kuliah dan mendaftar tentara Akademi Militer Nasional (AMN) yang kini bernama Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.

Perjuangan dan kerja keras Sutiyoso membuahkan hasil. Dia akhirnya diterima menjadi Calon Prajurit Taruna (Capratar). Di masa perploncoan itu, Sutiyoso mendapat tekanan dan siksaan luar biasa dari seniornya yang kebetulan pernah satu angkatan di SMA 1 Semarang.

Momen tersebut dijadikan ajang balas dendam teman-temannya karena saat di sekolah mereka tidak berani dengan Sutiyoso yang dikenal sebagai jagoan dan ditakuti. Awalnya, Sutiyoso sempat ingin kabur dari Akmil, namun upaya tersebut urung dilakukannya.

Setelah lulus pendidikan di Akmil pada 1968 dan Sarcab Infanteri 1969, Sutiyoso yang merupakan teman seangkatan Jenderal TNI (Purn) Wiranto dan Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar di Akmil memutuskan bergabung dengan Kopassandha yang kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Mengawali karier militernya di Korps Baret Merah, Sutiyoso langsung diterjunkan ke medan operasi menumpas pemberontakan bersenjata PGRS/Paraku di belantara Kalimantan. Kemudian Operasi Timor Timur (Timtim) sekarang bernama Timor Leste hingga operasi penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Keberhasilannya menjalankan tugas membuat kariernya semakin mentereng. Berbagai jabatan strategis di Kopassus pun dipercayakan kepadanya seperti, Danton Grup 2 Parako/Kopassandha, Wakil Komandan (Wadan) Grup 1 Kopassus, Serang. Wakil Komandan (Wadan) Grup 3 Ujung Pandang.

Kemudian Asisten Personel (Aspers) Kopassus, Asisten Operasi (Asops) Kopassus. Puncak kariernya di Kopassus adalah ketika Sutiyoso diangkat menjadi Wakil Komandan Jenderal (Wadanjen) Kopassus pada 1992-1993.

Setelah malang melintang di Kopassus, Sutiyoso akhirnya digeser menjadi Komandan Korem (Danrem) 062 Suryakancana, Bogor dan dinobatkan sebagai Danrem terbaik. Sutiyoso kemudian digeser menjadi Kasdam Jaya hingga akhirnya menjadi Pangdam Jaya menggantikan Mayjen TNI Wiranto yang diangkat menjadi Pangkostrad.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More