Ichwan Sam Sang Administrator dan Mentor Organisasi Ulung

Senin, 26 Desember 2022 - 09:37 WIB
Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh ketika melayat ke rumah duka Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2005-2015, Almarhum Ichwan Sam, Minggu 25 Desember 2022. Foto/Istimewa
Catatan Takziyah Asrorun Niam Sholeh

Ketua MUI Bidang Fatwa dan Katib Syuriyah PBNU

KH ICHWAN SAM, mantan Sekjen MUI dua periode dan mantan Sekjen PBNU zaman Gus Dur wafat pada Minggu 25 Des 2022, jam 11 siang. Posisi saya sedang di Jombang Jawa Timur, untuk dua acara; mendampingi anak wisuda Tahfidh dan mengantar anak tes masuk pesantren, di Tebuireng. Begitu mendengar kabar wafatnya Mas Ichwan, saya langsung terbayang sosok administratur yang menata dan memodernisir organisasi besar NU dan MUI, sosok yang supel, bekerja dalam diam, dan mentor yang membimbing, mengayomi, dan mengader banyak orang.



Mas Ichwan sudah seperti orang tua sekaligus guru saya. Saya mengenal secara pribadi Mas Ichwan, begitu saya memanggil mantan Sekjen MUI Drs HM Ichwan Sam, sejak 1996, saat saya masih mahasiswa. Saat itu beliau menjadi salah satu Wakil Sekretaris MUI, saat Ketua Umumnya masih diemban KH Hasan Basri. Sekretaris Umumnya HS Projokusumo.

Saya waktu itu diminta membantu mengurusi Majalah MUI, Mimbar Ulama, sebagai reporter dan berlanjut sebagai penyunting. Di samping itu juga diminta membantu berbagai kegiatan MUI, terlebih yang terkait dengan publikasi, kesekretariatan, dan penyusunan materi kegiatan. Mas Ichwan rajin membimbing, dengan memberikan arahan, mengajak diskusi, memberikan penugasan, hingga mengoreksi tugas yang sudah saya selesaikan. Koreksinya detil, hingga redaksi dan tanda baca yang sangat kecil.

Dari situ saya belajar konsep-konsep persuratan yang menjadi khas MUI, dan menyelami tata administrasi serta garis organisasi ke-MUI-an. Masa kebersamaan di organisasi, baik di NU maupun di MUI, berlanjut hingga 2014, saat Mas Ichwan terkena stroke usai perjalanan dinas ke Rusia. Selama itu saya belajar dari Mas Ichwan soal organisasi, tertib administrasi, komunikasi sosial, persahabatan, menjaga harmoni dan keseimbangan dalam tata pergaulan organisasi, dan kedisiplinan.

Saat 1999, pasca Reformasi, MUI menyelenggarakan Kongres Umat Islam di Asrama Haji Pondok Gede. Saya diminta sebagai panitia, bidang publikasi dan dokumentasi. Enam tahun berikutnya, 2005, kembali diselenggarakan Kongres Umat Islam Indonesia, Mas Ichwan memberi kepercayaan saya sebagai Tim Asistensi SC, bersamaanak-anak aktivis muda, yang bertugas merumuskan dan menyiapkan materi KUII. Mas Ichwan aktif melakukan pembinaan dan kaderisasi pada anak-anak muda.

Saat periode berikutnya, zaman Sekretaris Umumnya Pak Nazri Adlani yang kemudian digantikan Pak Din Syamsudin, Mas Ichwan masih sebagai wakil Sekretaris. Tetapi, dalam periode tersebut, Mas Ichwan secara de facto menjalankan tugas pengendali administrasi organisasi secara penuh. Hingga, periode 2005-2010, saat Kiai Sahal menjadi Ketua Umum MUI, beliau diberi amanah sebagai Sekretaris Umum, dan berlanjut pada periode berikutnya.

Ihwal kepiawaian Mas Ichwan dalam menata dan mengendalikan organisasi ini diakui oleh Mas Din, begitu saya memanggil Prof Din Syamsudin, saat komunikasi via WA berkabar tentang wafatnya beliau.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More