Berharap pada Panglima TNI Baru
Sabtu, 03 Desember 2022 - 11:16 WIB
Laksamana TNI Yudo Margono selangkah lagi menjadi panglima TNI . Hal ini setelah DPR melalui Komisi I menyetujui Kepala Staf TNI AL itu menggantikan posisi Jenderal TNI Andika Perkasa yang akan memasuki pensiun pada 21 Desember mendatang.
Dengan demikian, setelah melalui uji kelayakan dan kepatutan di DPR tersebut, kini Laksamana Yudo tinggal menunggu pelantikan oleh Presiden Joko Widodo.
Yudo pun akan mencatat sejarah yakni perwira Angkatan Laut (AL) ketiga yang memegang tongkat komando panglima TNI pascareformasi.Sebelumnya, kepala staf TNI AL yang penugasannya berlanjut hingga panglima TNI adalah Widodo Adi Sutjipto di era Presiden Abdurrahman Wahid dan Agus Suhartono saat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Langkah perwira kelahiran Madiun, 26 November 1965 menuju pimpinan tertinggi hulu balang negara tersebut dipastikan tidak akan menemui halangan. Selain karena secara rotasi memang giliran TNI AL memegang posisi panglima TNI, calon tunggal yang diajukan Presiden Joko Widodo – termasuk Andika Perkasa sebelumnya, selalu berjalan mulus dan tidak menemui hambatan berarti di DPR.
Secara pribadi, tentu merupakan kebanggaan bagi suami dari AKBP Veronica Yulis itu bisa menggapai karier militer hingga posisi puncak.
Di sisi lain, memegang amanat menjadi Panglima TNI tentu tidaklah mudah. Kondisi ini pun sudah pasti dipahami Laksamana Yudo. Walaupun saat ini terbilang stabil, keamanan Indonesia masih saja diwarnai beberapa isu menonjol. Di antaranya adalah gangguan keamanan di daerah tertentu,rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), dinamika menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, hingga isu kenaikan BBM dan kebutuhan pokok.
Selain itu, Yudo Margono juga merespons dinamika geopolitik seperti potensi instabilitas kawasan Asia Pasifik yang mengemuka akibat ketegangan di Laut China Selatan, konflik di semenanjung Korea, potensi konflik China-Taiwan, perang Rusia-Ukraina dan berbagai konflik kepentingan dan kompetisi kekuatan negara-negara besar lainnya.
Dengan segala keterbatasan sumber daya yang dimiliki TNI, setumpuk tantangan tersebut mau tidak mau harus mendapatkan respons maksimal. Kendati demkian, Yudo Margono bisa menentukan prioritas apa yang urgen diambil kali pertama, hingga kemudian satu-persatu persoalan bisa dituntaskan.
Secara kapasitas, alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan 1988 tidak diragukan lagi. Selama memimpin TNI AL, dia dikenal sebagai bapak infrastruktur. Sebutan ini disematkan karena visi mengembangkan kekuatan TNI AL dengan membangun beberapa pemusatan latihan di luar daerah Jawa, serta membuat perumahan dinas untuk kesejahteraan prajurit.
Dengan demikian, setelah melalui uji kelayakan dan kepatutan di DPR tersebut, kini Laksamana Yudo tinggal menunggu pelantikan oleh Presiden Joko Widodo.
Yudo pun akan mencatat sejarah yakni perwira Angkatan Laut (AL) ketiga yang memegang tongkat komando panglima TNI pascareformasi.Sebelumnya, kepala staf TNI AL yang penugasannya berlanjut hingga panglima TNI adalah Widodo Adi Sutjipto di era Presiden Abdurrahman Wahid dan Agus Suhartono saat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Langkah perwira kelahiran Madiun, 26 November 1965 menuju pimpinan tertinggi hulu balang negara tersebut dipastikan tidak akan menemui halangan. Selain karena secara rotasi memang giliran TNI AL memegang posisi panglima TNI, calon tunggal yang diajukan Presiden Joko Widodo – termasuk Andika Perkasa sebelumnya, selalu berjalan mulus dan tidak menemui hambatan berarti di DPR.
Secara pribadi, tentu merupakan kebanggaan bagi suami dari AKBP Veronica Yulis itu bisa menggapai karier militer hingga posisi puncak.
Di sisi lain, memegang amanat menjadi Panglima TNI tentu tidaklah mudah. Kondisi ini pun sudah pasti dipahami Laksamana Yudo. Walaupun saat ini terbilang stabil, keamanan Indonesia masih saja diwarnai beberapa isu menonjol. Di antaranya adalah gangguan keamanan di daerah tertentu,rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), dinamika menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, hingga isu kenaikan BBM dan kebutuhan pokok.
Selain itu, Yudo Margono juga merespons dinamika geopolitik seperti potensi instabilitas kawasan Asia Pasifik yang mengemuka akibat ketegangan di Laut China Selatan, konflik di semenanjung Korea, potensi konflik China-Taiwan, perang Rusia-Ukraina dan berbagai konflik kepentingan dan kompetisi kekuatan negara-negara besar lainnya.
Dengan segala keterbatasan sumber daya yang dimiliki TNI, setumpuk tantangan tersebut mau tidak mau harus mendapatkan respons maksimal. Kendati demkian, Yudo Margono bisa menentukan prioritas apa yang urgen diambil kali pertama, hingga kemudian satu-persatu persoalan bisa dituntaskan.
Secara kapasitas, alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan 1988 tidak diragukan lagi. Selama memimpin TNI AL, dia dikenal sebagai bapak infrastruktur. Sebutan ini disematkan karena visi mengembangkan kekuatan TNI AL dengan membangun beberapa pemusatan latihan di luar daerah Jawa, serta membuat perumahan dinas untuk kesejahteraan prajurit.
Lihat Juga :
tulis komentar anda