Hadiri Dialog Perdamaian di India, KH Cholil Ajak Tokoh Agama Dunia Cegah Ekstremisme
Selasa, 29 November 2022 - 21:55 WIB
JAKARTA - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Muhammad Cholil Nafis mengajak kepada seluruh tokoh agama di dunia untuk memberikan pemahaman agama yang komprehensif dan otentik. Sebab, ekstremisme bisa terjadi pada agama apa pun.
”Seharian ini saya di India Islamic Culture Center New Delhi, India berdiskusi dalam seminar untuk umum dan dialog perdamaian antar pemuka agama. Hadir tokoh-tokoh lintas agama dan masyarakat,” ujarnya, Selasa (29/11/2022).
Dalam kesempatan itu, Cholil menyebutkan agama adalah sumber nilai dan kebaikan. Agama penuntun hidup untuk bisa hidup berdampingan. Islam senagaimana namanya salam ialah pembawa perdamaian.
”Pada kesempatan ini saya sampaikan bahwa ekstremisme bisa terjadi pada agama apa pun dan multi faktor. Makanya penyelesaiannya harus multi dimensi. Namun dasarnya adalah pemahaman teks-teks agama yang benar dan original,” katanya.
Dalam internal pemeluk Islam, kata dia, MUI mengarusutamakan wasathiyatul Islam. Dasarnya adalah pemahaman agama yang komprehensif dan otentik. Berikutnya adalah penanaman nilai persaudaraan, yaitu ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah.
”Sebab pemahaman agama yang parsial dan fanatik akan melahirkan fanatisme buta dan melakukan kekerasan atas nama agama. Jelas ini bertentangan dengan semua ajaran agama dan harus dilawan oleh pemuka agama dengan memberi pemahaman yang utuh dan benar,” ujarnya.
”Seharian ini saya di India Islamic Culture Center New Delhi, India berdiskusi dalam seminar untuk umum dan dialog perdamaian antar pemuka agama. Hadir tokoh-tokoh lintas agama dan masyarakat,” ujarnya, Selasa (29/11/2022).
Dalam kesempatan itu, Cholil menyebutkan agama adalah sumber nilai dan kebaikan. Agama penuntun hidup untuk bisa hidup berdampingan. Islam senagaimana namanya salam ialah pembawa perdamaian.
Baca Juga
”Pada kesempatan ini saya sampaikan bahwa ekstremisme bisa terjadi pada agama apa pun dan multi faktor. Makanya penyelesaiannya harus multi dimensi. Namun dasarnya adalah pemahaman teks-teks agama yang benar dan original,” katanya.
Dalam internal pemeluk Islam, kata dia, MUI mengarusutamakan wasathiyatul Islam. Dasarnya adalah pemahaman agama yang komprehensif dan otentik. Berikutnya adalah penanaman nilai persaudaraan, yaitu ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah.
”Sebab pemahaman agama yang parsial dan fanatik akan melahirkan fanatisme buta dan melakukan kekerasan atas nama agama. Jelas ini bertentangan dengan semua ajaran agama dan harus dilawan oleh pemuka agama dengan memberi pemahaman yang utuh dan benar,” ujarnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda