Peluang AHY Masuk Kabinet Dinilai Terganjal Kisah SBY-Mega 2004

Sabtu, 11 Juli 2020 - 23:17 WIB
Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Foto/SINDOnews
JAKARTA - Safari politik yang dilakukan Ketua umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akhir-akhir ini dinilai hanya untuk menunjukkan eksistensinya di ranah politik.

Pengamat pollitik dan hukum dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Saiful Anam menilai, safari politik yang dilakukan AHY tidak lebih sekadar silaturahmi yang ingin menunjukkan dirinya sebagai penerus Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Saya melihat safari politik AHY ke sejumlah tokoh akhir-akhir ini hanya seremoni dan ingin menunjukkan jati dirinya semata. Karena, pamor AHY yang masih minim di kancah politik di Tanah Air," kata Saiful Anam, Sabtu (11/7/2020).

Sekadar informasi, AHY akhir-akhir ini gencar melakukan safari politik ke sejumlah tokoh nasional. Seperti bertemu Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, kemudian Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Menurut analisasnya, ada upaya AHY untuk merapat ke Pemerintah Jokowi-Ma'ruf Amin, baik secara langsung, maupun melalui putri KH Ma'ruf Amin Siti Nur Azizah yang duduk sebagai Wasekjen Partai Demokrat.



Langkah partai Demokrat, kata dia, akan sulit dan akan sia-sia jika berharap menjadi menteri pada koalisi Kabinet Indonesia Maju yang begitu solid menjaga barisan, ada resistensi dari partai pendukung Jokowi.

"Saya melihat, ada pendekatan ke arah situ baik langsung maupun melalui putra putri KH. Ma'ruf Amin yang ada di Demokrat dan PKB. Upaya masuk kabinet lewat koalisi partai pendukung akan sangat sulit jadi kenyataan. Saya kira Jokowi tidak akan salah ambil Menteri. Ibu Megawati pun pasti akan lebih waspada kok. Karena bukan tidak mungkin Mega akan meninggalkan Jokowi," kata Saiful.

( )

Masih menurut Saiful Anam, orang terdekat di lingkaran Jokowi perlu mengingatkan, bagaimana konstalasi politik ketika Megawati menjadi Presiden dan SBY menjadi Menkopolkamnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More